Alkisah Rakyat ~ Dahulu kala di sebuah hutan di lereng gunung, tinggallah seorang nenek yang bersama cucunya. Karongkong, disebuah gubuk yang kecil, jauh dari desa. Sejak kecil, Karongkong diasuh dan dibesarkan oleh neneknya karena ia tidak beribu dan berbapak lagi.
Tiap hari si nenek dan cucunya mengumpulkan rotan untuk dijual ke kota. Sekali dalam seminggu mereka ke kota, perjalanan jauh ditempuhnya dengan berjalan kaki.
Karongkong rajin membantu neneknya dan dia anak yang berperangai baik. Neneknya sangat sayang padanya, dan berharap agar cucunya menjadi orang yang terpandang di kemudian hari.
Pada suatu hari, nenek menyampaikan pada Karongkong bahwa ia akan dibawa ke kota. Tinggal pada pamannya untuk bersekolah. Karongkong duduk termenung mendengar rencana neneknya.
Ia merasa berat menerima rencana itu karena tidak mau berpisah dar neneknya. Nenek menasihati dia agar menuruti sebab jika tidak hidupnya akan miskin dan melarat di hari nanti. Mendengar nasihat neneknya, Karongkong menerima dan menyetujui keputusan neneknya itu.
Esok harinya, pagi-pagi benar, si nenek membangunkan Karongkong. Sebelum melepas keberangkatan Karongkong nenek mengajak berdoa agar ia selamat dalam perjalanan.
Sesudah itu, neneknya menyerahkan sebuah batu ajaib dan berkata padanya. “Karongkong, bawalah batu ajaib ini, kalau engkau menemui kesulitan, berdoalah, kemudian lemparkan batu ini ke atas, dan katakan apa yang kau minta.”
Karongkong pun berangkat ke kota melewati hutan dan sungai. Pada waktu melewati hutan, tiba-tiba seekor harimau yang buas menghadangnya. Karongkong berlutut dan bedoa, kemudian ia melemparkan batu ajaib ke atas sambil meminta agar terhindar dari terkaman harimau. Ternyata harimau itu pun pergi masuk hutan dan Karongkong melanjutkan perjalanannya.
Setelah beberapa hari dalam perjalanan, tibalah ia di rumah pamannya. Pamannya terkejut melihat kedatangan Karongkong seorang diri tanpa diantar oleh neneknya, sedangkan Karongkong belum pernah ke rumah pamannya.
Pamannya bertanya, “Karongkong, bagaimana caranya sehingga kamu bisa datang ke sini?”
Jawab Karongkong. “nenek melepas keberangkatan saya ke kota karena ia menghendaki saya harus bersekolah agar menjadi orang terpandang di kemudian hari. Nenek menyerahkan sebuah batu kepada saya dan berpesan agar melemparkan batu itu ke atas, dan minta apa yang saya kehendaki. Nenek berpesan pula bahwa batu itu tidak boleh digunakan semabarangan dan setelah tiga kali digunakan batu itu akan hilang.”
Mendengar perkataan Karongkong pamannya langsunggan meminta batu itu. Angan-angannya menjulang tinggi dan ia ingin menjadi kaya raya. Ia berdoa, kemudian melemparkan batu ke atas dan berkata. “Saya minta rumah seperti istana.”
Tiba-tiba ia melihat rumahnya yang semula kecil berubah menjadi istana. Paman Karongkong takjub dan berkata, “Sekarang kita menjadi orang bangsawan dan kaya raya, tidak perlu lagi saya bekerja keras pasti batu ajaib kudanya agar aku dapat berkeliling kota seperti raja. Pasti semua orang akan menghormati saya.”
Ia melemparkan batu itu ke atas. Namun, saat itu ia teringat bahwa halamannya ditanami mentimun yang sudah berbuah banyak. Bila ia minta kerata, mentimunnya akan diinjak kuda dan pasti rusak. Tanpa disadari, ia mengucapkan kata “mentimun” dan batu jatuh tepat di hidungnya.
Apa yang terjadi? Di hidung paman Karongkong tumbuh buah mentimun yang besar.
Pamannya berteriak-teriak minta tolong Karongkong berkata. “Paman, kini tinggal satu permintaan dan batu ini akan menghilang. Jadi apa yang Paman minta?”
Paman berkata, “Mintalah agar mentimun ini dihilangkan. Karongkong berdoa dan melemparkan batu itu ke atas, maka lenyaplah mentimun dari hidung pamannya.
Pamannya kemalu-maluan dan sambil menundukkan kepala, ia berkata. “Karongkong, kita harus bekerja keras.
0 Response to "Batu Ajaib"
Post a Comment