Si Kabayan Untung Dapat Ikan ~ Si Iteung ngomel terus. Sudah lama dia tidak pernah lagi makan ikan. Lalu menyuruh Si Kabayan menangkap ikan di sungai. Seperti biasa, Si Kabayan segan-segan kalau disuruh-suruh oleh istrinya. Suamikan tajamnya di rumah, pikirnya.
Padahal Pak Kiyai selalu bilang, bahwa suami dan istri itu adalah ibarat pakaian bagi masing-masing. Suami adalah pakaian yang dibutuhkan istrinya. Dan istri adalah pakaian yang dibutuhkan sang suami. Jadi, suami-istri itu sama-sama saling butuhkan. Kalau tidak saling butuhkan, itu kan ibarat tidak butuh pakaian.
Dan pikir Si Kabayan sendiri, tidak butuh pakaian kan berarti suka bertelanjang bulat. Bayangin! Aku dan Si Iteung telanjang bulat pergi ke pasar, pergi menghadap Pak Lurah, Pak Camat; plesiran ke kota! Itu kan tidak lucu! Yah, Si Kabayan tahu dan sadar akan wejangan Pak Kiyai yang bijaksana itu. Suami-istri saling butuhkan. Harus saling bantu. Silih asih, silih asah, silih asuh. Tapi taoh.... diminta tolong untuk menangkap ikan di sungai saja, Si Kabayan segan-segan, menggerutu. Itu tidak adil, pikir Si Iteung, seolah Si Kabayan tidak butuh pakaian. Mau telanjang.
Tapi akhirnya, biarpun kakinya seolah bersepatu besi, Si Kabayan berangkat juga menuju ke sungai. Lenggang - lenggang kangkung saja. Alat pancing pun tidak bawa. Di tengah perjalanan, dia melihat empat orang lagi sibuk menunjuk-nunjuk dengan jari mereka. Mereka sedang menghitung berapa orang jumlah kelompok mereka. Tadi, subuh-subuh ketika mereka berangkat dari rumah masing-masing jumlah mereka adalah empat orang. Tapi sekarang? Dan mereka bergiliran menghitung lagi jumlah teman-temannya. Masing-masing cuma sampai jumlah tiga orang, karena dirinya sendiri tidak ikut dihitung.
Si Kabayan lewat. Dicegat oleh mereka.
"Eh, kawan yang budiman," kata mereka. "Kami ini lagi kebingungan, nih. Kami kehilangan kawan satu orang. Tadi subuh, ketika kami berangkat dari rumah, kami ini berempat orang. Tapi sekarang tinggal tiga. Kami takut kawan yang seorang itu hanyut terbawa arus ke laut, dimakan ikan hiu di sana." Lalu mereka bergiliran menghitung lagi.
Si Kabayan ketawa dalam hati. Jelas baginya bahwa tiap orang yang menghitung kawan-kawannya itu, dirinya sendiri tidak ikut dihitung. Mereka goblok, pikirnya. Lalu katanya;
"O, sungguh ajaib ini, kawan-kawan. Ajaib sekali. Kalau begitu, orang yang ke empat itu pasti bukan kawan kalian. Pasti dia setan. Setan sungai yang tidak suka kalian ambil ikan-ikannya. Dia pasti marah dan akan menghukum kalian. Lalu dia menyamar sebagai kawan kalian itu. Jelas, dia itu setan. Ah, aku takut. Aku takut!" Dan dengan itu Si Kabayan lalu lari! Lari sambil berteriak-teriak, "Setan! Setan! Ada setaan! Aku takut! Takut!"
Melihat Si Kabayan lari sambil berteriak-teriak begitu, keempat orang itu pun lalu lari berhamburan ke segala penjuru. Mereka lari tunggang – langgang, terpelanting-pelanting, terserandung-serandung, menabrak pohon, menyeruduk belukar, takut dimakan setan sungai yang ikan-ikannya baru ditangkapi mereka. Mereka tinggalkan ikan yang berkeranjang-keranjang itu, tidak berani membawanya lari.
Aduh, berat banget rezeki ini, pikir Si Kabayan, sambil merahuh-rahuh napasnya, terbungkuk - bungkuk jalannya memikul keempat keranjang ikan yang ditinggalkan oleh orang-orang yang ketakutan dimakan setan sungai itu.
Sebentar kemudian, dia sudah berseru-seru dari halaman rumahnya; "Iteung! Iteung! Cepat! Goreng ikan yang Akang baru pancing ini. Pepes juga baik. Atau diasam-manis. Terserahlah! Asal enak, pokoknya. Tapi jual sebagaian ke tetangga, Ki Silah! Jangan murah-murah! Dia banyak duit, tapi kikir!"
Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
0 Response to "Si Kabayan Untung Dapat Ikan"
Post a Comment