Alkisah Rakyat ~ Ki Ageng Giring 3 mempunyai seorang anak putri yang diberi nama Rara lembayung sedang Ki Ageng pemanahan mempunyai anak laki-laki bernama Sutawijaya. Putra inilah yang kelak menjadi raja Mataram I yang bergelar Panembahan Senopati. Atas permintaan Ki Ageng Pemanahan maka Sutawijaya disuruh menikah dengan Rara Lembayung. Karena jika perkawinan itu dilaksanakan maka Negeri Mataram akan terjadi kekacauan. Hal ini telah diramalkan oleh Ki Penjawi. Semula Sutawijaya berkeberatan melaksanakan permintaan ayahnya itu, karena Putri Rara Lembayung berwajah jelek dan tidak pantas dijadikan istri raja. Tetapi karena terus didesak oleh ayahnya akhirnya dengan hati terpaksa Sutawijaya mau juga. Setelah dinikahkan Sutawijaya hanya satu malam saja tinggal bersama Rara Lembayung dan pada keesokan harinya telah kembali ke Keraton tanpa membawa istrinya.
Dari Hasil perkawinan itu lahirlah seorang Putra laki-laki yang kemudian diberi nama Jaka Umbaran. Makin bertambah besar Jaka Umbaran semakin gagah dan tampan wajahnya. Pada suatu hari setelah Putra itu menginjak usia dewasa bertanyalah ia kepada ibunya Siapakah sebenarnya ayahnya karena selama ini ia sama sekali belum pernah mengenalnya. Rara Lembayung lalu memberitahukan bahwa sebenarnya Ia adalah Putra Raja Mataram. Mendengar keterangan dari ibunya Itu mula-mula Jaka Umbaran kurang percaya, Ia lalu bertanya lagi kepada Ki Ageng Giring (kakeknya). Karena jawaban kakeknya itu sama dengan keterangan yang diberikan oleh ibunya maka percayalah Jaka Umbaran. Kemudian ia menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan ayahnya di Keraton tetapi tidak tahu caranya. Ki Ageng Giring III menyarankan agar Jaka Umbaran “pepe” (menjemur diri) di alun-alun. Karena ada masa itu jika ada orang biasa (kawula) menyampaikan sesuatu kepada raja terlebih dahulu orang tersebut harus berjemur. Dan nanti apabila telah dipanggil menghadap, supaya menceritakan keinginannya.
Jaka Umbaran lalu minta diri pada kakek dan ibunya akan pergi ke kota. Setelah sampai di alun-alun Ia lalu bergabung dengan orang-orang yang sedang berjemur diri (pepe). Setelah sampai pada gilirannya Jaka Umbaran lalu dibawa menghadap sang Prabu Panembahan Senopati. Waktu melihat keelokan Jaka Umbaran yang tampan itu sang Prabu sangat tertarik. Beliau lalu bersabda: "Wahai anak muda, Adakah sesuatu yang ingin kau sampaikan kepadaku sehingga kau melakukan pepe?”
“Ampun Paduka, memang ada sesuatu sebab, sehingga hamba menghadap Paduka. Hamba ingin mencari Ayah hamba yang selama ini belum pernah hamba ketahui. Menurut keterangan Ki Ageng Giring, kakek hamba, Padukalah sesungguhnya Ayah hamba".
Demi mendengar keterangan dari Jaka Umbaran tersebut Panembahan Senopati lalu berdiam diri seperti sedang mengingat sesuatu. Kemudian beliau bersabda: “Baiklah anak muda, engkau akan saya akui sebagai anakku setelah kau dapat melaksanakan perintahku " Panembahan Senopati lalu mengambil sebilah keris yang terhunus terus bersabda kepada Jaka Umbaran:
"Anak muda, saya harapkan dapat melaksanakan perintahku dengan baik. Lihatlah keris ini tidak ada kerangkanya, maka tugasmu adalah mencarikan kerangka keris ini di kayu Purwasari. Kalau perintahku ini telah kau laksanakan kembalilah kau kemari untuk kuwisuda menjadi anakku. Nah, sekarang terima keris ini dan berangkatlah segera ".
Keris itu Lalu diterima oleh Jaka Umbaran sesudah itu Ia lalu mohon diri. Jaka Umbaran terus pulang ke Giring akan menyampaikan laporan kepada kakek dan ibunya. Setelah tiba di rumah, maka kakek dan ibunya yang telah lama menunggu itu terus bertanya apakah ia telah berhasil menjumpai ayahnya dan telah diakui sebagai anaknya. Dengan bangga Jaka Umbaran lalu menceritakan hasil kunjungannya ke kota.
Ketika mendengar permintaan Panembahan Senopati agar Jaka Umbaran mencarikan kerangka keris itu di kayu Purwosari maka Ki Ageng Giring dan Rara Lembayung saling berpandangan. Karena permintaan tersebut sangat aneh, sebab maksud perintah itu ialah agar Jaka Umbaran membunuh ibunya dengan keris yang telah dibawa itu. Walaupun demikian demi kebahagiaan putranya Rara Lembayung tidak keberatan untuk dibunuhnya. Maka berkatalah Rara Lembayung kepada putranya: “Baiklah kalau itu yang dikehendaki ayahmu, rupanya beliau merasa malu mengakui saya sebagai isterinya".
Sesudah itu Rara Lembayung lalu menjatuhkan diri di ujung keris yang telah terhunus itu dan Tak lama kemudian ia meninggal dunia. Peristiwa itu membuat Jaka Umbaran kebingungan karena ia tidak tahu maksud sebenarnya daripada perintah Panembahan Senopati itu. Setelah diterangkan oleh kakeknya barulah ia mengerti. Kemudian ia kembali ke Keraton mempersembahkan berita bahwa perintahnya telah dijalankan. Diceritakan pula Segala peristiwa yang baru saja terjadi di rumahnya. Mulai saat itu Jaka Umbaran telah diakui sebagai putranya dan setelah diwisuda diberi gelar Pangeran Purboyo.
Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
nuri zein binti ujun zein sangat menyukai cerita anda
ReplyDeletenuri zein binti ujun zein sangat menyukai cerita anda
nuri zein binti ujun zein sangat menyukai cerita anda
nuri zein binti ujun zein sangat menyukai cerita anda
nuri zein binti ujun zein sangat menyukai cerita anda