Cerita Datu Hulu dan Datu Hilir ~ Dahulu kala, di sebelah negeri di tepi sebuah sungai di daerah Barito Selatan tinggallah dua orang Datu atau Kepala Suku Yang berdiam di hilir yang disebut Datu Hilir dan yang di hulu disebut Datu Hulu. Mereka berdua berjanji, jikalau salah seorang di antara mereka melahirkan anak laki-laki dan yang seorang lagi melahirkan anak wanita, mereka akan mengawinkannya.
ilustrasi : cerita Datu Hulu dan Datu Hilir |
Setelah beberapa lama kemudian, sampailah saatnya bagi kedua keluarga itu untuk melahirkan. Tetapi malang telah menimpa, bahwa salah seorang Datu tersebut telah beranak seorang wanita yang rupanya persis seperti buah labu sedangkan Datu yang seorang lagi beranak seorang laki-laki, singkatnya seorang pria.
"Mungkinkah kita berdua mengawinkan anak yang macamnya begini? Anakmu buah labu sedangkan anakku terhitung manusia." kata mereka berdua. Karena hal ini memang tidak mungkin, lalu buah labu yang telah tua itu dibuang ke sungai.
Alkisah pada suatu ketika anak laki-laki tadi pergi menjala ikan, sementara ia sedang asyik menjala, tiba-tiba terdengar olehnya suara dari dalam air. "Siapakah engkau yang menjala di tepian sungai?", kata suara itu, siapakah anda yang berada di tangga turun ke air?. "Menjala dari tangga yang turun ke air, "katanya" tidaklah baik," katanya lebih lanjut. Sebaiknya anda menjala di tepian induk dimana terdapat pusaran air batang gading!"
"Suara apakah gerangan yang tiba-tiba datang dari dalam air seperti ini?", kata laki-laki itu. Lalu katanya, Saya tidak akan pulang kalau belum berhasil. Pantang pulang membawa tempat yang kosong melompong yang nantinya hanya dihamburkan saja seperti langit terbuka." Begitulah tekad si laki-laki, ia tidak mau kembali dan tetap berusaha untuk memperoleh hasil.
Jalannya terus ditebarkannya. Kemudian datang lagi suara itu. Siapakah engkau yang menjala di tepian sungai? Siapakah anda yang berada ditangga turun ke air? Tidaklah baik menjala dari tangga yang turun ke air. Menjala di tepian induk, dipusaran air batang gading !
Suara itu terus dijawab oleh anak laki-laki, katanya, "Saya tidak akan balik belakang. Saya tidak pulang, karena saya tidak lupa jalanan kembali. Ikan upah-upih (sejenis ikan kecil-kecil) belum ada yang saya masukkan ke bakul ini. Ikan kadintungan (ikan kecil-kecil) pun belum ada yang ku peroleh untuk membuka katup tutup bakulku!"
Ia pun terus menjala. Sesudah sekian lamanya menjala akhirnya diperolehnya sebuah labu putih. Labu itu dibawanya pulang dan diletakkannya ditempat yang biasa. Pada malam harinya, terdengarlah suara dari dalam labu putih "Jukang kamala tampak kabesau (sim salabim) dahulu aku menjadi tawo (labu), sekarang aku menjadi seorang putri!" Kemudian ia pun memasak nasi, menyiapkan lauk pauk dan sesudah semuanya disiapkan lalu ia pun pergi tidur bersama-sama laki-laki itu. Tetapi apabila laki-laki itu hampir bangun, ia pun berkata. "Sim salabim, tadi aku putri sekarang aku tawo!."
Begitulah terus-menerus dilakukannya, sehingga pada suatu ketika tertangkap basah oleh pria tadi. "Terlalu dia ini, mempermainkan saya!, katanya. Lalu dikejutkannya putri itu dan serentak tetap menjadi putri.
Singkat cerita, mereka berdua menyiapkan perkawinan membangun rumah tangga.
Referensi : Berbagai Sumber
loading...
0 Response to "Cerita Datu Hulu dan Datu Hilir"
Post a Comment