Si Kabayan Berlagak Raja Jimbul ~ Si Kabayan dan Si Iteung pergi bertapa dalam sebuah gua seram di lereng Gunung Gede. Mereka ingin kaya cepat. Lalu asyik-masyuk menekung sinuku tunggal, bermujasmedi mohon agar turun hujan duit dan terjadi banjir harta kekayaan. Maka terdengarlah suara gaib, entah dari mana datangnya. Ujarnya :
"Wahai Kabayan! Aku ini Dewa Duit. Telah kudengar, apa yang kalian inginkan. Untuk itu kamu boleh mengutarakan permohonan apa saja kepadaku, dan aku akan kabulkan. Tapi kamu tidak boleh mengajukan permohonan lebih dari dua macam. Rundingkanlah dulu dengan istrimu permohonan-permohonan apa yang kalian mau ajukan itu."
Suami-Istri itu segera berunding. Tapi mereka tidak menemukan kecocokan. Si Kabayan mau wang banyak, Si Iteung mau padi yang banyak. Dua duanya bersikeras kepala. Yang satu bilang dengan wang banyak, kita bisa beli padi banyak. Yang satunya lagi bilang, dengan banyak padi, kita bisa jual banyak padi. Dapat wang banyak. Akhirnya, Si Kabayan mengambil sikap Raja Jimbul yang percaya bahwa tiap perselisihan apa saja mudah diselesaikan dengan menggunakan kekuatan otot dan tangan besi. Gunakan saja tinju. Tak perlu otak. Kebenaran ada pada otot. Bukan pada otak. Itulah filsafat Raja Jimbul.
Maka,... Jegeeer! Si Iteung ditempeleng Si Kabayan, Aduh! pekik Si Iteung. Hurseeeh! teriak Si Kabayan bersorak-sorai. Ototku menang!
Dan seperti Raja Jimbul yang tidak pernah puas dengan kemenangan tinju besinya. Si Kabayan ingin lebih dahsyat lagi mempertujukkan kemutlakan kekuasaannya terhadap Si Iteung yang telah berani menentang pendiriannya. Si Iteung harus dihajar lebih keras dari pada hanya tempelengan yang dilecutkan ke atas pipinya. Maka dengan nada memerintah, Si Kabayan minta kepada sang Dewa Duit yang bersuara gaib itu supaya Si Iteung dibikin jelek mukanya. Dikabulkan. Muka Si Iteung serta-merta menjadi jelek mukanya.
Tapi serta-merta Si Kabayan sadar bahwa dua permohonan yang bisa dia ajukan untuk cepat kaya itu sudah mubazir. Hilang tanpa bekas. Buseeet! teriaknya dengan suara menggelegar sampai ke puncak Gunung Gede. Kalau gini naga-naganya, gua dan Si Iteung, akan tetap miskin seumur-umur pikirnya. Dasar hawa duit! Biar pangkat dewa, kalau fungsinya berurusan dengan duit, dewa pun bisa menjadi mata duitan dan rakus, seperti sang Dewa Duit yang telah berhasil mengadudombakan aku dan Si Iteung, hanya dan semata-mata supaya dia tidak usah mengeluarkan duit dari perut gendutnya sendiri. Dia tidak kabulkan aku dan Si Iteung cepat kaya, Cih! Dewa macam apa dia itu? Si Kabayan mengutuk-ngutuk.
"Ah kamu juga salah, Kabayan!" suara gaib sang Dewa Duit berbunyi lagi. "Salah kamu sendiri! Kenapa kamu mau tiru-tiru sikap Raja Jimbul? Maen tempeleng seenak perut? Tidak berani adu kebenaran otak dan akal sehat! Hus!"
Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
0 Response to "Si Kabayan Berlagak Raja Jimbul"
Post a Comment