Si Kabayan dan Tahta, Harta, Wanita

Si Kabayan dan Tahta, Harta, Wanita ~ Pada suatu hari, pak Guru pernah menyebut-nyebut nama seorang Lord Acton. Jangankan tahu atau kenal oarngnya, namanya pun baru sekali itu Si Kabayan dengar. Tapi itu tidak penting. Yang penting ialah bahwa menurut pak Guru orang itu pernah menyatakan, bahwa nilai kekuasaan cenderung dikorupsikan oleh si pemegangnya untuk kepentingan dirinya sendiri, dan bahwa kekuasaan yang mutlak dikorupsikannya pun secara mutlak pula. Audzubillah, pikir Si Kabayan ketika mendengarnya. Namun demikian, dia tetap berpendapat bahwa kekuasaan itu enak. Makin mutlak kekuasaan itu makin mutlak pula enaknya. Jadi bagiku, katanya dalam hati, cita-cita yang harus kugantungkan di langit ke-7, itu ialah menjadi seorang Raja Jimbul. Sebagai seorang Raja Jimnul dari dongeng-dongeng mitos itu hidup-mati tiap orang berada dalam tanganku. Tidak akan ada lagi manusia yang berani memerintah aku, sekalipun itu Pak Lurah, atau Si Iteung. Tunduk semuanya kepadaku. Dan itu, enak mutlak, pikirnya berulang kali.


Dalam pada itu, Si Kabayan pernah mendengar juga pendapat Pak Kiyai. Menurut orang alim ini, kekuasaan itu memang enak, juga berguna dan dibutuhkan untuk kemajuan dan keselamatan serta kebahagiaan hidup seluruh umat manusia. Dan syaratnya (dan ini penting!) kekuasaan itu harus didasarkan pada nilai-nilai moral keadilan, kasih sayang dan rukun damai serta saling bantu bergotong royong dengan sesama hidup, tanpa peduli perbedaan warna kulit, agama, kebangsaan, keturunan darah, kelas masyarakat, dll. Tapi sebaliknya, kalau kekuasaan itu ditunggangi oleh setan, maka penyelewengan dan penyalah gunaannya akan terjadi di ketiga bidang hidup yang tercakup dalam ungkapan "Tahta-Harta-Wanita," yang sangat terkenal itu.

Di ketiga bidang itu setan akan memanipulasi nafsu manusia dalam bentuk kerakusan yang tidak mau mengenal batas. Tegasnya, orang dijadikannya mabok kekuasaan (tahta), mabok kekayaan (harta), mabok keplesiran (wanita). Tidak tahu lagi batas moral; tidak tahu lagi apa yang baik, apa yang mungkar, apa yang halal, apa yang haram. Demikianlah keterangan Pak Kiyai.

Tapi Si Kabayan berpikir, mabok ya mabok, tapi kekuasaan, kekayaan dan keplesiran itu kan enak-enak semuanya. Jauh lebih enak dari pada keadaan diriku yang kerempengan ini, tanpa kekuasaaan, tanpa duit, tanpa keplesiran kecuali dengan Si Iteung. Lalu dia ngelamun menjadi seorang Firaun. Kemudian berturut-turut menjadi Julius Caesar, Nero, Dzengis Khan, raja matahari Louis ke-14, Napoleon, dan lain-lain yang semuanya dianggapnya sebagai titisan Raja Jimbul yang pernah memerintah umat manusia dengan sewenang-wenang diseluruh jagat raya. Para titisan Raja Jimbul itu dilamun oleh Si Kabayan sedang enak-enaknya berkencan di tempat tidur dengan bermacam-macam bidadarinya yang cantik-cantik, denok-denok, bahenol-bahenol, menggiurkan. Dan ketika ngelamunnya sudah kecapekan, dia tertidur. Dan dalam tidurnya dia mimpi menjadi Hitler. Dan ketika dia sebagai diktator Nazi Jerman itu sedang enak-enaknya bercumbu-cumbuan di atas sebuah kapal pesiar yang mewah dengan gundiknya, Eva Braun, Si Kabayan mengigau. Dan ketika igauannya itu mengucapkan. "O Epabron! Epabron! Kekasih Akang yang tercinta," maka kapal itu tiba-tiba didampar oleh ombak yang tinggi dan airnya bau comberan. Kapal tenggelam. Dan Si Kabayan merasa dirinya basah-kuyup, terengah-engah menarik napas yang terasa berat, ketika hidungnya kemasukan air yang bau comberan. Dan ketika dia membuka matanya, dia melihat Si Iteung lagi berdiri dengan sebuah ember di tangannya yang air comberannya dia semburkan lagi untuk kedua kalinya ke dalam muka Si Kabayan, sambil berteriak-teriak; "Ayo bilang! Siapa si Epabron itu? Siapa?" Dan dengan kata-kata yang menggeledek itu, dia semburkan lagi airnya untuk ketiga kalinya ke atas kepala suaminya. Tambah basah kuyup seluruh badan Hitler gadungan itu. Dan bau airnya tak ketulungan. Maklum air comberan. Dan Si Kabayan bertekuk lutut menyembah-nyembah terhadap Si Iteung.

"O, ampun, Iteung! Akang minta ampun! Lain kali Akang tidak akan mimpi seperti itu lagi. Akang janji, Akang sumpah Iteung. Lain kali Akang akan mimpi pesiar sama Iteung saja. Sama Iteung saja. kekasih Akang satu satunya yang abadi, yang cantiknya tanpa tandingan di dunia."

"Satu-satunya yang abadi?! Kalau begitu di samping aku banyak kekasihmu yang tidak abadi? Kamu sering nyeleweng, dengan pacar-pacar kamu yang non-abadi. Hah?!"

"Tidak sesering yang Iteung kira. Tidak! Cuma satu - dua kali saja, Iteung! Itupun cuma seoles saja, singgah selewatan, satu dua menit saja, seperti angin mamiri mengusap pipinya. Mereka cepat bosan sama Akang. Akang kan tidak ganteng; bukan bintang pelem Raden Mas Arjuno atau Si Caplin. Dan kantong pun kosong abadi. Apalagi tahtaku cuma di pinggir tungku yang sering kali tidak nyala apinya. Jadi, dibidang tahta-harta-wanita kang jelas masuk hitungan. Tapi yang paling penting dan berada di atas segala-galanya, itu kan keabadian cinta Akang kepada Iteung. Yang tidak abadi kan sepele-sepele saja. Cuma sekali lihat, sekali senyum sedikit, sekali lagi senyum sedikit, lalu bosan. Lupa. Hilang-lenyap keabadian ketiadaan, bagaikan uap lenyap di persada antah-berantah. Lupa abadi. Maka cinta pun bertahta kembali di atas singgasana. 'Keabadian Abadi nan Abadi,' yaitu di sini di tepi tungku dapur kita ini, disamping bojo Akang. Nyai Iteung sari nan cantik jelita ini, ngerti Iteung? keabadian abadi nan abadi, itulah menurut pak Guru, istilah filsafatnya Dewa Asmara Kamajaya. Maaf, kalau Iteung kurang mengerti bahasa filsafat poetika-romantika yang Akang suka pinjam dari Pak Guru Akang sendiri pun kadang-kadang kikuk, ngerti-tak-ngerti. Tapi tiada masalah. Yang penting, Neng Iteung, adalah karena bahasa filsafat model itu hanya bisa timbul, kalau cinta Akang terhadap diri Neng lagi gila-segila-gilanya, memuncak kembali seperti pada saat ini." Dan mulut Si Kabayan sudah memonyong ke depan mau mencium pipi Si Iteung, tapi ciut kembali kena tamparan lima jari.

"Tidak percaya! Tidak percaya!" teriak Si Iteung. Lalu memberondongkan peluru-peluru empedunya, "Laki-laki suka manis di mulut doang! Tanam tebu di bibir dengan pupuk tahi ayam. Taburkan gula pahit-asem diatas lidah, pinter ngoceh tak keruan. Banyak janji yang empuk-empuk. Banyak sumpah bernilai sampah. Banyak sujud bermutu palsu. Manis janji, tidak akan mimpi sama betina yang lain lagi, selain dengan aku. Nonsen belaka! Itu janji kosong melompong. Itu sumpah hampa bau tengik! Hus! Hus!" Lalu air comberan yang masih tersisa dalam ember disemburkan lagi sampai habis, tumpah semuanya ke atas seluruh tubuh Si Kabayan yang sedang berlutut mengucapkan kata-kata filsafat poetika-romantika itu. Tambah basah - kuyup dia. Dan pada saat itu juga dia mengira bahwa dunia tiba-tiba diserang gerhana matahari. Dia tiak bisa melihat apa-apa. Gelap pekat semata.

"Pakailah topi baja diktator yang kamu ingin jiplak kekuasaannya itu! Pakai!" bentak Si Iteung." Ayo pakai!"
Ternayata, saking kelewatan gemasnya, Si Iteung telah menutupi kepala Si Kabayan dengan ember kosong itu, sehingga der Fuehrer yang adikuasa dari kerajaan mimpi itu, mengap-mengap, sukar narik napas dan tulag-tolog matanya sukar cari sinar sang surya. Dan sambil megerutu, Si Kabayan membebaskan kepalanya dari topi baja bau comberan itu; Aiiih nasib! gerutnya dalam hati. Dasar Si Kabayan! Sekali Si Kabayan, tetap Si Kabayan. Sial melulu. Lagi enak-enaknya menikmati suasana surga tahta-harta-wanita dalam mimpi, akhirnya konyol, merayap-rayap seperti kadal comberan dalam gubug reyot ini. Tapi saat itu juga Si Kabayan berubah pendapat. Memang Pak Kiyai itu benar, pikirnya. Kalu dikendalikan oleh setan yah, apa enaknya jadi Raja Jimbul itu?! Aku baru saja ngelamun dan mimpi, namun ganjarannya sudah kayak gini! Bau comberan! Apalagi kalau....kalau aku. Dan tidak berani meneruskan jalan pikirannya. Takut kedengaran oleh Si Iteung!!!!...!!!!

Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Si Kabayan dan Tahta, Harta, Wanita Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Si Kabayan dan Tahta, Harta, Wanita Sebagai sumbernya

0 Response to "Si Kabayan dan Tahta, Harta, Wanita"

Post a Comment

Cerita Lainnya