Alkisah Rakyat ~ Bapak Hamzah bertempat tinggal di Rawamangun bersama istri dan anaknya seorang laki-laki yang bernama Hamzah. Disebutnya bapak Hamzah lantaran nama anaknya Hamzah. Pada suatu hari Bapak Hamzah bersama istri dan si Hamzah pergi berjalan-jalan ke Jatinegara. Di situ si Hamzah melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang berbelanja di Mester. Tak henti-hentinya si Hamzah memandangnya. Rasanya segalanya serba menarik di hati si Hamzah. Kalau ibunya mengajaknya pulang, mungkin dia masih terus melamun saja. Sampai di rumah hati si Hamzah tak bisa tenang, sebab selalu terbayang-bayang akan wajah si wanita cantik di pasar semalam.
Maka setelah itu secara diam-diam dia sering pergi sendirian ke Mester hanya ingin ketemu saja dengan wanita tersebut. Cerita punya cerita akhirnya si Hamzah bisa kenal juga sama wanita yang selalu diimpikan dan tahulan dia sekarang akan namanya, yaitu si Sanimah. Sanimah adalah anak dari Raden Ranggawira seorang saudagar yang kaya lagi pula sangat disegani di daerah Mester. Anak satu-satunya adalah si Sanimah. Maka sudah barang tentu dia sangat sayang kepadanya. Dan menurut kabar si Sanimah sudah dijodohkan dengan saudagar muda masih kemenakannya sendiri.
Setelah si Hamzah merasa sudah benar-benar bulat pendiriannya mau mengambil istri Sanimah, maka dia menemua bapaknya minta agar supaya dilamarkan itu si Sanimah anaknya Raden Ranggawira. Mendengar permintaan anaknya itu Bapak Hamzah menjadi sedih hatinya, sebab bukan sewajarnya kalau dia mau melamar si Sanimah. Dia hanya orang kecil, sedangkan Raden Ranggawira selain dia sangat berpengaruh, dia juga sangat disegani di daerahnya. Tetapi karema desakkan anaknya yang terus menerus akhirnya dia pergi juga ke rumah Raden Ranggawira untuk melamar anaknya yaitu si Sanimah.
Sampai di rumah Raden Ranggawira terus saja dia menceritakan maksudnya. Mendengar permintaan si Bapak Hamzah itu, bukan main herannya Raden Ranggawira. Dia pikir jangan-jangan Bapak Hamzah ini kurang waras. Selain anaknya sudah dijodoin sama keponakannya sendiri, dia tahu bahwa keluarga Hamzah bukannya orang baik-baik. Tapi Raden Ranggawira mempunyai cara yang halus untuk menolaknya. Raden Ranggawira mengatakan bahwa boleh saja dia melamarnya, dan mau juga dia menerimanya sebagai menantu, asal si Hamzah bisa memenuhi kekurangannya. Untuk lamarannya nanti minta:
- Buah kelapa komplit, maksudnya diikut sertakan pula pohonnya, batangnya, daunnya sampai bunga dan lain sebagainya.
- Kain yang panjangnya mulai dari Jatinegara sampai dengan Bogor.
- Uang mulai dari 7 peser, 7 sen, 7 gobang, 7 ketip, 7 talen, dan seterusnya sampai dengan 7 ribu.
Mendengar syarat-syarat yang diajukan oleh Raden Ranggawira, pak Hamzah kaget jadinya. Tapi hal itu disembunyikannya. Berat rasanya untuk memenuhi permintaan itu. Lama juga dia berpikir, mau menangis dia rasanya. Tapi untuk mengatakan tidak bisa secara terus terang, dia malu. Maka segala syarat-syarat itu disanggupinya begitu saja. Lalu pak Hamzah permisi pulang. Sampai di rumah hati pak Hamzah menjadi gelisah, karena memikirkan syarat-syarat yang diminta oleh Raden Ranggawira tadi. Mau dibatalkan itu lamaran, takut anaknya ngambeg. Mau diterusin, dia dapat uang dari mana untuk membeli barang-barang permintaan itu. Lagi pula permintaan Raden Ranggawira sangat aneh-aneh. Pikir punya pikir maka akhirnya dia ingat sama keponakannya yang namanya Duraham. Duraham lalu dipanggilnya. Diceritain semua persoalannya. Duraham mendengar itu semua, kasihan juga sama uwaknya. Lalu dia ingat punya teman yang namanya si Durachim. Durachim temennya itu tinggal di kota Mangga 2. Durachim itu sudah pernah ikut sama saudagar Arab yang terkenal kaya tapi kikirnya bukan main. Saudagar Arab itu bernama Tuan Salim yang tinggal di Krukut, Kota. Waktu itu si Durachim jadi kusir Tuan Salim.
Bapak Hamzah bersama si Duraham pergi ke tempat Durahim. Cerita punya cerita, akhirnya sampai ke tujuannya yaitu mau pinjam uang. Durahim bilang sama bapak Hamzah bahwa kalau caranya mau pinjam uang sama Tuan Salim nggak bakalan dapet. Kecuali harus ada jaminan, juga bunganya keliwat tinggi. Memang orang Arab Krukut terkenal pelitnya. Maka berunding punya berunding akhirnya disepakatin mau ngrampok saja. Begitulah seterusnya mereka bertiga pada ngrampok di saudagar Salim. Dasar si Durahim pernah jadi sopirnya jadi dia tahu dimana tempat-tempatnya barang-barang Tuan Salim. Setelah selesai merampok, maka hasil rampokannya itu dibagi tiga. Pikiran Bapak Hamzah agak tenang karena bakal bisa menuruti keinginan anaknya.
Dari hasil rampokannya itu, oleh Bapak Hamzah dibeliin kain putih semeter, bibit kelapa, tak lupa dia mencari uang peseran 7 buah dan uang ribuan 7 buah. Semuanya itu akan diserahkan kepada Raden Ranggawira. Setelah persiapan diperkirakan sudah lengkap, maka Bapak Hamzah berangkat ke rumah Raden Ranggawira untuk menyerahkan kekudangan yang diinginkan. Sampai di tempat Raden Ranggawira, kain putih, bibit kelapa, uang 7 peser dan 7 ribu diserahkan kepada Raden Ranggawira. Bukan main herannya Raden Ranggawira melihat itu semua. Tidak sesuai dengan apa yang diminta. Dengan tenang bapak Hamzah mengajak Raden Ranggawira keluar. Di depan rumah sudah tersedia kereta dimana kusirnya si Durahim. Raden Ranggawira liajaknya naik. Bapak Hamzah membawa kain putih tersebut, dibentangkan dahulu, lalu kereta itu dari Jatinegara berangkat menuju Bogor. Maka menurut bapak Hamzah kain yang dimintanya panjangnya dari Jatinegara sampai Bogor sudah terpenuhi. Untuk permintaan kelapa komplit, oleh Bapak Hamzah diserahkan bibit kelapa, dengan komentar bahwa nanti kalau sudah ditanam dan menjadi besar akan menghasilkan kelapa, bunga dan lain-lainnya seperti apa yang diminta oleh Raden Ranggawira. Untuk permintaan yang terakhir, maka diserahkannya uang 7 peser terus menyebutkan uang lainnya yang diminta, yaitu tujuh sen, tujuh gobang, tujuh ketib dan seterusnya sampai yang terakhir tujuh ribu diserahkannya uang tujuh ribu rupiah. Dengan demikian permintaan berupa uang sudah terpenuhi.
Setelah merasa sudah memenuhi semua permintaan Raden Ranggawira, maka Bapak Hamzah lalu ini si Sanimah dikawinkan dengan anaknya si Hamzah. Hatta, saudagar Salim kerampokan, melapor kepada polisi. Polisi mencari itu perampok. Ketiga perampok yaitu Pak Hamzah, Duraham, dan Durahim dapat ditangkap. Karena pak Hamzah terkenal orang jahat, maka dia melawan juga sama polisi. Karena dilawan lalu polisi melepaskan tembakan. Kena di dada pak Hamzah dan tidak berapa lama Pak Hamzah meninggal. Kemudian polisi menghadapi teman Pak Hamzah yaitu Duraham dan Durahim, keduanya melawan juga. Akhirnya kedua kena tembak dan tewas. Ketiganya dibuang saja mayatnya disitu. Mulai saat itu tempat tersebut dinamakan Rawabangke. Karena di tempat itu banyak bangke atau mayat. Di tempat itu sering terjadi perkelahian, dan pasti ada yang mati. Juga dipakai tempat membuang mayat.
Sumber : Ceritera Rakyat Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
Bapak Hamzah bersama si Duraham pergi ke tempat Durahim. Cerita punya cerita, akhirnya sampai ke tujuannya yaitu mau pinjam uang. Durahim bilang sama bapak Hamzah bahwa kalau caranya mau pinjam uang sama Tuan Salim nggak bakalan dapet. Kecuali harus ada jaminan, juga bunganya keliwat tinggi. Memang orang Arab Krukut terkenal pelitnya. Maka berunding punya berunding akhirnya disepakatin mau ngrampok saja. Begitulah seterusnya mereka bertiga pada ngrampok di saudagar Salim. Dasar si Durahim pernah jadi sopirnya jadi dia tahu dimana tempat-tempatnya barang-barang Tuan Salim. Setelah selesai merampok, maka hasil rampokannya itu dibagi tiga. Pikiran Bapak Hamzah agak tenang karena bakal bisa menuruti keinginan anaknya.
Dari hasil rampokannya itu, oleh Bapak Hamzah dibeliin kain putih semeter, bibit kelapa, tak lupa dia mencari uang peseran 7 buah dan uang ribuan 7 buah. Semuanya itu akan diserahkan kepada Raden Ranggawira. Setelah persiapan diperkirakan sudah lengkap, maka Bapak Hamzah berangkat ke rumah Raden Ranggawira untuk menyerahkan kekudangan yang diinginkan. Sampai di tempat Raden Ranggawira, kain putih, bibit kelapa, uang 7 peser dan 7 ribu diserahkan kepada Raden Ranggawira. Bukan main herannya Raden Ranggawira melihat itu semua. Tidak sesuai dengan apa yang diminta. Dengan tenang bapak Hamzah mengajak Raden Ranggawira keluar. Di depan rumah sudah tersedia kereta dimana kusirnya si Durahim. Raden Ranggawira liajaknya naik. Bapak Hamzah membawa kain putih tersebut, dibentangkan dahulu, lalu kereta itu dari Jatinegara berangkat menuju Bogor. Maka menurut bapak Hamzah kain yang dimintanya panjangnya dari Jatinegara sampai Bogor sudah terpenuhi. Untuk permintaan kelapa komplit, oleh Bapak Hamzah diserahkan bibit kelapa, dengan komentar bahwa nanti kalau sudah ditanam dan menjadi besar akan menghasilkan kelapa, bunga dan lain-lainnya seperti apa yang diminta oleh Raden Ranggawira. Untuk permintaan yang terakhir, maka diserahkannya uang 7 peser terus menyebutkan uang lainnya yang diminta, yaitu tujuh sen, tujuh gobang, tujuh ketib dan seterusnya sampai yang terakhir tujuh ribu diserahkannya uang tujuh ribu rupiah. Dengan demikian permintaan berupa uang sudah terpenuhi.
Setelah merasa sudah memenuhi semua permintaan Raden Ranggawira, maka Bapak Hamzah lalu ini si Sanimah dikawinkan dengan anaknya si Hamzah. Hatta, saudagar Salim kerampokan, melapor kepada polisi. Polisi mencari itu perampok. Ketiga perampok yaitu Pak Hamzah, Duraham, dan Durahim dapat ditangkap. Karena pak Hamzah terkenal orang jahat, maka dia melawan juga sama polisi. Karena dilawan lalu polisi melepaskan tembakan. Kena di dada pak Hamzah dan tidak berapa lama Pak Hamzah meninggal. Kemudian polisi menghadapi teman Pak Hamzah yaitu Duraham dan Durahim, keduanya melawan juga. Akhirnya kedua kena tembak dan tewas. Ketiganya dibuang saja mayatnya disitu. Mulai saat itu tempat tersebut dinamakan Rawabangke. Karena di tempat itu banyak bangke atau mayat. Di tempat itu sering terjadi perkelahian, dan pasti ada yang mati. Juga dipakai tempat membuang mayat.
Sumber : Ceritera Rakyat Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
loading...
0 Response to "Si Hamzah (Mula Jadinya Kampung Rawabangke)"
Post a Comment