Si Kabayan dan HAM

Si Kabayan dan HAM ~ Si Kabayan bertanya, Pak Kiyai menjawab: "Begini Kabayan. Tuhan menciptakan manusia itu, karena Dia membutuhkan wakil-Nya di muka bumi ini. Khalifah filardhi, istilahnya. Karena begitu, Dia menciptakan manusia itu sebagai jenis “makhluk yang utama" yang lebih sempurna dari pada makhluk-makhluk lainnya. Dan Tuhan memerintahkan makhluk-makhluk lainnya supaya mereka tunduk dan menyembah kepada manusia. Cuma  cialatnya, Kabayan, Iblis tidak mau memenuhi perintah Tuhan itu. Dia bandel. Dia iri, Dia marah. Kenapa bukan dia dan setan - setan yang diangkat sebagai khalifah Tuhan di muka bumi ini. Kenapa Tuhan harus menciptakan makhluk jenis baru utnuk maksudnya itu. Lalu Iblis bersumpah dan sesumbar akan menggoda manusia sepanjang hidupnya, agar manusia gagal menjalankan tugasnya sebagai khalifah Tuhan itu. Nah, inilah Kabayan yang sangat penting untuk kita sadari selalu. Ialah bahwa Si Iblis dan gerombolan setan-setannya akan selalu mengganggu kita, manusia, sepanjang eksistensi kita di alam fana ini."


"Tapi, Bah," kata Si Kabayan. "Yang saya ingin tanyakan itu adalah soal Hak Azasi Manusia (HAM). Bagaimana itu hubungannya dengan kisah yang Abah ceritakan itu?"

"Begini, Kabayan. Sebagai khalifah Tuhan, manusia diberi pelbagai macam hak yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluk lain. Maksudnya ialah agar manusia bisa menjalankan tugasnya sebagai wakil Tuhan itu dengan sesempurna mungkin. Hak istimewa itu adalah khas milik makhluk manusia semata-mata, dan merupakan ciri khas dari tingginya derajat dan martabat manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk yang ditugaskan untuk mewakili Tuhan itu. Hak itu antara lain adalah hak kebebasan berpikir dan mengutarakannya, kebebasan memilih dan memeluk agama atau kepercayaan sendiri, di samping kebebasan untuk berbuat dan berperilaku menurut keyakinan, nilai moral, selera dan tanggung jawab sendiri terhadap Tuhan, dalam usaha untuk menjalankan tugas sebagai wakil-Nya itu dengan sebaik-baiknya. Kebebasan itulah, Kabayan, adalah Hak Azasi Manusia. Abah namakan kebebasan ini kebebasan 'UNTUK' karena di samping itu ada kebebasan yang Abah sebut 'kebebasaan DAR.' Yaitu kebebasan dari rasa ketakutan, dari ketidak adilan, penganiayaan dan penindasan, dari kelaparan, dari kemiskinan, dari kebodohan, dari ancaman dan teror, dan dari hal-hal lain yang negatif seperti itu. Tapi hak azasi itu tidak hanya berupa hak memiliki kebebasan ini-itu yang sifatnya abstrak saja, melainkan juga hak milik kebendaan yang kongkrik, yang bisa diraba, dsb, Ngerti?"

"Ngerti, Bah."

"Nah, apakah kamu sadar bahwa kamu punya tugas yang berat tapi sangat mulia di dunia ini sebagai khalifah Tuhan?"

"O. alhamdulillah, Abah. Saya sadar," jawab Si Kabayan sambil membusungkan dadanya dan membesarkan lobang hidungnya, karena rasa bangganya. "Saya sadar dan bangga akan tugas saya, Abah. Tiada masalah."
"Syukurlah, Kabayan, syukur alhamdulillah. Tapi Kabayan, jangan lupa sumpahnya setan Iblis itu! Dia akan sesumbar akan selalu menggoda manusia! Kalau tidak waspada, kita malah bisa menjadi wakil setan dan bukan wakil Tuhan di muka bumi ini. Ngerti?!"

Si Kabayan agak menciut dadanya, dan lobang hidungnya agak menyempit. Dia ingat Si Bedegul yang suka menteror penduduk desa. Tapi menjawab juga: "Ngeri, Bah. Memang tidak mudah melawan orang gila. Apalagi melawan setan yang tidak mudah melawan orang gila. Apalagi melawan setan yang gila. Saya sadar akan hal itu. Abah. Sadar sekali."

Pagi ini Si Kabayan ribut, melihat kerbaunya tidak ada di kandangnya. Pasti dicuri orang tadi malam, pikirnya. Dan karena si pencurinya rupanya terburu-buru, ikat kepalanya jatuh ke atas serumpukan tahi kerbau. Gila, pikir Si Kabayan. Ini ikat kepala Si Bedegul. Aku tahu, baunya bau badan Si Bedegul. Bau tengik. Ini bukti nyata; bukti yang sah; yang berada diluar keraguan akal sehat. Pasti bin tentu Si Bedegul-lah pencurinya, kerbauku itu, pikir Si Kabayan tegas.

Siang itu juga Si Kabayan bergegas ke rumah Si Bedegul, mau minta kembali kerbaunya. Kurang ajar, gerutunya sepanjang jalan. Gua harus hajar dia! Mencuri adalah pelanggaran hak milik orang. Dan itu berarti juga melanggar hak azasi manusia yang lebih dasariah manusiawi. Si Bedegul harus diberi kursus kilat mengenai HAM. Tapi bagaimana caranya? Si Bedegul adalah seorang "jago" yang suka menteror desa kita dan sekitarnya. Dia sombong dan kepala batu. Dia tukang bacok. Ditakuti zeluruh masyarakat desa. Kalau dia marah, rumah orang bisa disepaknya sampai runtuh; dan pasar diubrak - abriknya seolah gempa bumi yang mengamuk. Dan Si Kabayan sadar akan hal itu. Tiba-tiba dia ingat akan sebuah ajaran dari Pak Kiyai. Katanya, otak yang pintar dan moral yang tinggi lebih unggul dari pada otot yang kuat tapi moralnya bejat dan otaknya otak udang.

Maka sepanjang jalan Si Kabayan sesumbar. Gua hajar lu, Bedegul! Gua kan hancurkan otak udangmu dengan otak brilyanku! Gua kan paksa moral bejatmu sebagai tukang bacok bertekuk lutut dan menyembah-nyembah di hadapan hadiratku. Sampai di rumah Si Bedegul, dilihatnya orang yang jangkung-gede, brewosan dan seluruh badannya otot melulu, sedang asyik mengasah simbol kekuasaannya, yaitu sebuah pedang Samurai Jepang. Si Bedegul menyambut kunjungannya dengan pedangnya menyabet-nyabet ke kiri dan ke kanan.

"Hey, Kabayan! Apa kabar?" suara Si Bedegul menggeledek matanya berkedip-kedipan, saking silaunya kena kilatan pedang dan gigi mas. Si Kabayan langsung sadar bahwa tinjunya yang cuma sebesar ketupat, mana mungkin bisa menang melawan pedang yang sedepa panjangnya. Juga mana mungkin badan yang tipis kerempengan bisa menang melawan otot kawat balung besi si pencuri kerbau yang brewosan ini. Mana mungkin? Tapi Si Kabayan tiba-tiba ingat pula pada kata-kata selanjutnya dari Pak Kiyai itu, ialah bahwa otak yang cerdas dan moral yang tinggi harus berani membela kebenaran hak azasi manusia. Maka katanya dengan suara lantang: "Hey! Bedegul! Kamu telah mencuri kerbau aku, ya! Kamu sudah berani melanggar hak azasi manusia."

Si Bedegul ketawa. "Ah, yang benar aja kamu bicara ini, Kabayan. Kok ngomong hak azasi manusia segala. Hak azasi manusia itu kan hak kepunyaan segenap umat manusia, termasuk aku dan kamu sendiri dan manusia-manusia lainnya seluruhnya yang hidup di seluruh muka bumi ini. Ngerti?! Jadi kita ini, kamu dan aku, Kabayan, adalah sama-sama pemilik hak azasi manusia itu. Karena begitu, mana mungkin aku mau melanggar hak yang aku ikut menjadi pemiliknya juga Ibarat aku, sebagai pemilik badanku yang brewosan ini, kan tidak mungkin aku langgar. Mana mungkin badanku mau melanggar badanku? Hahaha! Bayangin, Kabayan, Badanku bertabrakan dengan badanku sendiri! Si Kabayan bertabrakan dengan Si Kabayan sendiri. Itu kan lucu! Hahaha! Yang beber aje, dong!"

Dan sambil ketawa-ketawa, Si Bedegul bermain-main dengan pedangnya. Menyabet ke kiri, menyabet ke kanan, menyabet hawa sekitar kepalanya. Dan Si Kabayan mengelak-elakkan kepalanya, takut kesabet. Tapi aku harus berani mempertahankan kebenaran hak azasi itu, pikir Si Kabayan. "Hey, Bedegul! Kamu telah mencuri kerbau aku. Itu fakta. Kamu telah melanggar hak-milik aku. Dan hak-milik adalah salah satu sokoguru dari hak azasi manusia."

Si Bedegul ketawa lagi. "Hahaha! Hahaha! Yang benar aje bicaramu itu. Kabayan! Soal itu kan lain perkara, Kabayan. Itu kan urusan yang tak ada sangkut pautnya dengan hak azasi manusia. Hak azasi manusia kan hak milik segenap umat manusia. Sedang hak milik kerbau kan hak milik seseorang yang tertentu atas barang yang tertentu pula. Dalam kasus ini, hak milik seseorang yang bernama Si Kabayan, atas sesuatu benda yang bertanduk, berkaki empat dan suka makan rumput, disebut kerbau. Ngerti, Kabayan? Hak milik yang berbatas pada seseorang dan hak azasi manusia yang kepunyaan seluruh umat manusia; itu kan beda seperti kamu yang kerempengan berbeda dari aku yang galak brewosan ini ! Rupanya kamu pun sudah ngerti soal beda-beda dalam Hukum Hidup ini, bukan?! Syukurlah. Alhamdulillah."

Si Kabayan sangat gelisah. Merasa dikasih kuliah oleh seorang otak udang yang brewosan ini! Dan otak udang itu tiada henti-hentinya bermain-main dengan pedangnya. Nyabet sini, Nyabet sana.

"Nah, dengarlah, Kabayan, karena manusia sebagai perorangan itu bukan cuma satu-dua di dunia ini, melainkan maliunan, baliunan jumlahnya, maka hak milik perorangan itu selalu berpindah-pindah tangan. Seperti hak milik terhadap kerbau itu. Dan kenyataannya dalam hidup ini. Kabayan, jelas sekali memperlihatkan bahwa perpisahan hak milik itu sangat tergantung pada keadaan nasib masing-masing. Ada yang untung, ada yang buntung. Ada yang ketawa, ada yang nangis. Itulah namanya Hukum Alam, Kabayan. tau boleh juga disebut Hukum Hidup. Kita tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Tapi tahu, Kabayan? Yang sangat menarik dalam hukum hidup itu ialah karena hidup kita di dunia fana ini ditandai oleh ramainya lalulintas hak milik yang berseliweran berpindah-pindah tangan, sehingga dunia kita ini, terutama dunia modern ini, menjadi ramai dengan bunyi-bunyian orang yang ketawa bercekakakan karena untung dan yang menangis melolong-lolong karena rugi. Itulah gambaran hidup kalau ditinjau dengan kacamata filsafat adu kekuatan. Indah sekali dan sangat mengasyikkan pertunjukan adu kekuatan dalam hidup ini, seperti kita nonton adu tinju Mohammad Ali sama lawan-lawannya. Dan alangkah ramainya pula pertukaran hak milik atas benda-benda di dunia. Sama indahnya. Kamu pun tentu suka mendengarkan betapa ramaiya tawa dan tangis itu, seperti musik-musik sedih dan gembira berselingan, bukan? Itulah musik simfoni hidup' namanya. Ramai dan indah. Mengasyikkan!"

Dan dengan itu Si Bedegul menyebet-nyabet hawa lagi dengan pedangnya, seolah mau memotong leher nyamuk-nyamuk yang sudah mulai ramai beterbangan di sekitar kepalanya. Si Kabayan tambah ngeri, terus mengelak-elakkan kepalanya, ke kiri dan ke kanan, takut turut kesabet lehernya bersama leher nyamuk-nyamuk itu. "Nah, Kabayan, dengan pedangku ini, aku sebentar lagi akan menyembelih kerbau gemuk itu. Kamu mau sebagian dagingnya?".

"Itu kerbau aku, Bedegul. Kamu curi milikku itu. Kamu pencuri! Kamu bajingan!"

"Eh-eh-eh! Jangan ngomong sembarangan, Kabayan! Mentang-menntang lidah tak bertulang, dan bibir tidak dijahit! Kok kamu berani bilang aku mencuri. Kabayan. Padahal kamu tahu, perpindahan hak milik dari tangan ke tangan itu adalah Hukum Hidup yang lebih keras dari baja pedangku yang tajam ini!"

"Ah, omong kosong, Bedegul! Kamu tidak berhak meyembelih kerbauku, dan membagi-bagikan dagingnya seenak perutmu. Kamu pencuri!"

Si Bedegul menyabet-nyabet hawa lagi dengan pedangnya. "Yah, apa boleh buat, Kabayan! Aku sekarang mau sembelih kerbau itu dengan pedangku ini. Dan supaya memuaskan rasa keadilanku, kamu harus aku kasih sebagian dari dagingnya. Kamu kan sudah beberapa tahun lamanya memelihara kerbau ini sampai begitu gemuk badannya. Itu jasa kamu. Jadi patut dan adil, kalau aku tidak terlalu rakus dan membiarkan kamu pulang hampa tangan dan gigit jari nanti. Jelek-jelek juga Si Bedegul ini tahu artinya kata 'adil'. Dan bersama kata-kata itu, pedangnya menyabet-nyabet hawa lagi. Dan Si Kabayan mengelak-elakkan kepalanya lagi, sambil mengutuk-ngutuk dalam hati:

Tahi pedut, Bedegul! Tahi setan! Tahu apa kamu, tentang keadilan?! Kamu bungaok! Tukang bacok, pencuri yang suka menteror penduduk desa! Cih!

Pulang ke rumahnya, Si Kabayan teronggok-onggok jalannya. Badannya terbungkuk-bungkuk, berat mengusung kepala kerbau di atas kepalanya, menjinjing dua paha kerbau dengan kedua belah tangannya kiri-kanan, dan menyelempangkan isi perut kerbau yang bergantungan, melilit-lilit pada pundak dan lehernya.
Anak - anak ramai  bersorak - sorak, ketawa-ketawa dan berseru-seru: "Si Kabayan berkepala kerbau! Bertanduk kerbau!".

Berkeluh-kesah dia. Tapi sempat juga berfilsafat: Yah, inilah namanya hukum hidup di alam fana ini. Biar otaknya otak udang, biar moralnya serendah rumput baru dibabat, namun bajingan yang punya otot kawat, balung besi, dan pedang panjang sedepa, bisa saja berbual dan berbuat seenak perutnya. HAM dibukinnya menjadi HAB ( Hak Azasi Bungaok). Ada - ada saja Si Bedegul itu! Dia kawan sesama manusia, tapi modelnya kok beda dari aku. Cuh!

Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Si Kabayan dan HAM Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Si Kabayan dan HAM Sebagai sumbernya

0 Response to "Si Kabayan dan HAM"

Post a Comment

Cerita Lainnya