Alkisah Rakyat ~ Dahulu kala Kucing dan Tikus hidup bersahabat. Bahkan tak ada yang seakrab seperti mereka. Kemana saja Kucing pergi, ke situ pulalah perginya Tikus. Di mana ada Kucing di situ ada Tikus. Suatu waktu, tikus berkata, “Hei, Kucing!” Kucing menjawab, “Ada apa?” Mari kita pergi makan lame (ubi) kata Tikus. Di mana kita mendapatkan lame? Tanya kucing ingin tahu.
Itu di sana, digantungkan pada dinding rumahnya Pak Tani. Sungguh banyak sekali. Kita akan puas memakannya sampai kekenyangan, rayu Tikus pada Kucing. Kucing manggut-manggut sambil berpikir. Rupanya sang Kucing tertarik atas usul si Tikus. Kapan kita berangkat? Tanya Kucing tak sabar. Si Tikus menyahut, kita akan ke sana sebentar malam.
Ketika malam telah tiba, berangkatlah si Tikus dan si Kucing ke rumah pak Tani. Mudah-mudahan pak Tani sudah tidur malam ini agar kita leluasa bergerak, harap sang Tikus, Kucing hanya mengangguk-angguk.
Akan tetapi, ketika sampai di rumah pak Tani, kebetulan pula tuan rumah sedang mengadakan pesta perkawinan. Jadi, penghuninya belum tidur. Sang Tikus agak kesal sambil berkata pada Kucing. Wah! Susah kalau begini. Kalau kita hanya menunggu saja lebih repot lagi, karena menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Kucing menjawab seakan-akan berbisik. Jadi apa yang harus kita lakukan?
Si Tikus yang cerdik ini mulai mencari akal. Begini saja, kita tetap mengambil lame (ubi) itu sekarang juga. Karena tubuhmu besar tentu akan mudah dilihat oleh penghuni rumah. Jadi sayalah yang akan mengambil lame (ubi) yang digantungan itu, kata sang Tikus. Tetapi sang Kucing tidak senang dengan usul itu. Lebih baik sayalah yang naik. Saya khawatir kalau hanya menengadah terus, jangan-janagan kau akan memakan lame itu sendiri. Berkatalah si Tikus. Tidak demikian, saudara. Kalau lame itu telah saya dapatkan saya akan menjatuhkannya kepadamu. Kemudian kita makan bersama. Baiklah, jawab Kucing percaya sepenuhnya pada tikus.
Sebelum naik merayap, Tikus berpesan, Kalau sudah ada yang jatuh ke sini, cepatlah kau melompati dan menerkamnya. Jangan sampai lame itu terpental keluar kamar ini, nanti kita ketahuan!
Akhirnya, si Tikus memanjat ke atas gantungan lame. Setibanya diatas, ia pun mencari lame yang bagus dan besar untuk dijatuhkan ke bawah agar ditangkap si Kucing. Agak lama Tikus mencari dan memilih lame yang diinginkannya. Dimakannya lame yang besar itu hingga kekenyangan. Ia lupa janjinya kepada temannya, si Kucing. Sang Kucing yang kelaparan menunggu dengan siaga sambil menengadahkan kepalanya ke atas. Kok lama benar Tikus diatas! Kucing mulai jengkel dan curiga.
Setelah itu, si Tikus mendapatkan lagi lame yang paling besar dan bagus, si Tikus mulai menggerek tali pengikat lame itu. Belum selesai lame itu digerek, karena kekenyangan, tegang dan takut ketahuan oleh penghuni rumah, tiba-tiba Tikus salah injak dan terjatuh. Begitu tikus terjatuh, sebelum sampai ke tanah, ia langsung saja dilompati dan diterkam oleh si Kucing. Si tikus berteriak kesakitan sambil berkata, “Jangan kau makan saya, saya adalah kawanmu!” sang Kucing yang sudah kelaparan bergumam seram. Lameee…eee!” Kucing tidak peduli apakah yang jatuh lame atau bukan, diterkamnya saja, sesuai dengan pesan si Tikus. “Aduh, saya bukan lame, sayalah kawanmu, saya belum sempat menjatuhkan lame itu. Saya terjatuh. Kata si Tikus mulai ketakutan. Akan tetapi si Kucing tetap tidak menghiraukannya dan merasa ditipu oleh Tikus, ia hanya selalu berkata, “Lame……me…me…ong!”
Itulah sebabnya kalau kucing memangsa tikus, selalu berkata, Lameeee…mo…..lame…lame, yang artinya, saya tidak tahu menahu itu, saya menyantap yang jatuh, karena nanti kau menipuku.
Disinilah asal mulanya Kucing dan Tikus tidak akur. Si Tikus sakit hati dan ketakutan seraya menggerutu. Sampai hati dia memakan saya, padahal saya sudah memberitahukan padanya bahwa saya bukan lame, melainkan kawannya. Pada waktu itu, Kucing tidak percaya sebab ia berpikir bahwa tikus telah memakan lame itu sendiri diatas dan menipunya.
Sejak itulah Kucing dan Tikus bermusuhan. Dan sejak itu pulalah pertama kali Kucing memakan Tikus, sebab ia selalu beranggapan bahwa itu adalah lame, sesuai dengan kesepakatan mereka berdua sebelumnya.
Kesimpulan
Cerita ini merupakan dongeng karena ceritanya tak pernah terjadi. Manfaat dari cerita ini antara lain adalah janganlah melakukan perbuatan yang tidak baik karena dapat membawa malapetaka bagi diri sendiri dan orang lain. Bahkan, dalam cerita ini persahabatan antara Kucing dan Tikus berubah menjadi permusuhan akibat melakukan pencurian lame (ubi).
0 Response to "Awal Permusuhan Kucing Dan Tikus"
Post a Comment