Alkisah Rakyat ~ Sebagai ganti Maharaja Suryanata, dinobatkan Raden Suryaganggawangsa di padudusan dan disinilah Raja memakai mahkota yang datang dari langit. Setelah Raden Suryganggawangsa memerintah,maka rajapun memperkenankan pulang segala gadis-gadis yang menjadi dayang-dayang Maharaja Suryanata. Raja memberi hadiah berupa pakaian dan alat-alat perkakas rumah. Kapafa mereka yang ingin kawin, dikawinkan.
Setelah Maharaja Suryanata, begitupun Maharaja Suryaganggawangsa memberikan pula kesempatan untuk menghadap pada tiap-tiap hari Sabtu dengan bertempat di Sitiluhur. Lembu Mangkurat diangkat menjadi Mangkubumi, sedang Arya Mageatsari dan Tumenggung Tatahjiwa adalah sebagai pengawal.
Di bawahnya sebagai jaksa adalah Patih Baras, Patih Pasi. Patih Luhur dan Patih Dulu. Kemudian empat orang Menteri Kemakmuran, Sang Panimba Sagara, Sang Pangaruntun Manau, Sang Pembalan Batang dan Sang Jampang Sasak, yang mempunyai pula kekuasaan memerintah atas empat puluh orang pasukan keamaan. Juga saudara Raja, Pangeran Suryawangsa yang mendapat gelar Dipati mempunyai pula seribu orang pengiring, yang setiap saat siap menerima perintah Mangkubumi.
Karena Raja belunm mempunyai permaisuri, maka Lembu Mangkurat selalu mendorong beliau. Namun semua dorongan dan anjuran itu tidak berhasil. Tetapi pada suatu hari Raja berkata bahwa ia mendengar suara dari paduka ayahanda yang telah gaib (meninggal dunia), mengatakan bahwa Raja harus kawin dengan anak Dayang Diparaja. Lembu Mangkurat merasa malu dan khawatir karena dimanakah harus mencari permaisuri yang dimaksudkan itu. Juga Arya Megatsari dan Tumenggung Tatahjiwa tidsak dapat pula memberikan keputusan. Oleh karena itu maka dicobalah mengrim utusan kesemua pelosok, tetapi kebanyakan kembali dengan tangan hampa.
Pada suatu hari, rombongan Singanegara (polisi) yang di dalam perjalanan memudiki sungai sampai di Tanggahulin, di pangkalan Arya Malingkan. Disini mereka menemui seorang gadis yang sedang mandi dibawah pengawasan seorang penagasuhnya. Ketika ia melihat kedatangan rombogan Singanegara (polisi) ia terkejut dan berteriak: "He, Dayang Diparaja, lekas! Itu datang rombongan singanegara (polisi)" Ketika rombongan singanegara mendengar nama ini, maka mereka segera berdayung pulang kembali untuk memberi kabar kepada Lembu Mangjurat.
Singantaka dan Singapati, keduanya kepala dari barisan rombongan Singanegara (polisi) mendapat perintah untuk meminta kepada Arya Malingkan, anaknya, guna dijadikan permaisuri Raja. Mereka berangkat dengan empat puluh orang perempuan yang akan menjadi pengiring menuju ke Tanggahulin.
Lembu Mangurat berangkat dengan perahu yang memakai tanda kebesaran dengan diiringi oleh ponggawa-ponggawanya. Tibalah ia di Tanggahulin, ketika orang-orang melihat kedatangan Lembu Mangkurat, maka banyak yang menjadi khawatir dan takut.
Arya Malingkan datang dengan segera mengelu-elukan dan mempersilahkan Lembu Mangkurat masuk kedalam rumah. Dengan gusar dan marah Lembu Mangkurat berkata, bahwa ia hanya ingin mendapat keputusan suatu hal, apakah Arya Malingkan bersedia untuk menyerahkan anaknya atau tidak. Sekedar untuk menakut-nakuti, Lembu Mangkurat menikam tangannya dengan pedang. Arya Malingkan terkejut melihat bahwa Lembu Mangkurat sama sekali tidak luka dimakan senjata dan dengan agak ketakutan ia memerintahkan dengan segera menyuruh menjemput anaknya. Lembu Mangkurat pergi kembali segera bersama gadis tersebut untuk menghadap Raja.
Tetapi kemudian ternyata Raja tidak mau kawin dengan Dayang Diparaja, karena yang diingini ialah anak dari Dayang Diparaja. Sekarang timbul kesulitan yang harus dipecahkan. Siapakah yang harus mengawini gadis tersebut. Akhirnya semua berpendapat dan setuju bahwa hanyalah Lembu Mangkurat yang pantas dan tepat untuk mengawini Dayang Diparaja. Perkawinan segera dilakukan. Parayaan perkawinan itu berlangsung selama tujuh hari lamanya.
Tidak berapa lama kemudian, Dayang Diparaja hamil. Walaupun telah cukup bulan dan harinya, ia belum juga melahirkan. Barulah sesudah lima belas bulan terasa sakit hendak bersalin, yang dideritanya sudah tiga hari. dengan bermacam-macam cara dan syarat, dicoba untuk menjauhkan segala pengaruh jahat tetapi semuanya sia-sia belaka, bahkan Lembu Mangkurat sendiri telah putus asa. Tiba-tiba dari dalam kandungan ibu yang sakit itu terdengar suara: "Ooh ayah Lembu Mangkurat, tidaklah melalui jalan yang mudah, anakda akan lahir, tetapi anakda akan keluar dari sisi kiri ibunda"! "Bedalah dan perbuatlah ini untuk anakda"! Sejurus lamanya lembu Mangkurat di dalam kebimbangan. tetapi ternyata kewajiban untuk mempersembahkan kepada Raja seorang permaisuri adalah beban yang lebih berat lagi. Lembu Mangkurat membedah sisi kiri dari Dayang Diparaja, yang segera meninggal sesudah berpesan supaya menjaga baik-baik anaknya. Seorang anak yang cantik lahir dengan perhiasan yang biasanya dipakai oleh gadis-gadis. Lembu Mangkurat memberikan perintah supaya menyusui anaknya, yang diberi nama Putri Huripan.
Telah tiga hari Putri Huripan tidak mau menyusu. Akhirnya ia sendiri mengatakan bahwa ia hanya akan minum air susu kerbau putih. Ayahnya lembu Mangkurat dengan segera memenuhi permintaannya. Maka sejak itulah pantangan (tabu) bagi keturunannya untuk memakan daging kerbau putih.
Ketika Arya Malingkan dan isterinya mendengarkematian anaknya Dayang Diparaja, maka mereka pun mengambil keputusan untuk mengikuti jejak anaknya yang dicitai itu. Sebelum ia meninggal dunia, ia memakan sirih dan pinang muda, sedang isterinya memakan sirih dan pinang tua. Ia memerintahkan pesuruhnya untuk menanam pinang itu di dalam tanah. Dari padanya kemudian tumbuh jaringan dan perawas yang akan berguna untuk obat cucunya Puteri Huripan. Inilah asalnya jaringan dan perawas mula-mula tumbuh di Tanggahulin yang sejak itu disebut Huripan.
Ketika Puteri Huripan sudah akil balig, maka ia pun dipersembahkan kepada Raja. dengan segala upacara kebesaran perkawinan dirayakan. Sebagai lazimnya kedua mempelai dimandikan di pancoran air (padudusan) dan kemudian diarak kembali ke istana.
Beberapa lama kemudian, maka permaisuri melahirkan seorang puteri yang dinamai Puteri Kalarang Sari. Setelah puteri ini dewasa maka ia dikawinkan saudara raja. Pangeran Suryawangsa. Karena hanya Pangeran Suryawangsa sajalah yang layak baginya. Puteri Kalarang Sari kemudian melahirkan seorang putera yang diberi nama Raden CARANG LALEAN.
Raden Suryawangsa juga masih mendapat karunia seorang puteri yang diberi nama PUTERI KALUNGSU. Atas keinginan raja, kedua anak ini yaitu Raden Carang Lalean dan Puteri Kalungsu dikawinkan. Pada waktu inilah Arya Megatsari dan Tumenggung Tatahjiwa meninggaldunia.
Pada suatu waktu ketika semua keluarga dan semua pegawai istana sedang berkumpul den bersenang-senang, maka maharaja Suryaganggawangsa dan Puteri Huripan menerangkan bahwa mereka akan "kembali ke asal." Kepada Lembu Mangkurat diamanatkan suaya Carang Lalean dan Puteri Kalungsu diajarkan adat turun-temurun dari raja-raja terdahulu.
Lembu Mangkurat mencoba supaya raja dan permaisuri memalingkan pikiran agar menunda "kembali ke asal". Tetapi sebelum itu keduanya telah "menghilang" dari pandangan mata semua yang hadir.
Sumber : Lembu Mangkurat (Ceritera Rakyat dari Kalimantan Selatan)
loading...
0 Response to "Cerita Raja Suryaganggawangsa"
Post a Comment