Misteri Kampung Pecah Kulit

Alkisah Rakyat ~ Di jalan Pangeran Jayakarta, terdapat sebuah prasasti peninggalan Belanda. Pada prasasti itu terdapat sebuah catatan yaitu peringatan kepada seorang pemberontak Belanda bernama Pieter Erberveld.


Tulisan di dalam prasasti itu menyebutkan bahwa dilarang mendirikan bangunan, memasang tiang kayu, dan bercocok tanam di sana, pada prasasti itu juga terdapat sebuah patung berbentuk tengkorak manusia dengan tombak runcing yang menusuknya.

Daerah tempat prasasti itu berada dinamakan Kampung Pecah Kulit, mengapa dinamakan demikian? berikut ceritanya. 

Pieter Erberveld adalah seorang pria keturunan Indo-Eropa yang dianggap memberontak terhadap pemerintahan Belanda, ayahnya Peter Erbervield adalah pria berkebangsaan Jerman yang sangat kaya. Ia merupakan seorang buta huruf, tetapi karena sangat pandai, ia diangkat menjadi wakil Ketua Heemraad. Heemraad adalah organisasi yang mengurus tanah-tanah milik Belanda di Ancol.

Jabatan itu membuatnya sangat kaya, ketika ia meninggal seluruh harta warisannya diserahkan kepada Pieter

Suatu hari, Pieter berselisih dengan Belanda mengenai tanah warisan ayahnya di Pondok Bambu, tanah tersebut tidak memiliki akta notaris, akibatnya Belanda memerintahkan untuk mengosongkan tanah tersebut. Pieter juga diwajibkan untuk membayar sewa tanah dengan 3.300 ikat padi.

Tanah tersebut dianggap sebagai milik Belanda dan Pieter hanyalah seorang penyewa, masalah ini membuat Pieter sangat membenci Belanda. Ia lalu mengatur siasat agar dapat membalas kelicikan Belanda.

Pieter mengumpulkan para petinggi di Jawa yang juga benci kepada Belanda, mereka adalah Sutawangsa dan Najapraya dari Cikalong, Sultan Haji dari Banten, Raden Kartadria dari Kartasura, Gusti Panji dari Pasuruan, beberapa warga keturunan Cina yang beragama Islam, dan masih banyak lagi.

Mereka percaya kepada Pieter karena Pieter seorang pemeluk agama Islam dan bukan keturunan Belanda, mereka berkumpul di kediaman Pieter untuk mengatur siasat guna menyerang Belanda.

Namun, sayangnya pembicaraan mereka didengar oleh seorang pengkhianat. Pengkhianat itu melapor kepada seorang kompeni Belanda yang bernama Kapten Cruse.

Pada waktu itu pemerintahan Belanda dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal Hendrik Zwaardecroon. Suatu hari ia mendapat kiriman surat. Surat tersebut merupakan surat yang dikirimkan oleh Pieter kepada Sultan Haji, isi dari surat itu adalah rencana penyerangan terhadap markas Belanda.

Zwaardecroon sangat terkejut membaca surat itu, namun ia tidak mau bertindak gegabah. Ia ingin mencari tahu dulu kebenaran surat itu.

Sebelum Zwaardecroon sempat mencari tahu, Kapten Cruse sudah telanjur melapor bahwa Pieter akan melakukan  serangan besar-besaran terhadap Belanda, Zwardecroon langsung memerintahkan serdadunya untuk menyerang Pieter di kediamannya saat itu juga.

Pieter dan pasukannya tidak siap dengan serangan itu, dengan mudah Pieter ditangkap oleh Belanda, Pieter dianggap sebagai pemberontak. Ia juga dituduh telah menghasut para petinggi di Jawa untuk ikut memberontak. 

Menurut cerita, kedua tangan dan kakinya diikatkan pada empat ekor kuda. Kemudian kuda-kuda itu disuruh berlari ke empat arah yang berlawanan. Akibatnya tubuh Pieter menjadi terpecah belah dan terburai. Ia kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran Pecah Kulit dan lokasi kejadian itu dinamakan Kampung Pecah Kulit.

Baca juga:

Sementara para pengikutnya juga dijatuhi hukuman yang tidak kalah berat. Tubuh mereka disalib. Lengan mereka dijepit. Daging kaki dan dada dicungkil keluar. Tubuh mereka lalu dibelah dari bawah ke atas. Jantung mereka dikeluarkan dan dilempar ke muka. Kepala dipancung dan badan mereka dipotong-potong lalu disebar agar menjadi makanan burung.

Rumah yang biasa dijadikan tempat pertemuan itu kemudian diratakan dengan tanah. Lalu dibangunlah sebuah prasasti yang berisi peringatan kepada Pieter Erberveld.

Pesan Moral 

Pieter Erberveld  merupakan seorang warga Eropa yang menjadi korban kekejaman Belanda. Ia berusaha untuk menuntut keadilan terhadap pemerintah Belanda yang telah bertindak semena-mena. Namun, tindakannya itu malah mendapat perlawanan yang sangat kejam dan tidak manusiawi.

Sumber: Seri Cerita Rakyat Jakarta oleh Sekar Septiandari, S.Hum

loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Misteri Kampung Pecah Kulit Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Misteri Kampung Pecah Kulit Sebagai sumbernya

0 Response to "Misteri Kampung Pecah Kulit"

Post a Comment

Cerita Lainnya