Alkisah Rakyat ~ Adalah sebuah cerita. Cerita ini bernama Tipuq- ipuq. Yang bernama Tipuq- Ipuq itu adalah seorang anak kecil. Anak ini dilahirkan oleh keluarga yang sangat miskin. Pekerjaan orang tuanya hanyalah pergi ke hutan. Diceritakan sebelum anak ini dilahirkan orang tuanya sengsara. Kadang-kadang dapat makan, kadang-kadang tidak. Sdih kita menyaksikan kisah orang tuanya itu. Ayahnya setiap hari pergi ke hutan mencari kayu. Kalau berhasil menual kayu, barulah ia dapat makan. Bila si ayah tidak pergi dan tidak menjual kayu keluarga itu tidak dapat makan. Nah, pada suatu ketika keluarga itu dikaruniai oleh Tuhan. Si ibu hamil. Setelah hamil, kian lama masa hamail cukup sembilan bulan, lahirlah anak itu. Setelah lahir, lama kelamaan besarlah ia. Ketika si anak sudah bisa duduk, belum juga diberi nama karena memang demikian tradisi lama. Pada zaman itu anak-anak sampai dewasa masih saja dipanggil dengan sebutan nuna.
Diceritakan, setelah anak itu bisa duduk, ke dapur saja perginya, senang sekali dia berada dekat tungku. Di tungku itu saja anak itu senang bermain. Pada suatu ketika ia dipanggil oleh ibunya.
"Nuna, pulanglah," kata ibunya. "Jangan berada dekat tungku."
Walaupun demikian, dekat tungku saja anak itu. Tidur dan bermain sendiri pun di sana. Anak itu laki-laki. Karena itu berundinglah orang tuanya.
"Kalau demikian pak. Tipuq-Ipuq kita namai anak ini."
"Baiklah aku setuju apa yang kau katakan," demikian kata si ayah.
Lama-lama, setelah anak itu besar, ia sangat nakal pada sesama manusia. Anak yang bernama Tipuq-Ipuq ini nakalnya bukan main. Alkisah maka dewasalah ia. Aneh, dia menjadi orang yang angoh. Yang bernama Tipuq-Ipuq itu menjadi orang angoh, orang yang kebal. Kalau hanya ditikam, mata parang tidak mempan pada badannya. Nah, itulah kekebalannya. Setelah Tipuq-Ipuq dewasa, untuk sementara tidak diceritakan keadaan Tipuq- Ipuq. Diceritakan tentang seorang raja yang bernama Datu Beleq. Baginda mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Putri Sekar. Pada suatu hari Putri Sekar mengajukan permohonan pada Raja.
"O. ayah, hamba ingin benar melihat keadaan taman."
"Baiklah anakku, engkau adalah anakku satu-satunya, yang paling cantik, paling molek, apalagi akan pergi ke taman yang tempatnya dekat, lagi pula taman milik kita. Anadaikata kau akan pergi ke langit pun akan kesampaikan niatmu. Nah, demikianlah kandungan kalbuku padamu, anakku."
"Baiklah jika demikian, ayah." "Jadi, kapankah kau akan pergi?" "Besok."
Maka dipanggillah para inang pengasuh. Semua inang pengasuh dipanggil.
"O, sekarang kamu para pengasuh. Besok antarkanlah Inang. Denda pergi ke taman. Temanilah beliau bermain-main ke taman untuk melihat-lihat berbagai jenis bunga serta apa saja yang ada di taman. Rupanya anakku sangat ingin melihatnya."
"Baiklah Datu." Keesokan harinya setelah matahari terbit.
"Ya, ayah, hamba akan menghaturkan sembah kepada ayah. Karena seperti yang dikatakan kemarin, hamba diperkenankan bermain-main ke taman."
"Ya baiklah anakku. Pergilah bermain-main."
Nah, konon berangkatlah ia diiringi oleh para inang pengasuh. Setelah bermain-main di taman, senang hatinya mandi,maklumlah taman raja, lagipula yang pergi putri raja satu-satunya. Bunga-bungaan bermacam-macam warna, lengkap ada di taman Datu Beleq. Na di ceritakan setelah lama berada di taman, pada suatu hari di taman sari itu datanglah seorang raksasa.
Diceritakan bahwa raksasa ini terbang. Raksasa ini laki-laki.
"La, ini anak manusia. Molek dan sangat cantik," demikianlah kata raksasa itu dari udara. "Kalau anak manusia ini kutangkap, bukan main enak hatinya. Pasti hatinya besar." Na, demikianlah kata raksasa itu. Raksasa ini memang cepat jatuh hati pada orang cantik.
Mengapa putri raja yang bernama Putri Sekar ini akan ditangkap, karena ia menginginkan kecantikannya dan menginginkan hati manusia, hati putri Raja ini. Lalu diceritakanlah bahwa raksasa itu menukik di atas menyambar putri raja yang bernama Putri Sekar. Putri itu pun ditangkaplah. Putri itu berteriak memanggil para inang pengasuhnya. Berteriaklah tuan Putri.
"Tolong.......tolong......tolong...... Inaq Denda dilarikan oleh raksasa.
"Tolong......tolong.......tolong...." tetapi tak ada artinya Entah kemana perginya, raksasa itu telah menghilang. Ke tengah hutan tuan putri dilarikan. Na, oleh karena itu mereka pulang memberi kabar, berdatang sembah kepada raja.
"Ampunilah Datu, hamba ditimpa oleh kemalangan."
"Mana anakku, Putri Sekar?" "Ceritanya sepeerti ini tuanku," tetapi sambil ketakutan dan gemetar, para inang pengasuh itu takut menyampaikan kepada raja.
"Ketika kami berada di dalam Taman Sari, ketika kami sedang mandi, lalu kami memetik kembang yang digemari oleh Putri Tuanku, ketika datang raksasa menyambar, tak ada orang yang menolong hamba. Karena taman itu sepi. Na, setelah itu putri Tuanku dilarikan. Hilang terus hingga sekarang."
"Tek," pingsanlah raja, setelah mendengar berita itu dari inang pengasuh Putri Sekar. Setelah lama-lama pingsan.
"Eh," sadar diri, "Gamaq anakku," sambil menangis. "Eh, eh,oh, anakku Sekar. Hanya engkaulah anakku satu-satunya. Bagaimana jadinya nasibku," Raja menangis bersama keluarga.
"Bagaimana nasib anakku sekarang, dilarikan oleh raksasa. Matikah, hidupkah anak yang dilarikan oleh raksasa itu. Eh, e, sekarang serba salah kalau begini."
Setelah lama Raja bersedih, lalu dipanggillah para Pepatih. "oh, kau semua para Patih, carilah akal agar anakku dapat kembali. Bagaimana jika seanfdainya kamu yang berangkat mencari raksasa itu?" Demikianlah, pada suatu hari. "Jika demikian perintah hamba sanggup," kata Pepatih itu.
Keesokan harinya dikumpulkanlah para hulubalang. Tetapi di dalam cerita itu, diceritakan bahwa gua raksasa itu, bertempat di tempat matahari terbit. Karena itu para Pepatih yang akan menggempur raksasa itu tak menemukan apa-apa banyak yang mati sebelum sampai. Akhirnya mereka kembali.
"Ah, bagaimana Patih, sudahkah kau jumpai tempat raksasa itu?" "La, maaf, e.... maaf sebesar-besarnya Tuanku." "Apa sebabnya kau berkata demikian?"
"Karena, begini Tuanku. Telah hamba cari di seluruh hutan dan gunung, tak seorang pun yang tahu tempat gua raksaasa itu."
"Kalau demikian bagaimana akal kita agar brhasil?" Tak seorangpun meresa gembira di dalam keraton itu. Semua bersusah hati. Raja, Pepatih dan seisi keraton. Semua bersedih kerena putri Raja hilang.
Selanjutnya berminggu-minggu, berbulan-bulan, Raja terus menerus susah, sehingga nafsu makan Raja sangat berkurang. Pada malam hari, Raja sering benar keluar kamar, termenung,memikirkan putrinya. Baginda bersama Permaisuri. Akhirnya.
"Bagaimana saja akal kita sekarang?" Keesokan harinya dipanggillah para Pepatih serta hulubalang dan rakyat semuanya.
"Na, sekarang diumumkan tentang anakku yang hilang dilarikan oleh raksasa itu. Siapa saja yang berhasil mengembalikan anakku itu, akan kujadikan... terus terang akan kukawinkan dengan anakku yang bernama Putri Sekar itu."
Tetapi tak seorangpun yang menyatakan berani melawan raksasa itu. Pengumumman raja disebarluaskan di kalangan masyarakat. Siapa saja yang berani akan dikawinkan dengan putri Raja. Akhirnya beritan itu terdengar oleh Tipuq-Ipuq.
"Na, bagus benar hal ini."
Diceritakan Tipuq-Ipuq sudah menjadi pemuda gagah. Tetapi ada satu kegemarannya, yaitu selalu ingin berada dekat tungku, hingga menjadi dewasa. Setelah mendengar pengumuman itu pergilah Tipuq-Ipuq ke keraton.
"O ibu, O bapak, kasihanilah Raja itu. Biarkanlah aku mencoba menggempur gua raksasa itu, untuk mencari putri Raja."
"Wahai, jangan anakku! Apalagi macam engkau, anakku. Engkau akan meninggalkan rumah ini, wah pada siapakah tempatku akan mengatakan anak, anakku cuma satu bagaikan mata wayang, hanya satu Tipuq-Ipuq."
"O, jangan begitu, karena tiap-tiap menghadapi kesudahan manusia itu berkewajiban saling tolong- menolong."
"Walaupun demikian anakku, jangan!" Tetapi karena keras kemauan Tipuq-Ipuq, anaknya diijinkan juga ia oleh orang tuanya.
"baiklah anakku! Akan kuijinkan. Setelah kuijinkan secara baik, kapankah kau akan berangkat?"
"O, saya akan menyampaikan hal ini dahulu kepada Raja." Keesokan harinya pergilah ia ke istana.
"Meran Datu, hamba mohon peerkenan Tuanku."
"O, bagus! Masuk, masuk! Kau anak muda dari mana?" "O, hamba anak pondok, Tuanku.". "Apa pekrjsaan orang tuamu?"
"Tak ada Tuanku. Ibu bapa hamba menjadi tukang mengambil kayu. Hanya mengambil kayu. Bila tidak mencari kayu, ayah hamba tidak dapat makan. Tuanku." "Kalau demikian, bafgus. Tahukah kamu tentang kesusahanku?"
"Ya, Tuanku! Itulah maksud hamba datang kemari. Karena hamba mendengar pengumuman Tuanku dari Pepatih Tuanku tentang putri Tuanku yang dilarikan oleh raksasa."
"Kalau demikian benarkah kau mau membantuku?"
"Benar Tuanku, tetapi jika ada, hamba memohon pedang atau anak panah. Karena menurut cerita raksasa ini dapt terbang, Tuanku. Karena hamba tidak dapat terbang, akan hamba panah raksasa itu."
"Oh, bagus."
Demikianlah. Keesokan harinya dipersiapkanlah jenis senjata yang dingini oleh Tipuq-Ipuq. Kemudian Tipuq-Ipuq pergi kepada ibunya dan ayahnya untuk memberitahukan tentang kepergianya.
"O ibu, bapa, besok aku akan berangkat." Hari itu ibunya sibuk membuatkan ketupat sebanyak tujuh buah.
"Hanya ini yang kau jadikan sangu, anakku. Ketupat yang tujuh buah ini. Tetapi baik-baiklah cara berjalan anakku, agar kau selamat pergi hingga kembali."
"Ya, ibu." Kemudian tiba waktunya Tipuq-Ipuq berangkat.
Ikhlaskan ya ibu, sekarang sudah tiba waktunya aku akan permisi kepada ibu." Lalu diciumnya ibuny, diciumnya telapak kaki ibunya. Ia sangat berbakti kepada orang tuanya. Diciumnya telapak kaki ibu dan ayahnya sambil menangis.
"O, ibu doakanlah anakmu, ibu, agar selamat berjalan mencari putri raja."
"Ya, anakku, Akan kudoakan agar engkau selamat. Agar kau sungguh-sunguhmemegang janjimu selama pergi itu."
"Baik itu." Kemudian berangkatlah Tipuq-Ipuq. Ia diantarkan hingga luar pagar, luar pondok.
"Pergilah anakku." Sampai anaknya tak tampak lagi, masih saja ibu- bapanya tegak memandang sambil bercucuran airmatanya. Karena cinta kasih ibu dan ayahnya itu sangat besar, kedua orang tua itu sangat sayang kepada anaknya.
Setelah anaknya tak tampak lagi, barulah mereka masuk ke pondok.
Setelah tiba di karaton Datu Beleq. Tipuq-Ipuq pun mohon diri.
"Ya Datu, kini hamba mohon pamit."
"Untukmu sudah disiapkan senjata dan bekal yang cukup.Dengan siapa kau pergi."
"Hamba sendirian saja." Lalu ia pun berangkat. Berangkatlah Tipuq-Ipuq keluar hutan, masuk hutan trun gunung, naik gunung. Ia pun menginap di dalam hutan.
"Eh, dimana gerangan gua raksasa itu? Kasihan keadaan Raja. Kasihan keadaan putri raja. Dilarikan, dan entah masih hidup atau sudah mati."
Demikianlah ceritanya. Kita tinggalkan dulu keadaan Tipuq-Ipuq. Diceritakan keadaan rasasa bersama putri Sekar. Setelah pulang maka raksasa itupun berkata.
"Anakku, aku mau minum." "Ya. kakek." Diambilkan air seember, dua ember. Lalu setelah diambilkan seember dua ember, habis diminum. Seteal habis diminum lalu raksasa itu berkata lagi.
"Carikan aku kutu, cucuku." Dicarikan kutu, diambilkan palu untuk memukul kutunya yang berupa ular, kalajengking, lipan. Kutunya dipukul, disepit besi ceritanya, untuk menangkap kutuny. Kutunya bukan seperti kutu biasa. Kutunya berupa ular, kalajengking, lipan. Itulah yang jadi kutunya.
Kemudian rakasasa itu pergi lagi. "Tinggllah cucuku! aku akan mencari mangsa lagi." katanya
"Ingat- ingat, ini tali." tetap ia anu tali rante itu. Di sekitar hutan itu saja tempatnya mencari mangsa. Kalau kendur tali rante itu tandanya ia pulang. Kalau kencang tandanya ia masih jauh.
Keesokan harinya berangkatlah raksasa itu mencari mangsa. Tapi biarkan dulu raksasa yang sedang mencari mangsa ini.
Diceritakan bahwa Tipuq-Ipuq berjalan terus, akhirnya karena payah duduklah ia di bawah sebatang pohon kayu. Pohon kayu itu adalah sebatang pohon burni. Di bawah pohon itulah tempat ia duduk.
"Ah, ini pohon burni. Buahnya bagus, lebat"
Sesungguhnyalah di samping tempat duduknya itulah gua tempat raksasa itu. Ketika ia melihat ke bawah, ia seperti melihat sumur. Tiba-tiba terlihat olehnya seorang wanita yang sangat cantik.
"Astaga! Siapa gerangan ini? katanya.
Selanjutnya dilihatnya wanita itu duduk sambil mempermainkan kain bajunya, sambil bersedih. Dilemparnya gadis itu dengan buah burni. Gadis itu melihat ke atas. Tipuq-Ipuq bersembunyi. Ketika Tipuq-Ipuq melembpar lagi lalu bersembunyi. Begitulah berulang-ulang sampai tiga kali, lalu ia bertanya. Kebetulan raksasa itu sedang mencari mangsa, bertanylah putri Sekar.
"Siapakah itu, jangan mengganggu. Kalau tuan manusia, tolonglah aku. Kalau jin tolonglah aku dan dekatlah ke mari. Perhatikanlah diri tuan. Jangan takut, kakekku tidak ada disini." Kakek panggilannya pada raksasa itu.
"O, jika demikian," lalu Tipuq-Ipuq melongok, "aku yang" "O, mari turun."
Lalu Tipuq-Ipuq turun. Sebelumnya putri Sekar melemparkan tali karena gua itu dalam seperti sumur.
"ini tali untuk memanjat," dilemparkanlah tali, demikianlah ceritanya. Itulah yang dipergunakan turun ke dalam gua oleh Tipuq-Ipuq. Ia ditanya,
"Siapakah kau?"
"O, aku bernama Tipuq-Ipuq, utusan dari Datu Beleq." "Apakah maksudmu datang kemari?"
"O, aku akan anu, apa namanya, akan kuambil putri raja yang dilarikan oleh raksasa. Tidakkah disini tempatnya? Kau ini siapa?"
"O, aku , akulah putri raja yang bernama Putri Sekar."
"O, jika demikian hamba mohon lurgaha."
"O, jangan seperti itu. Biasa sajalah Tipuq-Ipuq. Sebab kita sama-sama sengasara di tengah hutan ini. Jadi bagaimana hingga kau bisa datang kemari?"
"Akh, lama perjalanku. Lama aku berjalan masuk keluar hutan." "O, jika demikian, jadi maksudmua disuruh oleh Raja, ayahku?"
"Demikianlah, tuan Putri." "Jika demikian apa maksudmu sekarang Tipuq-Ipuq?" "Kan kuambil engkau."
Tetapi sebelum kata-katanya putus, terasa rantai menjadi kendur.
"O, kalau demikian, bersembunyi dulu Tipuq-Ipuq. Kakekku akan pulang."
"Kakekmu siapa?" "Itulah! Raksasa itu akan pulang."
Lalu ceritanya, terdengar raksasa itu berteriak. Diceritakan hanya berteriak saja raksasa itu e..... binatang-binatang pada berlari ketakutan, karena mendengar suara teriakan itu. Tuan Putri berusaha menyembunyikan Tipuq-Ipuq. Kebetulan celah batu itu seperti almari, disana tempatnya Tuan Putri menyembunyikan Tipuq-Ipuq, setelah disembunyikan di tempat itu, lalu katanya.
"Tinggal dulu disini!" Lalu tempat itu ditutui dengan batu oleh Putri Sekar. Setelah ditutupi, datanglah raksasa itu.
"Bau manusia anakku, bau manusia."
"O, kakek, tak ada manusia lain, selain aku. Aku sendiri." "Tidak, cucuku."
Barangkali bau manusia itu telah tercium keluar oleh raksasa itu.
"Pasti ada manusia lain disini selain amu, cucuku."
"Tidak kakek, siapakah yang berani datang kemari selain aku?: Hanya sebegtiu jawabnya. Nah setelah itu.
"Kalau demikian cucuku, tak ada manusia lain selain dari kamu?"
"Tidak ada, Aku hanya seorang diri." "Kalau demikian, minumlah dulu."
Putri Sekar mengambilkan air. Disediakan seember, habis. Disediakan dua ember habis, ia minum hingga tiga empat ember.
Setelah selesai minum lalu ia menengadah. Payah benar raksasa itu mencari mangsa. Ia membawaku dan mencarikan makanan untuk Putri Sekar.
"Itulah cucuku, makanlah semua yang kubawa."
Ada bermacam-macam buah-buahan, manggis, mangga dan sebgainya. Maklumlah ia mencarinya di hutan yang penuh dengan buah-buahan.
Selanjutnya ceritanya, berdebar-debar hati Tipuq-Ipuq. Bila ia dijumpai di sini, ia pasti mati dimakan oleh raksasa itu. Karena pintarnya Putri Sekar, ia tidak diketemukan."Baiklah kakek, besok kau akan mencari mangsa lagi?"
"Ya, aku akan mencari mangsa. Tetapi sekarang kiranya sudah cukup masanya. Aku akan memakan hatimu. Sudah besar, hatimu kini sudah besar. Lagi pula cukup lama kau berada di dalam gua ini. kini sudah tiba masanya untuk memakan hatimu."
"O, belum, belum kakek." begitulah kata Putri Sekar. "Kalau kakek ingin cepat cepat memakan hatiku, carikanlah saya suatu yang kuinginkan. Agar sekali makan, besarlah hatiku. Sesudah itu kakek boleh memakan hatiku. Bukalah terus lalu ambil hatiku. Karena kakek inginkan hatiku." kata Putri Sekar.
"Katakan saja apa yang kau inginkan itu."
"Beginilah kakek! Besok pergilah carikan aku hati kijang. Tetapi harus kijang putih. Jika kakek belum dapat, jangan pulang dulu."
"Akh, itu soal mudah, cucuku."
"Tetapi begini kakek, kalau akan pergi meninggalkan ku kalau terjadi sesuatu, agar aku mengetahui bekem-bekem ini, kesaktian-kesaktian ini, untuk apakah itu dipergunakan. Nah, misalnya botol ini untuk keperluan apakah dipergunakan."
"Akh, ini yang dinamai bekem, bekem hujan." "Mengapa dinamai bekem hujan?"
"Kalau botol ini dibuka, lalu dipercikkan airnya,...... datang hujan besar."
"Bagaimana caranya kalau kita akan menghentikan hujan itu?'
"Ini ada bekem yang lain." "Bekem apa itu?"
"Itu yang dinamai bekem,..... bekem..... bekem angin itu kita pergunakan menghilangkan hujan, kalau bekem angin ini dibuka. Dan ini bekem api. Na, hanya itulah kesaktianku, kuberikan kepadamu. Tetapi jangan sekali-kali dipergunakan secara serampangan, cucuku."
"O, siapakah yang berani akan mempergunakannya? Pokoknya asal kita waspada. Kita tidak tahu, kalau nanti ayahku menyuruh orang mengambilku di gua ini. Kan mudah aku melawannya agar dia mati." demikian katanya.
Kemudian, raksasa itu pun berangkat. "Akh, tinggallah disini cucuku. Sekarang aku akan mencari mangsa. Peganglah baik-baik."
"Ya, pergilah mencari mangsa."
Setelah raksasa itu pergi mencari mangsa, dan setelah raksasa itu kira-kira berjalan cukup jauh, segera putri itu mengeluarkan Tipuq-Ipuq dari tempat persembunyiannya.
"Keluarlah Tipuq-Ipuq. Inilah jenis kesaktian-kesaktian jenis bekem-bekem. Yang kubawa ini sudah cukup untuk senjata kita. Ayolah, mari kita pulang!"
"Tetapi begini, sebelum kita pulang, kita harus mencari ijuk dahulu." Begitulah siasat Tipuq-Ipuq.
"Untuk apa ijuk itu?"
"La, nanti kalau ijuk itu kita tumpuk di atas gua ini, lalu kita bakar, maka dengan demikian akan dilihat oleh raksasa itu, lalu ia akan pulang karena rumahnya terbakar. Guanya, semua miliknya terbakar, tentu dikejarnya kita dan mudah kita bunuh dia."
"Bagus!".... Lalu mereka mencari ijuk, maklumlah di hutan itu banyak ijuk. Ditumpuklah ijuk itu di sepanjang jalan, bagaikan jerami. Setelah jaraknya cukup jauh, ijuk itu, lalu dibawanya bekem -bekem itu. Barang-barang yang diberitahukan oleh raksasa itu diberikannya kepada Tipuq-Ipuq.
"Marilah kita berjalan! Kita berlari-lari."
Setelah jauh lalu dibakarlah ijuk itu. Api pun berkobar. Setelah api besar, raksasa itu berlari menuju ke sana. Dilihatnya guanya sudah terbakar.
"La, ini perbuatan siapa? Wah, cucuku," katanya memikirkan cucunya putri raja yang bernama Putri Sekar itu. E..... lalu dia berlari. Dikejarnya putri Sekar dan Tipuq-Ipuq.
"Kemana perginya?" katanya. Raksasa itu terbang mengejar. Setalah raksasa itu terbang maklum karena sakitnya, dilihatnya mereka di tengah jalan.
"La, itu rupanya, mereka berdua."
Setelah dekat lalu katanya. "Nah, inilah cucuku," Setelah dilihatnya cucunya itu, dikejar hingga dekat benar. Ketika akan dipegang, Tipuq-Ipuq dan Putri raja itu melepaskan bekem yang dibawanya. Yang dilepas pertama adalah bekem hujan. Setelah dilepas bekem hujan itu,e..... bekem abu, aun-aun, dilepaskan bekem aun-aun, i......gelap penglihatan raksasa itu. Setelah gelap penglihatan raksasa itu, berlarilah Tipuq-Ipuq bersama Tuan Putri Sekar.
Setealh jauh payahlah mereka. Tidak dilihat oleh raksasa itu kemana perginya mereka.
Setelah abu itu hilang, dikejarnya lagi dengan sekuat tenaganya.
"Cucuku, cucuku! Sekarang matilah aku." kata raksasa itu dngan marahnya. Berlari terus raksasa itu mengejar. Dilihat dari bawah oleh Putri Sekar dan Tipuq-Ipuq.
"La, itu rupanya raksasa itu, Lepaskan itu, lepaskan bekem hujan itu."
Dilepaskanlah bekem hujan. Segera setelah dilepaskan bekem hujan itu.... habis basah bulunya dan raksasa itu jatuh kebawah. Berhenti. Setelah berhenti, berlarilah Tipuq-Ipuq terus cukup jauh ketika hujan telah reda. Kemudian setelah kering bulu raksasa itu, ia terbang lagi. "La, itu ruanya. Sekarang mereka pasti tertangkap olehku."
"Tipuq-Ipuq! Lepaskan bekem aoi, lepaskan, agar mati raksasa itu. Kalau dia masih hidup kita tak bisa cepat tiba dirumah."
"Bagus" Lalu dilepaskanlah bekem api.
Ketika bekem apai dilepaskan, kena dia dan terbakar, ei..... bulunya dijilati api.... api itu menjadi besar. Akhirnya raksasa itu mati. Tetapi antara raksasa yang mati ini dengan Tipuq-Ipuq dan Putri Sekar cukip jauh.
Ketika Tipuq-Ipuq akan brjalan ia ditahan oleh Putri Sekar. "Berhentilah dulu Tipuq-Ipuq." "Ada apa?"
"O, begini, meskipun ia raksasa tetapi kasihan juga. Marilah kita kembali, untuk menanam bangkainya."
Dikasihani juga raksasa ini oleh Putri Sekar. Jadi setelah itu, lalu mereka kembali mencari bangkai raksasa itu. Dijumpai. Sia-sia semuanya telah habis terbakar. Lalu, ceritanya digalikan lubang. Disanalah raksasa itu ditanam.
"Nah, sekarang kita aman, marilah kita berjalan." Berjalanlah mereka. Setelah berjalan, lama kelamaan, tidak diceritakan dalam perjalanan, akhirnya tibalah mereka di daerah perbatasan keraton.
Ketika dilihat oleh seorang rakyat, berlarilah rakyat itu mengabarkan kepada Raja. Nah, setelah di keraton, berkatalah orang itu.
"La, meran Datu Putri Tuanku, kembali bersama Tipuq-Ipuq:" "Benar?'
"La, seuruh isi keraton bergembira. Berhenti mereka bersusah setelah memperoleh kabar tentang putri raja yang kembali.
"Akh, jika demikian, sediakan juli; Naikkan mereka pada juli."
E, disediakan juli. Dipikullah keduanya. Lalu dibawa ke keraton. Setiba di dalam keraton, e.... dipeluk ayah dan bundanya oleh putri raja, Putri Sekar.
Lailahailallah. Ibu dan anak berjumpa. Anak yang hilang menjumpai ayahnya, Lalu e..... mereka berpelukan.
"Eh, anakku, kukira kau telah mati," demikian kata Raja.
"Tidak. Hamba tidak mati. Masih hamba...." "Tetapi meskipun demikian anakku,lelah benar aku berpikir disini. Karena sangat lama kau hilang, tidak pernah kulihat hingga kurus aku memikirkannya." Demikianlah kata raja.
"A, sekarang mana Tipuq-Ipuq?"
"Ya, hamba......" "Kamu Tipuq-Ipuq, banyak sekali jasmu kepadaku."
"Tetapi akan kutepati janjiku yang dulu. Siapa yang dapat membunuh atau mengembalikan anakku, tidak hanya kalau raksasaitu mati, biarpun raksasa itu hidup, pokoknya anakku kembali akan kutepati janjiku anak mengawinkan kau dengan ankku."
Na, raja bertanya, "Bagaimana kisah perjalanamu?"
Diceritakanlah oleh Tipuq-Ipuq kisah perjalanan itu dari awal sampai akhir. Dicritakan pula tentang pertempuran dengan raksasa itu.
"Kalau demikian, sekarang aku akan mengadakan pesta besar. Undang semua, jangan tinggalkan rakyatku yang berada di pondok- pondok, di hutan, didesa-desa, apalagi yang di kota, undang semuanya. Kita akan begawe beleq. Akan kukawinkan anakku itu dengan Tipuq-Ipuq. Dan sekarang kamu Tipuq-Ipuq, janganlagi tinggal di hutan. Tinggallah sekarang di istana ini. Tinggallah disini. Akan kubuatkan rumah untukmu dan suruh ibu bapamu kemari." Nah, demikianlah katanya.
"Kalau demikian Datu, sekarang hamba mohon pamit, hamba akan menyampaikan hal ini kepada orang tua hamba."
"Ya, kalau demikian baiklah." Tipuq-Ipuq diijinkan pulang. Karena lamanya Tipuq-Ipuq hilang, bukan main tahi mata ibu dan bapanya, karena selalu menangis. Mereka kelihatan kurus.
"Ibu, " kata Tipuq-Ipuq. "O anakku Tipuq-Ipuq." Lalu dipeluknya anaknya sambil menangis.
"Kukira kau telah meninggal, anakku. Sekian bulan kau meninggalkanku. Tetapi syukur kau selamat dapat kembali.
"Nah, itulah karena restumu ibu, karena ibu, dan lagi karena ibu sabar, doa ibi dikan=bulkan oleh Tuhan, hingga aku dapat berjumpa dengan Putri Raja dan kembali lagi. Dan sekarang, terua terang akan kuberitahu ibu, ini pesan raja, bukan hanya karena pesa, tetapi diperintah oleh raja, jangan lagi tinggal di pondok ini.
Di keraton tempat tinggal ibu sekarang, itulah anugerah raja pada ibi. Karena aku, seperti dikatakan oleh raja, akan dijadikan menantu, akan dikawinkan dengan putrinya yang bernama Putri Sekar itu."
"Akh, kalau demikian anakku, tidakkah kita merasa malu, karena keadaan kita seperti ini?"
"Memang demikian, tetapi pokoknya asal kita sudah datang." Maklum mereka keluarga miskin. Tentu robek-robek kain bajunya. Setelah tiba di sana, ibu dan ayahnya Tipuq-Ipuq berkata,
"Mohon permisi Daru."
"Siapakah mereka Tipuq-Ipuq?" kata raja.
"O, mereka adalah ibu bapa hamba."
"Kalau demikian, baiklah. Ambilkan pakaian ibumu ditaman."
Digantilah pakaian mereka dengan pakaian baru, sebaru pakaian orang-orang keraton.
"Demikian pula kamu sekarang. Besok kita akan mengadakan pesta dan merayakan hari perkawinanmu."
Na, lalu diundang seluruh rakyat. Raja mengadakan bermacam-macam hiburan. Keesokan harinya, dikawinkanlah Tipuq-Ipuq dan Tuan Putri dengan upacara besar-besaran. Tujuh hari, tujuh malam kerja itu berlangsung tanpa henti-hentinya. Na, lalu setelah selesai kerja itu, tingallah mereka disana jadi isi keraton. Demikianlah nasib Tipuq-Ipuq karena jasanya menolong Raja. dan pesan raja.
"Jika aku sudah tua, kamulah yang akan menggantikan aku mejnadi raja di sini, anakku."
Walaupun hanya sebagai menantu, tetapi karena kepercayaan dan melihat betapa jujurnya Tipuq-Ipuq, maka diangkatlah ia menjadi Raja.
Na, hingga di sinilah ceritanya. Cerita Tipuq- Ipuq.
Sumber : Cerita Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat
loading...
0 Response to "Cerita Tipuq Ipuq"
Post a Comment