Si Kabayan Santri Gagal ~ "Kabayan," kata Pak Kiyai" kalau kamu mau selamat dunia - akherat, kamu harus belajar sembahyang, jadi santri dan pandai berbahasa Arab. Mengerti?"
Mulailah Si Kabayan belajar sembahnyang, jadi santri dan menghafal kata - kata Arab, seperti fulus, toyib, kafir, dll. Di samping itu, dia menghafal juga kata-kata Sunda yang bunyinya bisa dibikin mirip kata - kata Arab. Misalnya kata perlu dia ucapkan ferrdzu; pakaian menjadi fekeyan, celana menjadi dzela'na, habis menjadi ghobish, dsb. Itu cukup, pikirnya. Orang pasti bakal mengira aku bisa berbahasa Arab. Dan akan mengagumi aku, seperti mereka mengagumi Si Kunyang, padahal diploma gelar 'Doctor'-nya aspal (asli tapi palsu) yang dia beli di pinggir jalan.
Di desanya khalayak lagi ramai mencari calon yang baik untuk menjadi penghulu mesjid desa. Syarat utamanya, dia harus fasih berbahasa Arab.
Pada suatu hari Jumat para jemaah mukmin kebingungan. Tidak ada imam yang akan memimpin shalat Jumatan di mesjid. Kebetulan Si Kabayan lewat di sana. Wah, ini suatu kesempatan bagiku untuk mempraktekkan kesantrianku, pikirnya. Dia menawarkan dirinya untuk bertindak sebagai imam. Dengan syarat, bahwa khotbahnya harus ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa Sunda. Tiada masalah, pikir para jemaah.
Penerjemah bisa dicari. Mereka setuju.
Si Asbun, kenal Si Kabayan yang tukang jualan obat di kota, berambisi ingin dijadikan calon penghulu. Cuma sulitnya dia sama sekali tidak bisa berbahasa Arab, sedang itu merupakan syarat utama. Dia bisik - bisik dengan Si Kabayan. Mereka mengangguk-angguk. Mereka ketawa kecil. Mereka setuju Toyib! Toyib! Bisik Si Kabayan ke dalam telinga temannya.
Lalu Si Asbun mengumumkan kepada para jemaah bahwa dia sanggup untuk bertindak sebagai penerjemah khotbah Si Kabayan. Para jemaah gembira.
Bahasa khotbah Si Kabayan campur aduk antara kata-kata Arab dan kata-kata Sunda yang bunyinya sengaja dibikin mirip kata-kata Arab. Dan Si Asbun "menerjemahkannya" dengan seenak perutnya, dan dengan lagak - lagu seolah dia menerjemahkan kalimat demi kalimat. Padahal kalimat isapan jempol Si Kabayan dalam bahasa Sunda dibunyi arabkan, dan kalimat isapan jempol Si Asbun sebagai terjemahannya tidak ada sangkut - pautnya satu sama lain. Ini ngalor, itu ngidul, Bunyinya sebagai berikut:
"Nah, para jemaah yang saya mulyakan, kata 'penghulu' itu berasal dari kata Sunda 'hulu' Artinya 'kepala' Jadi penghulu itu artinya kepala. Nah. di Zaman Jahiliyah, banyak kepala alias penghulu yang besar-besar kepalanya dan isinya cuma otak udang. Tidak demikian di Zaman Rasulullah penghulu pinter-pinter dan bahasa Arabnya fasih-fasih. Padahal mereka tidak pernah belajar bahasa Arab di pesantren, macam saya, Si Kabayan, dan penerjemah khotbah saya Bapak Asbun ini. Nah, para jemaah yang saya mulia-hormati, zaman kita sekarang ini adalah zaman campur adukan antara Zaman Jahiliyah dan Zaman Nabi. Tegasnya, di zaman kita sekarang ini, ada penghulu - penghulu yang otaknya udang, tapi banyak juga yang otaknya pinter-pinter seperti si kancil, tapi tidak bisa berbahasa Arab. Karena begitu masa kita sekarang ada pepatah yang berbunyi, si bodoh adalah makanan si pinter. Tegasnya, penghulu - penghulu yang pinter-pinter, tapi tidak bisa berbahasa Arab itu, bisa makan khalayak yang bodoh-bodoh. Itu sangat mengerikan! Manusia kok makan sesama manusia. Kucing pun tidak pernah makan sesama kucing, bukan?!
Apalagi ayam makan sesama ayam. Belum pernah kita dengar, bukan? Nah, manusia yang doyan makan manusia, dalam bahasa arabnya di sebut 'kanibal' Nah, di zaman campur aduk seperti sekarang ini banyak kanibal-kanibal yang berkeliaran. Mencari orang-orang bodoh untuk dimakan. Ngeri banget, bukan? Karena apa?! Karena penghulu - penghulu yang pinter-pinter itu tidak bisa berbahasa Arab sefasih penghulu-penghulu di zaman Nabi. Jadi kalau kalian sekarang mau memilih calon penghulu, kalian harus memilih calon yang pinter dan fasih berbahasa Arab seperti Bapak Asbun ini, yang sedang menerjemahkan khotbah bahasa Arab saya ke dalam bahasa Sunda desa Malakeudeu, Kabupaten Garut. Pak Asbun inilah calon penghulu yang paling tepat bin patut untuk mesjid kalian. Karena beliau ini pinter dan fasih berbahasa Arab, beliau jelas bukan kanibal. Mengerti saudara-saudaraku kaum muslimin dan muslimat? Nah, kalu Bapak Asbun ini sudah kalian pilih menjadi penghulu, maka para jemaah harus menunjukkan rasa terima kasih dan hormat kepadanya sebagai penghulu yang baru itu. Mengerti? Sebagai tanda terima kasih dan hormat itu, kalian harus memberi sumbangan bulanan. 'Kontribusi' kata Arabnya, berupa beras dan lauk pauknya, juga pakaian, atau 'busana' kata Arab klasiknya. Busana yang baru-baru, termasuk juga untuk keluarganya. Disamping itu, kalian harus bantu-bantu kerja diladang dan disawahnya, di pekarangan dan dalam rumah kediamannya, dan kalian harus suka dan ikhlas karena Allah, kalau disuruh ini dan itu oleh Bapak Penghulu baru dan keluarganya. Harus berpegang pada adat - istiadat leluhur kita dari zaman raja-raja pinandita yang menyuruh sambil memegang ajaran linuhung yang berbunyi 'sepi ing pamrih, rame ing gawe' Mengerti?!"
"Penindas! Pemeras feodal - kolonial!" Tiba-tiba para jemaah dikagetkan oleh suara yang berseru-seru dari deretan belakang: "Si Asbun rakus! Si Kabayan santri gagal! Bahasa Arabnya pabaliut kayak lalulintas kendaraan campur aduk! Mereka mau ngibulan jemaah. Menganggap rakyat bodoh! Seperti di zaman feodal-kolonial! Kita sekarang tidak sebodoh itu lagi! Kita usir kedua bedebah ini ! Kita usir!"
Dan dengan serentak mereka pada berdiri lalu menyerbu ke depan mau mengeroyok Si Asbun dan Si Kabayan. Segenap mesjid menjadi goncang, porak poranda, panik. Untung kedua orang itu bisa cepat-cepat melarikan diri. Tapi hidung Si Asbun tidak sempat mengelakkan tinju yang berlabuh di atasnya. Si Kabayan tidak sempat mengenakan celana dalam yang telah dilepaskannya sejak habis wudhu. Tersungkur-sungkur dia lari karena kakinya terjerat-jerat oleh kaen plekatnya yang kedodoran. Celana dalamnya ketinggalan di mesjid. Para muslimat yang memakai mukena menjadi panik, pada menjerit-jerit kekagetan. Lekas-lekas menutupi mata.
Sampai di rumahnya Si Kabayan merenung-renung. Dasar Si Kabayan, pikirnya. Sial dan nahas selalu. Selamat dunia akherat adalah tujuanku, tapi belum juga sampai di gerbang akherat nasib sudah berabe kayak begini. Dasar dusta! Bohong! Nipu! Mana bisa diandalkan untuk keselamatan hidup. Apalagi mendustai khalayak dengan agama. Buseeet! Aku durhaka terhadap Allah! Ampun Gusti! Ampun! Hamba telah berdosa.! Dosa santri gagal! Gagal total!
Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
0 Response to "Si Kabayan Santri Gagal"
Post a Comment