Alkisah Rakyat ~ Kira-kira 20 KM di sebelah selatan Kota Yogyakarta, terdapatlah sebuah desa bernama Desa Paker. Menurut cerita rakyat setempat, orang yang mula-mula menghuni Desa Paker itu ialah Ki Ageng Paker. Dari namaitulah, maka Desa tempat tinggalnya lalu dinamakan juga Paker.
Ki Ageng Paker memiliki kesenangan memelihara berbagai binatang; ada kuda, gajah, kucing, burung dan sebagainya. Burung perkutut milik Ki Ageng Paker terkenal bagus sekali bunyinya.
Diceritakan, Sang Prabu Brawijaya yang bertahta di Majapahit, memiliki juga kesenangan memelihara berbagai binatang, termasuk burung perkutut yang bagus-bagus suaranya. Salah satu diantara burung-burung perkutut milik Baginda Raja itu, itu ada satu ekor yang sangat dikasihi oleh Baginda, karena bunyinya sangat bagus. Perkutut kesayangan ini dinamakan Jaka Mangu.
Pada suatu hari, perkutut yang bernama si Jaka Mangu itu lepas dari sangkarnya, lalu terbang, entah ke mana perginya. Baginda Raja Brawijaya sangat bersedih hati, sepeninggal burung perkutut tersayangnya itu. Disebarkannya para Abdidalam kesana kemari mencari burung Jaka Mangu itu, tetapi ternyata tidak ada hasilnya. Berhari-hari telah lewat, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan telah berlalu, tetapi Si Jaka Mangu belum juga berhasil diketemukan, dan Sang Prabu Brawijaya makin bersedih hati, memikirkan Kehilangan perkututnya itu.
Pada suatu hari, Sang Prabu Brawijaya lolos dari dalam Keraton, pergi kian kemari untuk mencari burung perkututnya. Dalam berpergiannya itu, Prabu Brawijaya menyamar sebagai rakyat jelata, dan mempergunakan nama Ki Diponolo. Jalannya menuju ke arah barat.
Ketika perjalanannya sampai ke dekat Desa Paker, yaitu tempat tinggal Ki Ageng Paker, yang juga bernama Ki Wongsoyudo, dari kejauhan terdengarlah bunyi burung perkutut menawan hatinya. Prabu Brawijaya yakin, bahwa burung perkutut yang bunyinya terdengar itu, bukan lain adalah burung Kesayangan yang sedang dicarinya, yaitu Si Jaka Mangu.
Sang Prabu Brawijaya yang ketika itu menyamar sebagai rakyat jelata dan bernama Ki Diponolo, lalu berkunjung ke rumah Ki Wongsoyudo. Kepada Ki Wongsoyudo, Ki Diponolo mengutarakan keinginannya memiliki burung perkutut yang bagus sekali bunyinya itu. Ki wongsoyudo tidak keberatan menyerahkan burung itu kepada Ki Diponolo, tanpa mengharapkan imbalan barang sedikitpun. Sebelum itu, telah banyak orang datang dan mengatakan bersedia membeli burung itu dengan harga tinggi atau menukarnya dengan barang yang tinggi nilainya. Tetapi Ki Wongsoyudo tak mengizinkannya. Kepada Ki Diponolo, burung perkutut itu diberikan-nya begitu saja, tanpa imbalan apa-apa.
Setelah mendapatkan Jaka Mangu itu, Ki Diponolo lalu pamit pulang ke tempat tinggalnya. Selang beberapa minggu dari peristiwa itu, rumah Ki Wongsoyudo pada suatu ketika Kedatangan para Abdidalam dari kerajaan Majapahit banyak sekali. Mereka itu bersama-sama bekerja dengan giatnya, membangun dan membuatkan rumah besar serta bagus untuk Ki Wongsoyudo. Rumah itu dilengkapi dengan segala perabotan yang serba bagus dan mahal. Sejak itu, Ki Wongsoyudo, atau Ki Ageng Paker, terkenal kaya raya, setidak-tidaknya serba kecukupan, karena selain dibuatkan rumah besar lengkap dengan perlengkapannya, oleh Sang Prabu Brawijaya juga dihadiahi harta benda berwujud emas, Intan dan berlian yang nilainya tak terhingga.
Burung perkutut milik Baginda Raja Brawijaya yang bernama Jaka Mangu, diketemukan oleh Ki Wongsoyudo yang bertempat di desa Paker, lalu dipeliharanya baik-baik. Sejak burung perkutut temuan itu ada di rumahnya, maka banyaklah orang yang datang yang berkunjung ke rumahnya, dan mengutarakan maksudnya akan membeli burung itu, itu atau menukarnya dengan barang-barang yang tinggi nilainya. Ki Wongsoyudo sama sekali tidak mengijinkan. Di dalam mimpinya, Ki Wongsoyudo diberitahu, bahwa yang berhak memiliki burung perkutut temuan itu, itu tidak ada lain ialah orang yang akan datang ke rumahnya, dan mengaku bernama Ki Diponolo. Itulah sebabnya, waktu Ki Diponolo meminta burung itu, dengan mudahnya Ki Wongsoyudo memberikannya, tanpa menuntut imbalan sedikitpun.
Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
0 Response to "Ki Ageng Paker Cikal Bakal Paker"
Post a Comment