Alkisah Rakyat ~ Baginda Sultan Agung yang dikenal dengan gelar Sultan Agung Anyakrakusuma, adalah raja Mataram yang terkenal keagungan serta kesaktiannya. Di bawah pemerintahan Baginda Raja Sultan Agung, kerajaan Mataram merupakan kerajaan yang besar, wilayahnya luas, kekuasaannya besar, dan rakyatnya hidup dengan tentram dan damai. Kerajaan Mataram pada zaman itu sangat disegani oleh negara-negara lain.
Pada suatu ketika, Terjadilah pertentangan antara kerajaan Mataram dengan kerajaan siam. Adapun yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara kedua buah kerajaan itu, ialah karena masing-masing ingin mempertahankan kedaulatan kerajaannya, dan mempertahankan diri dari ancaman serangan negara lain. Kerajaan siam merasa khawatir mengetahui kepesatan perkembangan kerajaan Mataram, yang wilayah kerajaannya makin lama menjadi makin meluas karena banyaknya wilayah negara lain yang takluk kepada kerajaan Mataram. Raja siam khawatir kerajaannya akan diserang dan ditaklukan oleh kerajaan Mataram, sebab menurut pendengarannya kerajaan Mataram itu memiliki bala tentara yang kuat dan tangguh.
Karena kekhawatiran nya akan dikalahkan oleh kerajaan Mataram, maka Raja Siam lalu memperkuat daya tahan balatentara kerajaan nya sendiri. Secara terus-menerus beliau memerintahkan angkatan perangnya menggembleng dirinya dengan latihan yang berat.
Adapun Baginda Raja Sultan Agung, sikapnya tidaklah seperti raja Siam. Mendengar berita tentang kesiapsiagaan kerajaan siam menggembleng angkatan perangnya, Baginda Raja Sultan Agung bukannya lalu mengimbangi dengan meningkatkan penggemblengan terhadap angkatan perangnya, melainkan tetap tinggal tenang seperti pada saat-saat sebelumnya.
Memang Baginda Raja Sultan Agung adalah raja yang besar, baik kekuasaannya maupun Budinya. Beliau adalah raja yang suka damai. Kalau dapat, Segala persoalan diselesaikan dengan Jalan Damai, bukan dengan peperangan, begitu sikap beliau. Sedapat mungkin beliau menghindari pertikaian atau peperangan, sebab peperangan senantiasa menimbulkan penghancuran serta permusuhan, baik harta benda maupun manusia. Bila terjadi peperangan antara Kerajaan siam dengan Kerajaan Mataram Kuno tidak Ayah lagi pastilah akan menimbulkan korban dari kedua belah pihak, prajurit dari kedua belah pihak tentu banyak yang gugur, dan rakyat yang akan menderita berat akibat peperangan itu.
Dengan pendirian yang demikian itu, maka Baginda Raja Sultan Agung lalu menentukan sikap. Kerajaan Siam harus ditaklukan. Begitu tekadnya, kalau tidak tentulah setiap saat masih akan senantiasa memperkuat daya tempur dan penggemblengan terhadap angkatan perangnya, untuk melawan kerajaan Mataram.Tetapi penaklukan terhadap kerajaan siam itu haruslah dilakukan tanpa pengerahan angkatan perangnya, untuk menghindari perbenturan antara kedua kekuatan tempur yang akan mengakibatkan korban harta benda bahkan nyawa.
Maka berangkatlah Baginda Raja Sultan Agung menuju ke Siam, seorang diri tanpa pengiring seorangpun. Keberangkatan beliau ke Siam, dengan menyamar sebagai rakyat jelata tanpa memperlihatkan kebesaran-nya sebagai raja yang agung.
Apakah kendaraan yang dipergunakan oleh Beliau untuk menuju ke negeri Siam itu tidaklah di ketahui, tetapi di dalam kisah Diceritakan bahwa di dalam waktu sekejap beliau telah sampai di negeri Siam.
Sesampainya di sana, ternyata benarlah berita yang tersiar sampai ke negeri Mataram, bahwa kerajaan siam telah bersiap-siap akan menyerang Mataram. Angkatan perangnya sudah dalam keadaan siap tempur, akan diberangkatkan. Para prajurit dengan menyandang perlengkapan perang telah siap siaga di lapangan yang sangat luas, tinggal menanti komando pemberangkatan.
Sultan Agung yang menyamar sebagai rakyat jelata dari Mataram itu, lalu mempertontonkan kemampuannya yang luar biasa di depan para prajurit Siam yang telah dalam keadaan siap tempur itu. Dengan lincahnya beliau yang menyamar rakyat jelata itu meloncat-loncat dari ujung tombak yang satu ke ujung tombak yang lain, tanpa sedikitpun menghiraukan keheranan serta kekaguman para prajurit Siam yang memegangi tombak-tombak itu.
Semua prajurit yang menyaksikan pameran ketangkasan dan kesaktian rakyat jelata dari Mataram itu, sangatlah tercengang oleh kekaguman mereka. Dalam waktu singkat, berita tentang rakyat jelata dari kerajaan Mataram yang memiliki kemampuan dan kesaktian yang luar biasa itu, sampailah kepada raja Siam. Tentu saja Baginda Raja siang sangat tertarik terhadap berita itu, beliau lalu memerintahkan hambanya, memanggil rakyat jelata dari Mataram itu agar menghadap ke hadapan beliau.
Setelah dibawa menghadap, Perlihatkanlah rakyat jelata Mataram itu oleh Baginda Raja Siam. Maka bertanyalah Raja siam kepada rakyat jelata Mataram yang kini hadir di hadapannya:
"Benarkah kamu yang tadi mempertontonkan kemampuan meloncat-loncat di ujung tombak tombak para prajurit? "
“Ampun Baginda, memang benar hamba Allah yang berbuat tadi "jawab rakyat jelata samaran dari Mataram itu.
"Apakah maksudmu berbuat begitu? Apakah niatmu akan menghina prajurit-prajurit ku dari siang ini? "
“Sama sekali hamba tidak mempunyai niat sedikitpun akan menghina prajurit-prajurit Baginda "jawab si penyamar rakyat jelata dari Mataram.
“Mengapa kau mau loncat-loncat di atas tombak?" tanya Baginda Raja Siam.
“Sudah merupakan kebiasaan kami di Mataram, berjalan di ujung ujung tombak sama saja dengan berjalan di atas tanah yang datar " jawab si penyamar. “Sedikitpun Tidak ada niat hamba akan menghina. Kalau perbuatan hamba itu di negeri Siam dianggap kesalahan, maka hamba mohon ampun Baginda ".
“Siapakah kau ini sebenarnya? "
“Hamba ini tidak lain hanyalah salah seorang dari rakyat Negeri Mataram ".
“Benarkah kau ini rakyat kebanyakan? "
"Benar, Baginda. Hamba ini hanya rakyat kebanyakan ".
"Kau rakyat jelata, tetapi memiliki kemampuan dan kesaktian melebihi rakyat jelata sesamamu, bukan?"
“Sama sekali tidak, Baginda " kata si penyamar rakyat jelata dari Mataram itu. “Kemampuan yang hamba miliki ini sama saja dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap rakyat Mataram”.
"Jadi semua rakyat Mataram itu masing-masing memiliki kemampuan dan kemahiran seperti yang kau miliki itu?” tanya Baginda Raja Siam.
“Bagi sesama hamba rakyat dari Kerajaan Mataram melompat-lompat di atas ujung ujung tombak itu bukanlah kemahiran yang patut dikagumi " jawab si penyamar. “Setiap rakyat dari Mataram dapat melakukannya ".
"Semua rakyat Mataram dapat melakukannya? "
"Benar Baginda. Setiap rakyat Mataram mampu melakukannya. "
"Lalu bagaimana halnya para prajurit Mataram? "
“Tentu saja kemahiran yang dimiliki oleh prajurit jauh lebih besar daripada yang dimiliki oleh rakyat jelata ".
“Bagaimana dengan para Panglima pasukannya?"
"Lebih-lebih lagi para panglimanya, kemahiran dan kesaktiannya jauh melampaui yang dimiliki para prajurit bawahannya. "
Mendengar penjelasan dari si penyamar rakyat jelata dari kerajaan Mataram itu, menjadi gentar lah hati Baginda Raja Siam. Setiap rakyat jelata dari Mataram diceritakan memiliki kemampuan yang mengagumkan para prajurit Siam. Lebih-lebih lagi, menurut keterangan si penyamar itu, para prajurit Mataram memiliki kemampuan jauh lebih tinggi daripada yang telah dipertontonkan oleh rakyat jelata dari Mataram itu. Tentu saja para hulubalang Mataram lebih Sakti lagi, apalagi Rajanya.
Dengan demikian, maka Raja Siam itu lalu mengurungkan niatnya untuk menyerang Mataram, bahkan lalu memutuskan lebih baik takluk kepada kekuasaan Kerajaan Mataram, yang ternyata memiliki kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa. Maka sejak itu kerajaan Siam menjadi Taklukan kerajaan Mataram. Atas kebijaksanaan Baginda Raja Sultan Agung maka wilayah kerajaan Mataram dapat meluas sampai ke Siam, tanpa korban dan pertumpahan darah.
Sumber: Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta
0 Response to "Sultan Agung menaklukkan Siam"
Post a Comment