Kisah La Sirimbone Penakluk Naga

Alkisah Rakyat ~ Ada seorang janda yang bernama Wa Roe. Ia tinggal bersama anak laki-lakinya, namanya La Sirimbone. Wa Roe adalah seorang janda yang cantik, tapi miskin. Pekerjaannya hanya berkebun.


Pada suatu hari datanglah seorang pedagang dari negeri seberang. Pedagang itu bernama La Patamba. Ia sangat terpesona saat pertama kali melihat wajah Wa Roe, lalu ia datang ke rumah janda itu dan ingin mengawininya.

Keinginan La Patamba diterima oleh Wa Roe dengan syarat dia harus menyayangi anak tirinya. La Sirimbone. Syarat itu tidak berat buatnya yang penting cintanya diterima.

Aku bukan seorang yang membenci anak, justru aku sangat suka kepada anak, kata La Patamba, Wa Roe terbuai oleh bujuk rayu La Patamba. Akhirnya mereka kawin.

Baru saja satu bulan perkawinan mereka, La Patamba mulai membenci anak tirinya. Bahkan memerintahkan istrinya agar membuang anaknya.

Perntah itu langsung ditolak oleh Wa Roe. “Ingat perjanjian kita sebelum menikah. Aku mau kawin denganmu bila engkau akan menyayangi anakku. Tetapi, ternyata kini telah mengingkari janjimu,” kata Wa Roe kepada suaminya.

“Tidak!” bantah suaminya dengan nada keras dan mata merah. Wa Roe bersama anaknya sangat ketakutan mendengar nada kerasnya. Ketika itu juga Wa Roe membuatkan bekal untuk anaknya. Sambil membuat bekal, air matanya berderai membasahi pipinya. Sedih memikirkan nasib anaknya yang malang.

Keesokan paginya. Wa Roe bersama anaknya berangkat menuju hutan. Ibunya hanya mengantar sampai melewati tujuh  gunung dan tujuh lembah. Lalu ia berkata kepada anaknya. “Anakku kini kau kutinggalkan. Nak! Pergilah sendiri melewati gunung dan lembah itu.” “Baik, Bu, do’amu kupinta selalu,” kata anak itu, dengan derai air mata Wa Roe kembali ke rumahnya.

La Sirimbone meneruskan perjalanannya sendiri. Dalam perjalanannya tujuh hari tujuh malam berhasil melewati tujuh buah gunung dan tujuh buah lembah. Bila merasa penat badannya, ia beristirahat sejenak sambil memakan bekalnya.

Di tengah hutan ia menemukan tapak-tapak kerbau. Ia mulai menyusurinya sambil berjalan terus. Tak lama kemudian ia menemukan pula tapak-tapak kaki manusia. Tapak kaki manusia itulah yang menjadi pedomannya. Ia mengikuti terus jejak itu, ditengah kesunyian tiba-tiba terdengar suara gemuruh. La Sirimbone terkejut ketika mendengar suara yang dahsyat itu. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, alangkah tercengannya ketika ia melihat raksasa sedang menumbuk. Ia gemetar ketakutan, dan lari mendekap di betis sang raksasa itu. Sang raksasa pun merasa heran ketika melihat manusia ditengah kesunyian hutan itu.

Siapa gerangan yang membuang anaknya di tengah hutan ini tanya sang raksasa ini.

Namaku La Sirimbone kata anak itu, ternyata raksasa itu adalah raksasa yang baik, ia mau berteman dengan La Sirimbone. Oleh karena itu, tinggallah La Sirimbone bersama raksasa itu. Namun, ketika raksasa hendak bepergian La Sirimbone mengeluh. “Mengapa aku dikurung?”

Raksasa itu menjawab, “Memang kamu sengaja dikurung. Kalau tidak, nanti kamu dimakan oleh raksasa jantan.” Raksasa yang memelihara La Sirimbone ini adalah raksasa betina.

Suatu hari La Sirimbone minta kepada raksasa itu agar ia diizinkan untuk pergi bermain-main. Ia pun dibebaskan. Ditempat ia bermain tampak olehnya banyak burung. Dimintalah panah kepada sang raksasa, dengan alat itu ia dapat memanah sembarang yang dijumpainya. Banyak burung yang dipanah olehnya, kemudian hasilnya dibawah ke rumah sang raksasa.

Keesokan harinya ia pergi ke sebuah sungai yang banyak ikannya. La Sirimbone minta kepada sang raksasa untuk membuat bubu (alat penangkap ikan) untuknya. Bubu itu dipasang di sungai, banyak ikan yang terperangkap ke dalam bubunya. Alangkah gembiranya dia, namun pada keesokan harinya, waktu memasang lagi bubunya kosong, tak seekor pun ikan yang masuk ke dalamnya. La Sirimbone mengeluh dalam hati.

Pada hari berikutnya ia pergi melihat bubunya lebih pagi lagi. Ketika itu ia melihat jin sedang mengangkat bubunya, mau mengambil ikan di dalam bubu itu. Pada saat itulah terjadi perkelahian dahsyat antara La Sirimbone dengan jin. Dari pagi hingga petang belum juga ada yang menyerah. Ketika menjelang matahari akan terbenam jin mulai menyerah. Namun, La Sirimbone tidak mau melepaskan jin itu. Untung saja jin berjanji akan memberikan jimat neneknya. Pada saat itulah La Sirimbone melepaskannya karena diberi jimat sebuah cincin.

Setelah siang hari, La Sirimbone melihat kejadian yang ajaib, yakni melihat seekor babi yang berjalan diatas air. La Sirimbone bertanya kepada babi itu. Apa yang engkau pakai sehingga kau bisa berjalan di atas air? 

“Hanya memakai kalung”, jawab babi itu. “Boleh aku coba?”. Kata La Sirimbone.

Dengan tidak berpikir panjang, kalung itu langsung diberikannya kepada La Sirimbone. Setelah itu dia pergi tak tentu arah. Pada suatu hari La Sirimbone melihat sebuah perahu. Nampaknya seperti perahu bajak laut. Didekatinya perahu itu seraya bertanya kepada awak perahu. “Apakah yang kalian pakai dalam mencari binatang di laut?”

“Hanya keris”, jawab pemilik perahu. “Keris ini dapat menikam sendiri tanpa dipegang oleh manusia.”

Oleh karena itu, La Sirimbone ingin mencobanya, lalu ia membisiki keris itu, “bunuhlah semua awak perahu ini”. Dengan seketika keris itu membabi buta menikam semua awak perahu, sehingga semuanya tewas terbunuh dengan keris tersebut.

Sesudah itu, La Sirimbone kembali ke daratan. Di perjalanan ia bertemu dengan orang-orang yang sedang mengusung jenazah. Ia memerintahkan agar jenazah itu diturunkan dari usungannya. Namun pengusung jenazah itu bertahan. Tetapi La Sirimbone tetap memaksanya, akhirnya jenazah itu diturunkan dari usungannya. 

Setelah La Sirimbone membuka kain kafan jenazah itu, ia mulai memijat pusatnya sambil meniup ubun-ubunnya tiga kali. Seketika itu jenazah hidup kembali, semua orang pengantar jenazah tercengang ketika melihat kejadian itu.

Pada hari yang lain La Sirimbone melihat sebuah rumah di seberang sungai. Ia berusaha sampai ke rumah itu. Penghuni rumah ternyata seorang gadis yang bernama Wa Ngkurorio. Ketikan itu La Sirimbone heran melihat seorang gadis yang tinggal seorang diri disebuah rumah. “Mengapa engkau tinggal sendiri di rumah ini?” tanya La Sirimbone.

“Aku sedang menunggu giliran untuk dimakan oleh ular Naga. Saudara-saudaraku yang tujuh orang, kini sudah habis dimakan oleh ular naga itu. Yang hidup sekarang tinggal Ayah dan bundaku,” jawab Wa Ngkurorio dengan nada sedih. “Aku khawatir jangan-jangan kau turut dimakan oleh ular naga itu.”

“Jangan takut, ular itu tidak akan bisa berbuat apa-apa,” kata La Sirimbone.

Sore harinya ular naga itu datang ke tempat Wa Ngkurorio. Maka ia langsung menggigil ketakutan. Tetapi La Sirimbone tenang saja. Ia hanya membisik kerisnya agar masuk dengan segera ke dalam perut ular naga itu. Dengan sekejap keris tadi sudah berada didalam perut ular naga.

Keris itu mengaduk-aduk seluruh isi perut ular. Ular itu menggelepar-gelepar kesakitan, tak berapa lama ular naga itu mati dengan perut habis dirobek-robek oleh keris tadi.

Dengan binasanya ular naga, maka penduduk negeri itu merasa gembira. Anak muda itu dianggap sebagai kesatria perkasa, pahlawan pembunuh ular naga lalu si Sirimbone dinikahkan dengan Wa Ngkurorio yang sesungguhnya adalah putri raja. Kini La Sirimbone dan istrinya hidup dalam keadaan aman tentram dan bahagia.

Sumber: Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara oleh M. Yudhistira


loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Kisah La Sirimbone Penakluk Naga Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Kisah La Sirimbone Penakluk Naga Sebagai sumbernya

0 Response to "Kisah La Sirimbone Penakluk Naga"

Post a Comment

Cerita Lainnya