Alkisah Rakyat ~ Lingga dan Purba adalah dua bersaudara miskin yang tinggal di sebuah desa di Sumatera Utara. Mereka bekerja sebagai pencari kayu bakar dan rotan di dalam hutan.
Suatu hari saat beristirahat di bawah pohon besar, Lingga teringat pesan orang tuanya. Jika berdoa dengan ikhlas, keinginan kita akan dikabulkan.
Lalu, ia mengajak saudaranya berdoa agar diberi kekayaan. Setelah berada dengan khusyuk tiba-tiba, seekor burung terbang mendekat.
"Hai, anak muda! Kekayaan apakah kiranya yang kalian kehendaki?"
Lingga dan Purba terkejut karena burung yang bisa bicara. Lingga menjawab dengan ragu. "Berikan kami emas sebesar kepala kuda."
Burung itu terbang lagi dan menghilang membuat dua bersaudara itu kecewa. Namun ketika hendak pulang mereka menemukan bongkahan emas sebesar kepala kuda di jalan kedua pemuda itu sangat gembira.
Mereka mulai mengkhayal tentang apa saja yang akan mereka beli dari hasil menjual emas itu. Tiba-tiba, Lingga ingin memiliki emas itu sendiri sementara Purba pun berpikir demikian.
"Aku memikirkan bagaimana mengangkat bongkahan emas yang berat ini pula kita dalam keadaan lapar, tak akan kuat kita melakukannya!" kata Purba.
"Barang saja, kau pulanglah dulu ambil makanan dan bawakan aku juga. Setelah makan yang cukup, kita akan punya tenaga mengangkat harta kita ini!" usul si Lingga sambil merencanakan sesuatu.
Purba pun menurut, Ia kembali ke desa untuk mengambil makanan. Sepeninggal Purba Lingga membuat lubang perangkap di depan bongkahan emas itu. Ia menancapkan bambu-bambu runcing di dalamnya. Lalu menutupi lubang itu dengan dahan dan daun-daun yang kering.
Setelah kenyang, Purba kembali ke hutan. Dari jauh ia melihat Lingga masih menunggu di dekat harta mereka. Purba mendekati saudaranya itu dengan gembira. Saat hampir sampai, tiba-tiba saja ia terjatuh ke dalam lubang. Makanan yang ia bawa terlempar keluar.
Lingga sangat senang karena jebakannya berhasil. Ia segera mengambil makanan yang dibawa oleh Purba dan memakananya dengan lahap. Ia senang karena bongkahan emas itu menjadi miliknya. Tak lama setelah menyantap makanan itu, Lingga muntah darah. Perutnya terasa terbakar, ternyata saudaranya telah memberi racun di nasi itu.
Akhirnya, kedua orang itu meninggal dunia dan tidak seorang pun bisa memiliki bongkahan emas sebesar kepala kuda itu.
"Sifat serakah akan selalu membawa celaka, karena itu, kita harus bersyukur."
Sumber : Google
loading...
0 Response to "Cerita Si Lingga Dan Si Purba"
Post a Comment