Alkisah Rakyat ~ Cerita Pangeran Purbaya memang telah banyak dikenal sekian versi telah banyak muncul di panggung panggung pertunjukan. Tetapi dalam kesempatan ini dapat diketemukan sebuah versi yang bersumber dari keturunan yang masih meluhurkan makam Wot Galeh sebagai makam Pangeran Purbaya. Semula bernama Sigit Umbaran. Disampaikan oleh saudara Marsudi di Berbah pada tanggal 26 Januari 1980. Yang dimulai dari titik mula lahirnya Mataram. Nafas dan struktur cerita hampir sama dengan Mondoliko Tundung. Tetapi lebih banyak mengandung teka-teki.
Dijelaskan bahwa kelahiran Mataram sebenarnya mempunyai dua saluran. Saluran Giring dan Ki Ageng Pemanahan dimana kedua-duanya telah mendapatkan Wahyu istana. Pada saat keduanya mendapatkan sebuah kelapa hijau. Semula yang mendapatkan kelapa tersebut adalah Ki Ageng Giring, tetapi airnya telah terminum oleh Ki Ageng Pemanahan. Hingga Ki Ageng Giring menyerah shuravan nasib bahwa yang akan memangku istana Mataram Putra Ki Ageng Pemanahan. Tetapi satu ketika akan kembali kepada keturunannya.
Pada masalah ini telah lahir suatu pertanyaan makna mengenai adanya kata atau wahyu madah dan isi kelapa. Dan apa yang terjadi kemudian memang benar. Putra Pemanahan lah yang mendapatkan kesempatan dan berhasil membunuh Arya Penangsang hingga mendapatkan bumi Mataram. Putra Pemanahan berhasil mengangkat diri dan mendirikan kerajaan Mataram. Menyebut diri sebagai Panembahan Senapati.
Munculnya saluran Ki Ageng Giring, dimulai sejak Panembahan Senapati berada di sebuah gua di Gunung Kidul dan bertemu dengan Rara Lembayung. Masih keturunan Ki Ageng Giring. Selain berhasil mendapatkan Wahyu Simprit dan Sigagak. Biasa yang terjadi. Kemudian lahir Joko Umbaran (Sigit Umbaran) dari Roro Lembayung dalam hubungan sementara itu. Pada kemudian hari Sigit Umbaran dititipkan di padepokan Ki Ageng Mondoliko.
Masih berporos batu Kotagede, tetapi agak lain arah dengan perjalanan lokasi Mondoliko yang mengait dari pegunungan Kidul. Arah perjalanan Umbaran dalam berusaha mendekati ayahnya sendiri Panembahan yang telah mencuri pusaka Mataram Kyai Plered. Dikenal sebagai Kadipaten-Kadipaten Bang Wetan. Bersama Buntoro dan Ken Warsi setelah berhasil memenangkan sayembara perang merebut gelar dan jabatan Senapati Mataram.
Cerita terakhir kemudian hari Umbaran yang telah berhasil mendekati ayahnya, mendapat gelar Pangeran Purbaya. Setelah berhasil menukarkan putranya ke istana yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Rangsang atau Sultan Agung yang menggantikan Pangeran Jolang atau Sinuwun Sedakrapyak. Kembali saluran Ki Ageng Giring sebagai seorang yang telah mendapatkan Wahyu Keraton, tetapi terschelling sementara oleh saluran Ki Ageng Pemanahan.
Dalam susunan kisah, tersebutlah 1 ketika Panembahan Senapati berkenan hendak mencari Wahyu Simprit dan Si Gagak. Bertanya di sebuah gua di daerah Gunung Kidul, Delepih. Dalam istirahatnya di sebuah Padepokan di wilayah Goa itu sengaja dimunculkan Loro Lembayung, seorang remaja Jelita keturunan Ki Ageng Giring. Sebagai usaha Ki Ageng Giring untuk melahirkan saluran Wahyu istana kelapa hijau. Dan usaha berhasil. Pangeran Senapati terpikat oleh Roro Lembayung hingga hubungan sementara itu kemudian telah melahirkan seorang Putra lelaki, Sigit Umbaran.
Di kemudian hari Umbaran dititipkan di padepokan Ki Ageng Mondoliko untuk mendekati Mataram agar satu saat Jalan menghubungkan Umbaran dengan ayahnya Panembahan Senapati berhasil lebih cepat. Tetapi Umbaran nampaknya mempunyai garis perjalanan hidup sendiri. Satu waktu ketika sedang mencari rumput tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang: Eman. Wong bagus-bagus kok mung ngarit. Sayang anak tampan hanya mencari rumput. Ketika ditatap sesaat orang itu nampak berpakaian serba Wulung dan lenyap. Kumparan pun mengetahui setelah itu, orang yang menyapanya tak lain Sunan Kalijaga.
Umbaran seketika bertanya dalam hati dan mengambil atau tersirat satu pikiran. Bukan seharusnya dia menetap di padepokan itu. Dan akhirnya pun dinyatakan Sebenarnya masih Putra Panembahan Senapati. Tetapi untuk menemukan ayahnya hendaknya ditempuh melalui perjuangan untuk membuktikan bahwa Kumparan mampu dan sanggup menjadi kesatria. Dan jalan ini pun terbuka. Hingga kemudian hari Kumparan mendapat julukan Banteng Mataram atau Beteng-Beteng Mataram.
Jalan pun terbuka. Mataram mengadakan sayembara perang rebut gelar dan jabatan senapati (Panglima). Umbaran berhasil mengalahkan pengikut sayembara perang yang kenamaan dari wilayah Barat. Utara maupun Timur. Tetapi rahasia bahwa Umbaran adalah putra Panembahan Senapati sendiri masih tetap ditutup. Akan dibuka kelak jika Lembaran telah bisa membuktikan bahwa mampu membela kewibawaan Mataram. Jalan pun terbuka.
Timbul pemberontakan-pemberontakan dari hampir seluruh Kadipaten Bang Wetan (Jawa Timur) yang dipelopori oleh Adipati Jumuna, Madiun. Pemberontakan makin merajalela setelah pihak Bang Wetan mengetahui pusaka Mataram Kyai Plered telah berhasil dicuri oleh Jalebang Adipati Pasuruhan.
Kadipaten demi Kadipaten berhasil dikuasai oleh Mataram. Hanya peperangan menguasai kembali Kadipaten Madiun ternyata tidak begitu mudah. Kekalahan berkali-kali dialami oleh pasukan pasukan Mataram. Dan satu masalah yang paling berat waktu Bagaimana Mataram berhasil memboyong kembali Kyai Plered pulang ke Mataram. Tugas ini diserahkan kepada Umbaran. Umbaran sendiri merasa bahwa Adipati Bang Wetan yang berhasil mencuri Kyai Plered bukan orang enteng.
Umbaran berhasil mendekati Buntoro seorang benggolan rampok yang mengerti perhitungan waktu dalam ilmu perampokan atau pencurian berhasil menemukan arah atau tempat kemana Kyai Plered dilarikan. Ke timur yaitu Adipati Jalebang, Pasuruhan. Di dalam perebutan memboyong kembali Kyai Plered ke Mataram telah timbul beberapa versi. Tetapi tetap satu garis pokok. Kyai Plered berhasil diboyong kembali ke Mataram dan seluruh Adipati Bang Wetan kembali menyatukan diri dengan Mataram. Dan Umbaran diangkat menjadi pangeran dengan nama Pangeran Purbaya.
Usaha untuk mengembalikan Wahyu kelapa hijau ke saluran Ki Ageng Giring yang nampaknya telah menjadi kodratnya. Suatu ketika lahirlah Putra di istana Mataram dan Purbaya dua lelaki yang bersamaan waktunya. Dan Pada kesempatan ini Pangeran Purbaya atas saran Ki Ageng Giring telah menukarkan putranya yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Rangsang. Dalam versi lain Rangsang adalah adik Mas Jolang. Versi Berbah menyatakan bukan adiknya. Putra Purbaya yang berasal dari wahyu Ki Ageng Giring.
Pangeran Rangsang kemudian hari menggantikan Mas Jolang dikenal sebagai Sinuwun Sedakrapyak. Dengan demikian secara halus, samar dan tidak menimbulkan darah, saluran Ki Ageng Giring kembali. Muncul sebagai seorang yang kenamaan. Sultan yang tangguh dan cakap. Bergelar Sultan Agung Anyakrakusuma. Sesungguhnya Bagaimana belum jelas dan perjalanan hidup Purbaya akhirnya terhenti. Wafat di makam Wotgaleh. Yang hingga kini dianggap seorang yang memulai kebesarannya di wilayah itu. Kembali ke wilayah semula.
Apa yang tersirat dari kisah Pangeran Purbaya. Di samping menggugah hendak Ksatria itu, disamping pers yaratan rohaniah maupun jasmaniah yang kuat. Hendak sanggup dan mampu membuktikan lebih dahulu apa yang telah dibuktikan. Menuntut belakang. Pada pemikiran yang agak mendalam, tersirat adanya rahasia kelahiran Mataram. Yang dilahirkan karena Ki Ageng Pemanahan mendapatkan Wahyu kelapa hijau, yang sesungguhnya milik Ki Ageng Giring. Dijelaskan Pemanahan minum air kelapa dan Giring kelapanya.
Tersirat pada kisah ini adanya penerimaan terhadap kodrat. Penerimaan terhadap kenyataan bahwa bagaimana akhirnya seseorang itu ditentukan bagaimana memulainya. Bagaimana akhir adalah bagaimana mula.
Versi-versi lain banyak sudah terkabar. Lebih-lebih pembubaran untuk kepentingan pentas. Berpokok kepada tokoh Pangeran Purbaya sebagai Banteng atau Beteng Mataram. Istana Purbaya, semula hingga kini tak jelas. Sebagaimana istana PanembahanSenapati pun lenyap sama sekali. Jejaknya pun sampai kini tidak diketemukan. Variasi kisah perjalanan hidup Pangeran Purbaya, banyak sudah dikenal dan dibeberkan baik tulisan maupun pentas. Karena merupakan deretan perjalanan peperangan dan ungkapkan kepahlawanan Purbaya yang dikenal berani dan tampan. Tetapi tidak pernah sampai kepada masalah terakhirnya. Dimana Purbaya 1 ketika telah menukarkan putranya ke istana untuk mengembalikan saluran Giring yang telah mendapatkan Wahyu Keraton bersama-sama Pemanahan. Umbaran (Purbaya) berputra Rangsang yang ditukarkan adik Jolang kembali ke saluran Giring.
Demikian cerita Pangeran Purbaya versi berubah yang hingga kini mengenal dan meluhurkan makam Wotgaleh sebagai makam Purbaya yang telah menurunkan Sultan Agung.
Sebagai tambahan variasi kisah perjalanan peperangan Joko Umbaran sejak berhasil merebut jabatan Senapati Mataram (panglima), dimulai dengan mendapatkan kembali pusaka Kyai Plered yang lenyap dicuri oleh seseorang yang belum dapat diketahui jejaknya. Goncang seluruh kalangan istana dan rakyat yang mengetahui peristiwa ini. Sebab hilangnya Kyai Plered, jika tak dapat diketahui dan musuh yang menyerbu adalah pihak yang mencuri Kyai Plered. Sulit bagi Mataram untuk melawan dan mengalahkan penyerbuan itu. Runtuh kejayaan dan kebesaran Mataram.
Jalan yang ditempuh Umbaran aneh. Umbaran mencari benggol rampok yang brandal yang paling ditakuti dan dikenal Sakti dan licin. Berhasil menemui seseorang Buntoro yang setelah melewati pergulatan berhari-hari Buntoro menyerah. Tetapi tidak untuk ditawan atau dibunuh. Buntoro diakui saudara kandung asal berhasil mendapatkan kembali pusaka Kyai Plered. Buntoro yang mengerti perhitungan perampokan dapat mencium bahwa pusaka tersebut telah dicuri orang-orang Bang Wetan. Dan Buntoro tahu dan segan menghadapi Ronggo Keniten Adipati Pasuruhan.
Akhirnya kembali melalui jalan licik tipis Mataram. Ken Warsi isteri Buntoro diminta sanggup masuk Kadipaten Pasuruhan untuk mendapatkan kembali Kyai Plered. Ronggo Keniten yang tak pernah gentar menghadapi lawan lumpuh menghadapi rayuan Ken Warsi. Terlena dan lena. Dan Kyai Plered berhasil dikembalikan ke Mataram sebelum Bang Wetan menyerbu.
Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
nuri zein binti ujun zein sangat menyukai cerita anda
ReplyDelete