Cerita Asal Usul Terjadinya Burung Kokokuk, Kuouw dan Koloket

Cerita Asal Usul Terjadinya Burung Kokokuk, Kuouw dan Koloket ~ Ada sebuah desa yang terletak di kaki gunung di sana tinggallah sepasang suami istri yang hidupnya sangat melarat. Mereka mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Kaloku. Karena ia anak yang tunggal sehingga orang tuanya sangat sayang dan selalu memanjakannya.


Ayahnya bernama Wengel dan ia sangat terkenal sebagai seorang yang paling malas di desa akan tetapi sebaliknya, si istri yang bernama Lingkama sangat terkenal sebagai seorang ibu yang paling rajin di desanya. Sepanjang hari istrinya si Wengel pekerjaannya hanya makan tidur saja. Sang istrinya dengan tekun mencari nafkah untuk keperluan hidup mereka sekeluarga. Setiap hari ia bekerja di ladang dan mencari kayu di hutan dan waktu pulang ke rumah ia tidak luput pula dari tugas-tugasnya di dalam rumah seperti, memasak nasi, mencuci piring dan baju, menyapu rumah dan halaman dan lain-lain. Selain itu untuk sekedar menambah penghasilan, pada malam harinya ia mengayam tikar dan hasilnya ditukar dengan bahan makanan.

Kesedihan yang bercampur tangis bukan asing lagi baginya melihat akan kelakuan suaminya yang bersifat masa bodoh saja atau hanya makan tidur, untunglah ia selalu dihibur oleh anaknya, Kaloku yang sangat dikasihinya itulah yang seringkali membuat ia lupa akan kesedihannya itu.

Kegemaran Kaloku adalah memelihara ayam terutama digunakannya untuk menyabung ayam. Hampir setiap hari ia mengelilingi desa hanya karena untuk mencari ayam menyabung.

Apabila Kaloku puas dengan pekerjaannya itu (sudah, beberapa ekor ayam yang disabung), barulah ia pulang ke rumahnya. Pada suatu hari disaat ayahnya keluar rumah dan ibunya pergi bekerja di ladang, ayam sabung atau jagoannya ditinggalkannya di dekat pagar di pinggir jalan depan rumahnya. Ayam jagoan itu tidak henti-hentinya berkokok-kokok di atas pagar rumah. Akan tetapi hari itu merupakan suatu kemalangan bagi ayam tersebut kerena dengan tidak diketahuinya, tiba-tiba seekor burung elang yang besar mendengarkan bunyi ayam tersebut, kemudian mulai mengincar dan menyiapkan posisinya untuk menerkam ayam itu. Dengan tidak membuang-buang waktu sedikit pun burung elang itu melancarkan paruh dan cakarnya terbang menyerap di saat ayam jago itu sedang asyik berkokok-kokok. Ayam jago itu bagaikan disambar anak panah atau cepatnya elang itu menyambarnya sehingga dengan sekejap saja ayam itu diterbangkannya ke udara dan hinggap pada sebuah pohon kayu yang besar dan tinggal ditengah hutan.

Adapun si Kaloku yang melihat kejadian tersebut spontan menangisinya sambil berteriak-teriak memanggil ayamnya; "Kokoku! Kokokuk! kokokkuk!"

Perhatiannya selamanya tertuju ke hutan di tempat elang itu melarikan ayam jagoannya, sambil berlari-lari serta tidak putus-putusnya ia memanggil ayam itu. Makin lama teriakannya makin keras/nyaring di tengah hutan sehingga, tiba-tiba setiap kali ia berteriak badannya mulai ditumbuhi bulu. Akhirnya seluruh badan Kaloku penuh ditumbuhi bulu dan menjelmalah ia menjadi seekor  burung yang dikenal dengan nama 'Kokokuk'.

Dengan penjelmaannya itu lalu terbanglah ia menuju ke tengah-tengah hutan dan hinggap pada sebatang pohon kayu besar  yang bernama Malue.

Ketika Lingkama kembali ke rumah dilihatnya si Kaloku tidak ada lagi demikian pula suaranya. Perhatiannya senantiasa tertuju terutama kepada anaknya yang tunggal dan yang dikasihinya. Sudah sekian lama ia memanggil-manggil anaknya sambil mencarinya ke sana kemari namun anak tersebut tidak diketemukannya. Dengan sedih hatinya ia memanggil terus menerus pada anaknya, "Kaloku oh! Kaloku oh! Kaloku oh!"Teriakkan tersebut tidak ada sahutan yang didengarnya, hanyalah terdengar teriakan suara burung dari ketinggian yang berbunyi; Kokuk. Kokokuk, kokokuk, dan seterusnya. Sang ibu tidak mengatahui yang mana anaknya Kaloku itu sudah menjelma menjadi seekor burung dan dialah yang sebenarnya menyahut dengan bunyi kokokuk. Suara sang ibu makin lama ia berteriak memanggil anaknya makin keras dan terjadilah peristiwa yang sama halnya dengan anaknya dimana, setiap kali ia berteriak badannya mulai ditumbuhi bulu sampai pada seluruh badannya. Karena ia terus menerus berteriak pada akhirnya suaranya itu berubah, dari Kaloku oh berubah menjadi Kuouw.

Akhirnya badanya berubah menjadi burung yang oleh masyarakat di Minahasa pada umumnya dikenal dengan nama burung kuouw. Ia pun lalu terbang menyusul kokokuk lalu hinggap pada sebatang pohon kayu besar di tempat yang sama dengan burung  kokokuk berada yaitu dipohon Malue.

Adapun si Wengel suaminya baru pulang ke rumah, begitu tiba di rumah dicarinya istri dan anaknya tidak ada. Pakaiannya telah basah disebabkan ditengah jalan ia kehujanan. Dengan menggigil kedinginan dan basah kuyup ia berjalan kian kemari memanggil-manggil istrinya, terutama anaknya Kalokuk, Kalokuk, kaloku. Suaranya karena memanggil kedinginan sehingga kedengaran bunyinya Kaloket, Kaloket, Kaloket saja.

Sebagaimana telah berlaku terhadap suaminya si Wengel. Ia menjelma menjadi burung Kaloket yang buruk rupa bentuknya dan jelek serta terbangnya hanya di bagian yang rendah. Ia tidak dapat terbang tinggi karena hal ini merupakan ganjaran atau kutukan baginya. Dengan demikian keberadaannya itu sehingga ia tidak dapat terbang tinggi untuk bertemu dengan anak istrinya.  

Referensi : Berbagai Sumber
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Cerita Asal Usul Terjadinya Burung Kokokuk, Kuouw dan Koloket Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Cerita Asal Usul Terjadinya Burung Kokokuk, Kuouw dan Koloket Sebagai sumbernya

0 Response to "Cerita Asal Usul Terjadinya Burung Kokokuk, Kuouw dan Koloket"

Post a Comment

Cerita Lainnya