Si Kabayan dan Si Bengal

Si Kabayan dan Si Bengal ~ Sejak Si Bengal, teman sepermainan Si Kabayan diculik oleh orang untuk dikerjakan sebagai kuli kontrak di perkebunan karet di Deli, Si Kabayan tidak pernah ketemu lagi dengan anak yang sombong dan suka berhantam itu. Kabar sudah sampai di telinga Si Kabayan bahwa Si Bengal sudah kembali dari Deli ke kampung. Dan konon banyak harta milik yang dibawanya bersama seorang istri yang baru dikawininya. Pasti Si Bengal tambah sombong mulutnya, pikir Si Kabayan. Tapi tidak apa. Tiada masalah. Rahwana pun bisa ditundukkan oleh seekor monyet. Aku siap menghadapinya, pikir Si Kabayan. Biar aku bukan Hanoman, pahlawan monyet dan miskin pula, namun aku manusia bebas, tidak dibentak-bentak, disepak-sepak oleh "tuankawasa" perkebunan.


Dan kesadaran diri Si Kabayan itu nyaris meningkat ke taraf sombong. Dia teringat bahwa Si Iteung menang dalam kontes kecantikan desa. Istriku, pikirnya, pasti tidak kalah cantik oleh yang di sebut "Ibu Bengal", istri "Bapak Bengal" itu. Karena sudah sangat kangen. Si Bengal dan istrinya tiba-tiba muncul di depan rumah Si Kabayan, mana mertuamu. Si Kabayan agak gugup, tapi langsung mempersilahkan mereka masuk.

Banyak si tamu mengoceh. Dan Si Kabayan pun banyak mengoceh kembali. Tapi dalam hatinya saja. Buat apa ocehan mulut sombong dilayani, pikirnya. Buang - buang waktu saja.

"Yah, Kabayan, walaupun aku kuli kontrak, namun aku banyak senang," kata Si Kabayan."Lihat hasilya!" Dan tangannya bergerak menepuk pundak istrinya di sampingnya. Mengoceh tentang subengnya. kalungnya, cincinnya. 

"Semuanya, ratusan gulden harganya. Mahal itu, Kabayan. Tapi alhamdulillah, aku banyak duit. Bila bayar. Dia ketawa memperlihatkan empat gigi depannya berlakup emas.

Si Kabayan mengoceh pula. Tapi dalam hati saja. Peduli amat, hey Bengal! Aku pun kaya. Aku punya telinga. Aku punya mata, Aku punya kaki, tangan, dan badan yang kekar sehat. Bisa kerja- keras. Tidak tergantung kepada orang lain. Dan aku tidak gila. Otakku waras. Dan tidak bodoh. Kalau perlu aku bisa ngibulin otak udang Ki Silah, tetanggaku yang kaya dan kikir itu. Dan tanpa gigi mas punyaku ganteng. Buktinya, Si Iteung suka cemburu kalau aku dikejar-kejar gadis-gadis dan janda-janda muda dari kampung Malakeudeu, Kabupaten Garut. Dan yang paling penting, hey Bengal! Aku ini manusia bebas. Tidak ada yang memerintah, kecuali kadang-kadang Pak Lurah dan Si Iteung bersama bapaknya, mertuaku.

Demikianlah ocehan Si Kabayan. Dalam hati. Dan si Bengal mengoceh terus. Lewat mulut. Dan Si Kabayan mengoceh kembali. Dalam hati lagi. Dan bunyinya itu-itu juga sampai pada satu ketika Si Bengal mau memamerkan kecantikan istrinya.

"Hey, Dik Ajeng," kata Si Bengal, sambil menggelitik ketek istrinya, sehingga "Dik Ajeng" itu ketawa-ketawa bercekikikan, kegelian dan membuka mulutnya lebar-lebar. Pada saat itu pula Si Kabayan cepat mengelakkan sinar halilintar yang mengkilat dari dua deretan gigi emas  "Dik Ajeng" alias Ibu Bengal.

Si Kabayan tidak mau kalah. Dia mau memamerkan juga istrinya, mantan ratu kecantikan desa. Memanggil-manggil, "Iteung! Iteung. Ini ada tamu terhormat! Sobat Akang dulu !

Beliau dan Ibu berkenan mencemarkan kaki datang berkunjung ke gubug butut, rumah kediaman kita. Lekas kita sambut. Kita jamu."

Sebenarnya, selama itu Si Iteung mengunci diri di kakus tidak mau ketemu, karena dia Cuma pakai celana dalam dan kutang. Satu-satunya kain kepunyaannya sedang dipaka ioleh Si Kabayan, karena Si Kabayan punya lagi di jemur, baru di cuci. Cepat-cepat Si Iteung lari ke dapur. Loncat ke dalam sebuah keranjang bekas wadah arang yang sudah bolong. Dan sebentar kemudian dia menongol ke tengah rumah lewat pintu depan.

Alangkah kagetnya Si Kabayan dan tamu-tamunya, ketika mereka melihat ada makhluk aneh masuk rumah. Badannya ditutupi dengan keranjang dan kepalanya bertopi sebuah panci. Si Kabayan segera mengenal Si Iteung dalam bentuk makhluk yang aneh bin ajaib itu. Mana mungkin Si Iteung dalam bentuk  bungaok itu bisa dia pamerkan kepada kedua tamunya yang terhormat itu. Si Kabayan malu dan takut sekali, kalau-kalau Si Bengal bisa mengenal Si Iteung dalam bentuk bungaok itu. Lalu cepat-cepat saja berseru-seru ke dapur; "Iteung! Iteung! Dimana kamu? Ini ada orang gila! Masuk rumah! Cepat panggil satuan keamanan (satkam)! Suruh usir dia! Cepat!"

"Mana orang gila itu Kang Kabayan? Mana?" bunyi suara dari dalam kranjang; membikin Si Kabayan pucat, takut tamu-tamu mengenal suara Si Iteung yang keluar dari dalam kranjang itu. "Kupanggil satuan keamanan (satkam), Kang Kabayan. Biar satkam yang menangkapnya."

Mendengar suara itu. Bapak dan Ibu Bengal cepat-cepat berloncatan dari dalam rumah ke pekarangan, lalu lari tunggang-langgang, secepat orang-orang yang tidak sudi dituduh gila dan dikejar satuan keamanan (satkam).

Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Si Kabayan dan Si Bengal Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Si Kabayan dan Si Bengal Sebagai sumbernya

0 Response to "Si Kabayan dan Si Bengal"

Post a Comment

Cerita Lainnya