Alkisah Rakyat ~ Batu Simpang adalah nama sebuah desa di Kecamayan Balantak, Kabupaten Banggai (Sulawesi Tengah) Letaknya di pesisir pantai.
Konon nama Batu Simpang berawal dari sebuah kisah Dahulu kala ada sebuah keluarga miskin yang mempunyai anak dua orang. Anak tertua bernama Tatu dan adiknya bernama Igo. Ayah mereka tiba-tiba jatuh sakit, kemudian meninggal.
Setiap hari Tatu membantu ibunya mencari ikan dan kerang untuk dimakan dan dijual. Hasil penjualan itulah yang digunakan untuk membeli keperluan makan dan untuk membiayai sekolah Tatu. Adapun Igo belum bersekolah.
Sewaktu bangsa Portugis datang. Igo dan Tatu berpisah. Tatu diajak oleh seorang penginjil. “Tatu, Bapak, mau mengajak kau ikut ke Ambon. Di sana kau bisa bersekolah dengan baik dan segala keperluanmu akan Bapak biayai.”
Tatu berpikir dan kasihan ibu dan adiknya yang masih kecil. Siapa lagi yang akan membantu ibu mencari nafkah untuk mereka? Tanya Tatu.
Kemudian Ibunya berkata, “Kau tidak usaha terlalu memikirkan kami. Kalau kau ikut ke sana, kau dapat bersekolah dengan baik. Ibu masih dapat bekerja kalau sekedar untuk mengisi perut.”
Artinya, Tatu setuju. Ia berangkat bersama Bapak Penginjil, diantar dengan air mata dan doa restu dari ibunya yang tercinta.
Dua puluh tahan kemudian, Tatu sudah menjadi seorang dokter. Sejak berada di Ambon, dia tidak pernah mendapat berita tentang ibu dan adiknya. Surat-surat yang dikirimnya tidak pernah mendapat balasan. Melalui orang-orang yang pernah ke Balantak, ia mendengar bahwa ibunya sudah pindah tempat lain. Igo dibawa ibunya menyingkir ke Talima (daerah pedalaman) karena banyak kapal pendatang yang berlabuh dan membuat tempat peristirahatan di situ. Ibunya mendengar bahwa bangsa Portugis itu jahat dan suka membantai orang.
Setelah tamat SMP, Igo melanjutkan pelajaran ke sekolah perawat diluar kota. Setelah tamat Igo bekerja di salah satu rumah sakit.
Dalam sebuah pesta, dokter Tatu berkenalan dengan seorang gadis yang bernama Maria. Mereka saling tertarik, Tatu ingin segera melamarnya. Maria memohon agar sebelum menikah, mereka bersama-sama pergi kepada ibunya yang sudah lama ia tinggalkan.
Sebulan sebelum pesta pernikahan, Tatu dan Maria pergi ketempat ibu Maria. Dalam perjalanan, Maria bercerita tentang keadaan kampungnya.
Tiba di rumahnya, Maria memanggil ibunya dan memperkenalkan dokter Tatu, lalu menyampaikan maksud kedatangan mereka. Dalam percakapan itu, ibu Maria memperhatikan tamunya. Rasanya ada sesuatu yang lain. Bekas luka di dahi dan tahi lalat dipipi sang tamu mengingatkan dia pada anaknya yang tidak pernah pulang.
Tatu dan Maria terkejut. Hati Maria sedih. Ia menangis. Ibunya sudah tak bisa menahan air matanya. Ia kasihan, tetapi harus menjaga jangan sampai anaknya kawin. Maria adalah Igo, adik kandung Tatu.
Karena sedih dan takut, si ibu berlari dan menangis dipantai. Ia ingin bunuh diri di situ. Tatu dan Igo mengejarnya, tetapi ibu mereka sudah di tengah lautan. Mereka terus berteriak memanggil. Ibunya berdoa, kemudian sempat mengatakan, “Tatu, Maria adalah adikmu. Tatuuuuuuuu……Igooooo!”
Perlahan-lahan ibunya berubah menjadi batu. Tatu dan Igo saling memandang, kemudian mereka juga menjadi batu.
Sekarang di pantai Batu Simpang terdapat dua buah batu besar yang berdekatan dan sebuah batu besar di tengah laut, tidak jauh dari tempat itu.
Sumber: Cerita Rakyat Dari Sulawesi Utara Dan Sulawesi Tengah oleh Aneke Sumarauw Pangkerego & Pauline N. Tiendas
0 Response to "Batu Simpang"
Post a Comment