Istri Si Kabayan Boros

Istri Si Kabayan Boros ~ Sambil berhangat-hangat depan tungku di dapur, Si Kabayan dan istrinya, Si Iteung, asyik mengobrol. Kata Si Kabayan: "Iteung, Iteung, kalau kita punya uang banyak, mau kamu apakan?"


"Jajan, dong/Plesir. Beli pakaian yang bagus-bagus, mahal-mahal. Makan yang enak di restoran-restoran yang mewah-mewah. Pokoknya, bergaya hidup seperti kota yang kaya, deh."

"Wah, itu tidak baik, Iteung. Kamu boros."

"Habis, kau mau apakan?"

"Simpan."

"Simpan?! Simpan untuk dimakan tikus? Itu kan bodoh, Kang Kabayan. Lebih baik kita habiskan dengan bermewah-mewah, supaya kita gengsi, dihormati-dikagumi-dipuji orang seperti ibu-ibu yang cantik-cantik dan busananya bagus-bagus, berliannya berapi-api membakar mata dan hatiku."

"Itu yang aku benci, Iteung. Boros-boroskan uang dengan bermewah-mewah tanpa mata udangmu melihat ke kiri-kananmu untuk menolong yang harus ditolong dan mencari jalan-jalan yang halal guna menggolangkan wang kita supaya hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat. Tapi mata udangmu cuma melihat soal gengsi saja. Itu kan gila puji namanya. Tekebur. Dilarang oleh tiap agama."

Si Iteung ngotot. Suami-istri itu tidak mencapai persetujuan. Akhirnya, Si Iteung ditempeleng oleh Si Kabayan. Nangis melolong-lolong seperti anak kecil. Kedengaran oleh bapaknya, mertua Si Kabayan. Segera nongol ke dapur. "Ada apa, Nyai? Ada apa?"

Si Kabayan mendahului, "Saya dipukul dia, Bapak."

"Kenapa, Kabayan?"

"Anak bapak itu perempuan boros, Pak. Mau bikin habis wang kami dengan foya-foya. Tidak dermawan."

"Wang kalian dari mana, Kabayan?"

"Kalau kami punya, Pak. anak bapak itu akan segera hamburkan seperti menaburkan gabah di kandang ayam. Itu kan tidak baik. Tidak manusiawi. Tidak dermawan. Mestinya kan disimpan untuk modal berusaha, sebagian dari untungnya didermakan. Si Iteung tidak ingat sama sesama hidup yang mengkrak - mengkrik. Itulah yang saya katakan dia boros dan tidak dermawan."

"Lho! Kenapa Si Iteung sampai mukuli kamu?"

"Ah, Bapak kok tidak ngeri. Pemboroskan perlu duit, Pak. Duit yang banyak. Lebih banyak duit kan lebih banyak yang bisa diboroskan. Lebih banyak yang diboroskan, kan itu surganya pemboros."

"Tapi kamu kan cuma tikus comberan, Kabayan. Bukan malioner. Si Iteung kan tidak bisa memboroskan duit yang tidak ada? Gadaikan celana kolormu? Siapa yang mau? Baunya kan tidak ketulangan. Jadi otakku tak kunjung habis keheranan, kenapa Si Iteung kok sampai menampar kamu, Kabayan?"

"Eh, otak Bapak kok kentel banget. Masa nggak ngerti?! Pemboroskan butuh duit, seperti telah kukatakan barusan. Tapi kami tikus comberan. Tidak punya duit sepeser petot pun. Akibatnya?.... Nah inilah akibatnya, Bapak! Lihat, nih!"

Dan Si Kabayan menunjukkan pipi kirinya yang dibikin benjol didorong oleh lidahnya dari dalam.

Melihat pipi menantunya benjol begitu, sang mertua terharu. Katanya: "Nih, Kabayan, Bapak pinjami duit tanpa bunga. Tapi kasihkan sama Si Iteung. Biar dia boroskan, supaya pipimu aman. Tidak perlu dibikin benjol dengan dorongan lidah."

Sumber : Si Kabayan Manusia Lucu oleh Achdiat K. Mihardja
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Istri Si Kabayan Boros Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Istri Si Kabayan Boros Sebagai sumbernya

0 Response to "Istri Si Kabayan Boros"

Post a Comment

Cerita Lainnya