Alkisah Rakyat ~ Adalah sebuah cerita, murah berharga satu, mahal berharga dua. Adalah seorang yang akan memohon kepada Tuhan. Ia membuat sepasang canang, hanya sepasang.
"Nah, dimana saja terdapat pura kesana kita pergi memohon."
Konon pergilah ia. Pergilah ia, lalu menjumpai pohon beringin kembar.
Di bawah pohon beringin itu terdapat sebuah batu sebesar ruang tamu. Demikianlah keadaan di tempat itu.
"Nah, disini tempat kita memohon."
Lalu ia menyapu. Setelah selesai menyapu, ia mempersembahkan canang. Setelah mempersembahkan canag, datanglah Batara.
"Ya, I Men Daak dan I Pan Daak datang. Apa yang akan kamu minta?"
"Hamba memohon sesuatu karena hamba miskin. Itulah yang hamba mohon."
"Oh, inilah. Ini kuberi engkau tiga mata uang." Doberilah mata uang itu, tiga kepeng. "Nah, bantinglah uang itu di atas batu itu. Itu batu, banting ketiga-tiganya."
Lalu dibantingnya ketiga-tiganya. Demikianlah terjadi,... setelah uang itu dibanting, entah dari mana datangnya kain bertumpuk di sampingnya. Uang juga bertumpuk di sampingnya.
"Meh, sekarang semuanya....... Pergilah gunakan itu untuk berbelanja."
Demikianlah Batara memang.
"Sekarang kamu sudah memilik uang untuk berbelanja. Untuk berganti pakaian juga ada. Nah, pulanglah."
Lalu mereka mohon pamit, dan segera pulang. Sang suami memikul, sang isteri menjunjung. Lalu pulanglah mereka oleh karena sudah memperoleh kekayaan.
Setiba di rumah,.... semua berganti pakaian. Mereka keramas Suami isteri itu sudah keramas, lalu berganti pakaian. Kain yang dipakai semula dibuang, karena sudah tidak dapat dipergunakan lagi. ilemparkan. Kebetulan tetangga dari sebelah timur menoleh.
"I.... lihatlah Men Daak kedua-duanya baru pertama kali berganti pakaian. Caobalah lihat dimana mereka memperoleh semuanya itu." Lalu ia pergi ke tetangga sebelah barat.
"E, Men Daak, bi kok pada berkeramas dan berganti pakaian. E, dimana kau mencari hingga ada dipergunakan?"
Kawannya di sebelah timur itu orang kaya.
"Kok ada yang kau pergunakan."
"E.... kami berdua pergi memohon. Kami membuat sepasang canang.DIsana terdapat sepasang pohon beringin, tempat kami memohon. Ada juga batu.Di batu itu kami menempatkan canang kami yang dua itu, untuk memohon. Setelah selesai saya menyapu lalu Batara datang. Dianugerahinya saya uang tiga keping. Diperintahkannya agar saya membanting uang itu. lalu saya banting. E..... entah dari mana datangnya, tiba-tiba uang dan kain bertumpuk di samping saya. Apa hendak dikata, lalu saya segera pulang."
Lalu tetangga yang bertanya itu pergi.
"E, pak," katanya setibanya di rumahnya. "Dia anu, katanya I Men Daak pergi mepinunasan. Lalu sekarang ia memiliki barang-barang untuk berganti pakaian. Ia dianugerahi tiga mata uang keping. Disuruh membanting, itulah sebabnya mengapa ia memilik barang-barang banyak. Ayolah mari kita pergi mepinunasan."
"Buatlah canang." Ia un membuat sepasang canang.
Orang kaya, e..... rumahnya disemen semua.
Lalu mereka berdua pergi ke pura, tempat Men Daak memohon. Tempat itulah yang dituju.
Nah, kini diceritakan datanglah Batara.
"Ini, I Nang Sogih datang. Apa yang kau ingini?"
"I.... hamba memohon agar banyak memiliki kekayaan.
"O, begitu! Nah, kuberikan tiga mata uang kepeng. Inilah. Banting satu demi satu."
"Ya," lalu ia menyembah. Setelah itu lalu ditinggalkan oleh Batara. Lalu ia memohon. Lalu dibantingnya uang itu sebuah. Dibanting sebuah.
"Eh, semoga Batara berkenan pada hamba." Dibanting sebuah. Tiba-tiba alat kelamin si suami dipakai subang oleh isteri. Dipakai subang, dipakai anting-anting, diapakai kalung, dipakai gelang. Tak ada barang lain yang dipakai.
Demikianlah. Sedang si suami memakai semua perabot si isteri. Itu jiga dipakai rombing. Demikianlah.
"Mi......nah! kok begini jadinya." katanya, "malu kita pulang."
"Malu kita pulang sekarang, jika seperti in perhiasan kita. Pastimalu kita pulang."
"A, bukankah uang itu masih?"
"Masih, masih tinggal dua."
"Nah, banting itu. Nah, agar anu, agar hilang itu. Agar hilang ini. Agar pergi semuanya."
Benarlah dibanting. Dibanting sebuah lagi.
"Lho, kok hilang semua."
"Kamu meminta agar hilang, kan sekarang hilang semua. Sekarang apa akal, kita semua tak punya milik jadinya."
"O, nah, beginilah caranya. Bantinglah yang itu sebuah lagi, agar semua kembali seperti semula. Begitulah caranya."
Dibantinglah uang yang sebuah lagi agar kembali seperti semula. Nah, terjadilah seperti yang dikehendaki.
Demikianlah. Maka semua pun sudah kembali seperti semula. Lalu mereka pulang tak membawa sesuatu apa. Tidak terkabul permohonannya. Orang tamak.
Tidak boleh kita tamak. Kalau kita sudah kaya, lalu tambah rakus agar berkelebihan, seperti itulah yang diperoleh.
Demikianlah adanya.
Sumber : Cerita Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat
loading...
0 Response to "Si Kaya Dan Si Miskin"
Post a Comment