Alkisah Rakyat ~ Diceritakan bahwa Pangeran Panggung adalah beragama Islam bahkan termasuk seorang wali. Akan tetapi lama-kelamaan oleh para wali itu sendiri beliau dianggap mempunyai tingkah laku dan sikap yang banyak menyimpang dari aturan agama Islam. Hal ini disebabkan beliau mempunyai kesenangan sebagai dalang. Di samping itu beliau juga memelihara 2 ekor anjing Kiki dengan diberi nama Iman dan tauchid yang dianggap sebagai penghinaan terhadap agama Islam.
Karena perbuatan dan sikap Pangeran Panggung itu kemudian para wali bersepakat untuk mengajak Pangeran Panggung bermusyawarah tentang kehendak yang sebenarnya dari perbuatan dan sikap Pangera Panggung seperti tersebut di atas. Di dalam musyawarah itu Pangeran Panggung mempertahankan pendapatnya atau kemauannya. Kemudian para wali itu sangat kecewa karena mendengar apa yang dikatakan oleh Pangeran Panggung dalam musyawarah itu. Oleh sebab itu para wali yang menggugat agar supaya Pangeran Panggung diajukan ke pengadilan agama yang diketuai oleh Sultan Demak.
Di dalam pengadilan itu dihadiri pula oleh para wali sebagai penggugat dan saksi, dan Pangeran Panggung datang sebagai terdakwa. Setelah selesai tanya-jawab yang bertujuan meneliti kesalahan terdakwa kemudian pengadilan menjatuhkan putusan hukuman untuk Pangeran Panggung. Hukuman yang dijatuhkan pada Pangeran Panggung adalah hukuman mati dengan dibakar di muka masjid dan disaksikan oleh rakyat Demak. Hukuman yang dijatuhkan yaitu di terima dengan ikhlas oleh Pangeran Panggung.
Pada hari berikutnya keputusan pengadilan tersebut sampai pada masa hukuman dijalankan, semuanya telah tersedia di muka Masjid Demak. Demikian pula rakyat yang akan menyaksikan hukuman itu dijalankan. Setelah persiapan selesai kemudian pengadilan memerintahkan supaya api dinyalakan.
Tidak lama kemudian api menyala sangat besar bagaikan gunung api. Kemudian Pangeran Panggung yang disertai oleh kedua anjingnya, Iman dan Tauchid maju ke tempat hukuman. Kemudian Pangeran melepaskan tlumpahnya (sandal) dan dilemparkan ke dalam api yang menyala itu, sedang kedua anjing itu disuruh mengambil tlumpahnya itu. Mendengar perintah tuannya kedua anjing yang setia itu lari masuk kedalam api. Tak lama kemudian kedua Anjing itu keluar dari api, tanpa cedera sedikitpun,, dengan membawa tlumpah Pa Pangeran Panggung. Sesampainya di hadapan Pangeran Panggung, tlumpah itu diberikan kepada tuannya. Melihat peristiwa yang ajaib itu semua yang menyaksikan tertegun.
Akan tetapi ada seorang wali yang melihat peristiwa itu bersikap tidak senang dan mengatakan "Oh, seperti anak kecil, anjing dipakai sebagai permainan, seharusnya dia sendiri yang harus masuk ke dalam api itu sendiri”. Mendengar sindiran sang Wali itu, Pangeran Panggung tersenyum simpul sambil mendekati Sultan mohon diri untuk menjalani keputusan hukuman yang telah dijatuhkan pada dirinya. Di samping itu Pangeran Panggung mohon kepada Sultan agar diberi secarik kertas dan tinta. Permohonan ini dikabulkan, yang kemudian Pangeran Panggung dengan tenang berjalan masuk ke dalam api yang berkobar-kobar itu. Melihat peristiwa itu orang yang menyaksikan terpaku dan keheran-heranan.
Dalam tutur kata selanjutnya, di dalam api yang sedang menyala itu Pangeran panggung duduk bersila sambil menulis Diatas Kertas yang diterima dari Sultan tadi sebuah karangan yang disebut "Suluh Sumirang”. Bersamaan dengan selesainya karangan itu api pun padamlah. Di atas sisa api yang telah padam itu terlihatlah Pangeran Panggung yang tetap segar bugar dan berdiri, kemudian berjalan keluar dengan tenangnya menghadap Sultan sambil menghancurkan hasil karangannya dan oleh Sultan diterima dengan tangan terbuka.
Melihat peristiwa yang ajaib itu rakyat bersorak-sorai, ada diantaranya yang merasa aneh dan ada pula yang menyebut kebesaran Allah. Dengan adanya peristiwa itu mereka bahkan para wali itu sendiri percaya akan kemampuan dan keampuhan Pangeran Panggung.
Dalam kisah selanjutnya dituturkan bahwa Pangeran Panggung dianggap membahayakan ajaran agama Islam oleh sebab itu para wali kemudian menghadap kepada Sultan dan mohon agar Pangeran panggung dipindahkan di luar kerajaan.
Atas usul para wali itu maka Sultan memerintahkan kepada Pangeran Panggung untuk meninggalkan Demak. Untuk keperluan hidupnya Pangeran Panggung diberi tanah dan rumah sebagai Padepokan. Dengan patuh Pangeran panggung menerima perintah itu yang kemudian dijalankannya.
Setelah beberapa lama tinggal di daerah yang baru, Pangeran Panggung berkelana mencari ilham. Dalam pengembaraan itu sampai di daerah Kutan yaitu sebuah tempat di sebelah barat tepi sungai Progo, dengan diikuti oleh dua ekor anjing yang setia Iman dan Tauchid.
Tidak berapa lama di daerah Kutan Pangeran Panggung kembali ke padepokannya untuk meninjau. Pulangnya ke Padepokan itu, tidak diikuti oleh kedua ekor anjing nya sebab disuruhnya untuk menjaga Padepokan Kutan. Kemudian Pangeran Panggung kembali ke Kutan. Setibanya di daerah hutan bersamaan dengan timbulnya peperangan (Pajang an x Mataram). Sejak saat itulah Pangeran panggung menetap di daerah Kutan sampai saat meninggalnya. Hal ini didorong pula oleh kematian Iman dan Tauchid yang telah mendahului Pangeran Panggung.
Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
0 Response to "Bendara Pangeran Panggung"
Post a Comment