Alkisah Rakyat ~ Menurut asal-usulnya Ki Ageng wonolelo masih terhitung keturunan Prabu Wijaya V, Raja Majapahit terakhir. Prabu Wijaya V berputra 111 orang. Terdiri dari 60 orang laki-laki dan 51 orang perempuan. Salah satu diantara putra-putra itu ialah Pangeran Bracakngelo.
Adapun asal mulanya Ki Ageng Wonolelo berkelana sampai di pondok adalah sebagai berikut: Tatkala Majapahit telah mengalami kesuraman karena kekuasaan sedikit demi sedikit mulai berpindah ke Demak, maka Prabu Wijaya V memerintahkan agar para putera pergi bertapa. Pangeran Bracakngelo disertai oleh Syekh Maulana Maghribi lalu berkelana ke arah barat sampai di daerah Yogyakarta. Karena pertama kali beliau bertempat tinggal di Dukuh Karanglo maka beliau lalu dinamakan Ki Ageng Karanglo. Saat itu keadaan Gunung Merapi selalu mengeluarkan lahar maka agar lahar yang keluar itu tidak mengalir ke selatan Ki Ageng Karanglo lalu pindah lebih ke utara lagi yaitu ke kaki gunung. Tempat di kaki gunung itu itu disebut Dukuh turga dan Ki Ageng Karanglo lalu berganti nama lagi dengan Ki Ageng Turga atau Syekh Jumadilkobra. Dengan demikian ada 4 nama untuk menyebut pangeran Bracakn angelo yaitu Ki Ageng Karanglo, Ki Ageng Turga dan Syech Jamadilkobra. Pangeran Bracak anngelo an berputra 4 orang yaitu itu Syech Kaki, Syech Jimat, dan dua orang putri. Syech Kaki berputra Ki Jumadigena sedang putra-putra Syech Jimat ialah Ki Berbah dan Ki Gunturgeni.
Ki Jumadugena kemudian menetap di Dukuh pondok wonolelo, Oleh karena itu beliau lalu lebih dikenal sebutan Ki Ageng Wonolelo. Menurut cerita asal mula nama Pondok Wonolelo dapat dituturkan sebagai berikut:
Nama pondok diberikan Karena setelah Dukuh itu ditempati oleh Ki Ageng wonolelo lalu diadakan semacam pemondokan untuk orang-orang yang memperdalam pelajaran agama Islam. Sedang nama wonolelo diberikan karena pada waktu Ki Jumadigena ( yang kemudian berganti nama Ki Ageng Wonolelo) masih tinggal di Turga apabila beliau melihat ke arah tempat tersebut tampak seperti Wono yang ngalela (hutan yang nampak jelas).
Dalam dongeng-dongeng disebutkan bahwa Ki Ageng Wonolelo ada hubungannya dengan Ki Ageng Gribig ( Wasibangena Alit) yang dimakamkan di Jatinom ( daerah Klaten). Beliau adalah putra Bandara Putih ( Ki Ageng Giri III) dan Putri Lembang (Nyai Ageng Giri III). Bandara putih adalah putra Jaka Dolog, sedang Jaka Dolog adalah salah seorang Putra Prabu Wijaya V. Putri lembah atau Nyai Ageng Giri III adalah Putri Sunan Giri II, dan Sunan Giri II adalah Putra Wasibagna Sunan Giri I (semula bernama Pangeran Guntur). Beliau adalah salah seorang diantara Putra Prabu Wijaya V. Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa antara Wasibagna Alit dengan Ki Ageng Wonolelo masih ada hubungan keluarga. Keduanya keturunan Prabu Wijaya V. Disamping itu juga saudara seperguruan karena mereka sama-sama berguru kepada Syekh Jumadilkobra.
Setelah selesai berburu mereka lalu diperintahkan untuk menyebarkan pengetahuannya. Mereka lalu mengembara sampai di Dukuh Wonogiri ( dekat Pakem), sesudah itu lalu menuju Pakem. Dari pakai melanjutkan perjalanan lagi ke tempat yang kemudian dinamakan Wonolelo. Di sana Ki Jubadigena lalu membabat hutan dengan benda pusakanya.
Sebelum pekerjaan tersebut selesai Mereka pergi bertanya ke Wonogiri (Surakarta). Setelah selesai Ki Jubadigena lalu kembali ke pondok wonolelo dan menetap di sana. Sedang Wasibagna Alit lalu bertanya di daerah Klaten, dan tempat tersebut lalu dinamakan Jatinom. Beliau lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Gribig dan makamnya ada di sana pula.
Kedua orang toko itu lalu menyebarkan ilmunya di tempat masing-masing. Pada masa itu adalah zamannya pemerintahan raja Mataram. Ki Ageng Wanalela berdua dengan Ki Ageng Gribig pernah diutus menaklukkan daerah Palembang.
Sampai sekarang setiap bulan Sapar di Pondok Wonolelo dan di Jatinom diadakan upacara adat yang kedua upacara itu ada hubungannya dengan kedua tokoh tersebut.
Upacara Saparan di Jatinom dikenal dengan nama Jogowiyu. Salah satu ciri khas dari pada kedua upacara itu adalah membagikan kue apem kepada para pengunjung.
Pada suatu ketika waktu penduduk Pondok menggali tanah akan membuat sumur telah menemukan semacam terowongan di bawah tanah yang cukup dimasuki manusia. Menurut cerita rakyat setempat terowongan itu ada sejak Ki Ageng Wonolela wafat. Pada waktu Ki Ageng Foto Lela wafat ada permintaan dari pihak Ki Ageng Gribig agar jenazah Ki Ageng Wonolelo dimakamkan di Jatinom. Akan tetapi permintaan itu tidak dikabulkan oleh ahli waris almarhum. Pihak Jatinom tidak putus asa, mereka tetap berusaha agar keinginannya tercapai. Dengan bantuan tenaga gaib mereka lalu membuat terowongan di bawah tanah sepanjang jarak pondok Wonolelo sampai Jatinom sebagai jalan untuk Melarikan jenazah tersebut. Namun usaha itu tidak berhasil karena pihak ahli waris Ki Ageng Wonolela selalu waspada dan pemakaman dilakukan di Pondok Wonolelo pula.
Demikianlah cerita tentang Ki Ageng Wonolela yang konon ada hubungannya dengan Ki Ageng Gribig di Jatinom. Sampai sekarang di kedua tempat tersebut masih ada petilasan petilasannya.
Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
0 Response to "Asal Mula Ki Ageng Wonolela"
Post a Comment