Si Kabayan dan Pencak Silat

Si Kabayan dan Pencak Silat ~ Huthet! Hutbet! Joros ke depan! Tonjok ke kiri ! Sikut ke kanan! Sepak ke depan! Tendang ke belakang! Jatuh! Tidak apa! Si Kabayan cepat berdiri lagi. Burhuthet lagi suaranya yang keluar dari mulutnya mengiringi tiap jotosan, tiap tendangan yang disebut "jurus" seni beladiri Sunda gaya Cikalong itu.


"Ingatlah, Kabayan!" kata Pak Kiyai yang mengajar dia pencak Cikalong itu. "Gaya pencak yang Abah ajarkan itu, hanya digunakan untuk beladiri saja. Beladiri kalau diserang Mengerti?!"

"Mengerti, Abah."

"Nah, Itu satu ! Kabayan! Kedua, seni beladiri Abah ada ilmu dan filsafatnya, yang didasarkan atas perintah Tuhan."

"Yang mana, Abah? Perintah Tuhan begitu banyak."

"Perintah bahwa manusia harus hidup rukun dan damai dengan sesama makhluk manusia. Tegasnya, kita harus saling sayang-menyayangi dengan sesama umat manusia. Tegasnya lagi, kata benci harus kita coret dengan tinta mereah yang tebal dari kamus jiwa rohani kita. Kecuali hanya dan semata-mata terhadap setan saja. Kita harus benci terhadap setan! Tapi harus cinta sama sesama manusia. Mengerti, Kabayan?!"

Dan seterusnya Si Kabayan memanggut-mangut mendengarkan cerita Pak Kiyai mengenai sikap Baginda Ali, ketika sahabat dan menantu Nabi Muhammad Saw, itu perang satu lawan satu dengan musuhnya yang jagoan ahli perang.

"Nah, ketika si musuh itu sudah tergeletak di tanah dan hanya tinggal ditebang-lehernya saja oleh Baginda Ali, maka tiba-tiba sekali si bedebah itu memuncratkan ludahnya ke dalam wajah Baginda Ali. Maka seketika itu juga timbullah rasa benci dalam hati Baginda Ali. Dan terjadilah suatu hal yang luar biasa pada saat itu juga. Tahu, Kabayan! Apa yang terjadi! Pada saat itu juga terlepaslah pedang dari tangan Baginda. Tidak jadi dihanjutkan ke atas leher musuhnya. Akibatnya, Kabayan?! Si musuh itu serta-merta bersujud di hadapan kaki Baginda. Dia minta ampun, dan menyatakan bahwa mulai saat itu dan seterusnya dia mau masuk Islam dan akan menjadi penganutnya yang setia."

Huthet! Huthet! Tiap kali Si Kabayan latihan; hatinya terus-menerus mengulang-ulang kata-kata; Manusia tidak boleh membenci sesamanya manusia. Aku tidak boleh membenci orang! Aku cuma mau membenci setan yang bercokol di dalam jiwa orangnya.

Dan ketika pada suatu hari dari kejauhan dia sudah melihat Si Bedegul akan berpapasan di jalan, dia sudah berpuluh kali mengulangi kata-kata itu dalam hatinya. Dan ketika sudah dekat, dia tiba-tiba mengelak ke pinggir jalan seraya berseru keras; "Aku tidak boleh membenci sesama manusia. Aku cuma benci si setan di dalamnya! Si setannya! Si setannya!".

Si Bedegul kaget. Melirik sebentar ke arah  Si Kabayan. Tapi dia jalan terus. Mengira Si Kabayan lagi kemasukan raja setan Guriang Tujuh.

Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Si Kabayan dan Pencak Silat Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Si Kabayan dan Pencak Silat Sebagai sumbernya

0 Response to "Si Kabayan dan Pencak Silat"

Post a Comment

Cerita Lainnya