Cerita Ikan Bibi ~ Di sebelah Selatan pulau Kei Besar pada pesisir bagian Timurnya terletak sebuah negeri/desa yang bernama "UWAT." Pada bagian Utara negeri/desa itu dekat pesisir pantai terdapat tiga buah patung yang tingginya kira-kira 50 cm. Ketiga patung itu merupakan lembang dari tiga orang bersaudara yang pernah hidup di sana. Ketiga orang bersaudara itu, yang sulung bernama ‘Sades’, yang kedua/tengah bernama ’Barnav’ dan yang ketiga bernama 'Far-Far.' Ketiga lelaki bersaudara ini masih memiliki seorang adik perempuan yang bernama "Bokel."
Keempat saudara bersaudara ini hidup dalam satu suasana kekeluargaan yang rukun, aman, damai serta seia-sekata, pendek kata mereka menghadapi semua persoalan hidupnya sesuai dengan kata pepatah "berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing." Itulah sebabnya untuk menghadapi segala persoalan hidup mereka sehari-hari mengadakan pembagian tugas sebagai berikut :
Sades sebagai kakak yang sulung tiap hari bertugas untuk membuat perahu/sampan untuk dijual ataupun digunakan untuk menangkap ikan sebagai tugas kedua demi memenuhi kehidupan bersama. Barnav sebagai saudara kedua bertugas untuk berkebun. Far-Far sebagai saudara ketiga bertugas untuk membantu saudara perempuan mereka Bokel agar menyiapkan makanan dan keperluan mereka sehari-hari di rumah termasuk tugas untuk mengambil saguer atau tuak kepada kedua kakaknya. Demikianlah cara hidup dari keempat saudara kandung tersebut. Namun sangatlah disayangkan bahwa kehidupan yang rukun dan antara keempat bersaudara ini tak dapat berlangsung lama sebagaimana yang mereka cita-citakan.
Pada satu saat Sades lagi sibuk melaksanakan salah satu tugas pokoknya, teringatlah Sades bahwa ikan mereka di rumah sudah habis, sehingga lauk pauk mereka tak ada lagi untuk makan nanti. Segera ia berkemas, mengambil alat-alat penangkap ikannya lalu berjalan menuju ke arah tepi pantai. Sesampainya di pantai ia berjalan ke arah perahu/sampannya lalu meletakkan segala peralatan penangkapan ikan di dalam sampannya seraya mendorong sampan itu ke laut dan segera ia naik ke atas sampan itu dan mengayuhkannya menuju tempat di mana ia akan menangkap ikan.
Beberapa jam kemudian Sades sudah kembali dengan membawa hasil ikan yang cukup memuaskan. Ikan hasil perolehan Sades itu lalu diberikan kepada Bokel dan Far-Far untuk dimasak sesuai tugas mereka berdua, agar mereka berempat bisa segera makan, karena makanan lainnya sudah disiapkan sejak tadi oleh Bokel dan Far-Far. Bokel segera mengambil ikan-ikan hasil perolehan Sades tadi untuk dibersihkan. Sementara Bokel lagi membersihkan ikan-ikan itu, tiba-tiba terpeciklah sisik ikan itu dan melekat pada mata susu/puting Bokel. Ikan yang sisiknya melekat pada puting Bokel itu namanya ikan Kilbav Reng. Sisik ikan ini tetap melekat pada mata susu/puting Bokel walaupun sudah beberapa kali ia mandi bahkan setiap hari ia mandi beberapa kali untuk menghilangkan sisik ikan itu dari putingnya namun usaha ini tidak berhasil.
Lama kelamaan tanpa disadari Bokel sudah mengandung, ia lalu menjadi takut dan belum berani untuk menceriterakan hal ini kepada ketiga saudara lelaki yang sangat ia cintai itu. Kini Bokel menjadi gelisah memikirkan nasib malang yang sedang mencekam dirinya. Namun di lain pihak dia menyadari dan yakin akan dirinya bahwa ia belum pernah berhubungan dengan seorang laki-lakipun. Sedang sisik ikan yang melekat pada putingnya itu terjadi secara tidak disengaja. Di atas dasar kesadaran dan keyakinan demikian Bokel memberanikan diri untuk menceriterakan keadaan dirinya kepada ketiga saudara lelakinya. Ketiga lelaki ini terkejut dan menjadi sangat susah memikirkan nasib satu-satunya adik perempuan bungsu mereka ini.
Kini Sades, Barnav, Far-Far, berkumpul bersama-sama dengan Bokel untuk mengadakan penyelidikan siapakah di antara mereka bertiga yang telah membuat perbuatan tercela dan hina itu serta merusak sendi-sendi kehidupan persaudaraan mereka. Dari pemeriksaan dan penyelidikan yang mereka lakukan secara terbuka dan jujur di antara mereka sendiri, ternyata bahwa tidak ada seorang pun di antara ketiga saudara lelaki Bokel yang terbukti melakukan perbuatan tercela itu. Hanya dari pemeriksaan dan penyelidikan itu ternyata bahwa ada sisik ikan Kilbav Reng yang melekat pada mata susu/puting Bokel, di mana ketiga saudara Bokel itu lalu menduga bahwa sisik ikan itulah yang mengakibatkan Bokel mengandung. Walaupun ketiga lelaki tersebut tidak bersalah dan meskipun Bokel sendiri juga tidak bersalah namun peristiwa ini sangat merusak nama baik mereka sehingga tidak ada jalan keluar lain yang harus diambil kecuali desa mereka.
Bokel harus ditenggelamkan ke dalam laut atau Bokel harus dihanyutkan ke tengah laut, sehingga ia harus dihanyutkan oleh arus laut ke mana saja asalkan tidak ke negeri desa mereka. Kedua kemungkinan ini setelah ditimbang masak-masak oleh Sades, Barnav, dan Far-Far tibalah mereka pada kesimpulan bahwa kemungkinan kedualah yang harus digunakan yakni Bokel harus dihanyutkan. Setelah ketegasan ini diambil maka ketiga saudara lelaki itu pun bergegas untuk menyiapkan segala sesuatu demi pelaksanaan keputusan sesuai adat mereka. Mereka lalu menyiapkan sebuah "perahu semang" atau perahu bercadik yang cukup besar dan dilengkap dengan layar, dayung dan lain-lain, juga perbekalan yang cukup untuk beberapa bulan berupa embal yaitu sagu yang dibuat dari ubi kayu, ikan, sayur dan air minum. Di samping itu perahu/sampan itu dilengkapi pula dengan alat-alat senjata berupa busur, anak panah, tombak, bambu runcing, parang, pisau dan alat senjata lainnya.
Ketika persiapan sudah siap semuanya dan hari pelaksanaan keputusan itu telah sampai, mereka lalu menentukan waktu di mana hari masih gelap gulita maka Bokel diantar oleh kaum kerabat dan sanak-saudara menuju tempat di mana keputusan ini akan dilaksanakan bernama "Yaman." Di tempat inilah terjadi perisitiwa yang sangat menyedihkan itu, di mana di sanalah terjadi cucuran air mata dari kaum kerabat dan sanak- saudara yang sempat menyaksikannya. Peristiwa penghanyutan Bokel ini diawali dengan satu upacara doa/permohonan kepada dewa. Tuhan dan arwah nenek-moyang. Do'a itu adalah sebagai berikut :
"Ambafof o, fel musa rehe, om mol muf ar. Bet hira en hauk ental o, am na rok neran tataha i mental i. Fel, mba i timlebat nuhu met mot ifar habar m na sak Yaman Uram en har tad Janean."
Artinya :
"Kami menghanyutkan engkau, bila kau bersalah, maka akan lenyap dari muka bumi ini. Tetapi bila kau tidak bersalah, sekali kelak turunanmu akan seperti pasir di pantai dan bintang di langit dan turunanmu akan menjadi orang berkuasa. Serta engkau akan membuktikan itu kepada kami keluargamu. Siapa yang menyerang engkau, akan kau serang dengan alat senjata yang telah kami berikan padamu."
Selesai upacara do'a ini lalu dihanyutkan. Berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lamanya Bokel diombang-ambingkan gelombang laut yang cukup menakutkan dan akhirnya terdamparlah Bokel di pantai "Kaimana" yang terletak di daratan Irian Jaya sekarang. Di Kaimana Bokel disambut oleh bangsawan penduduk asli Kaimana lalu ia dikawinkan dengan bangsawan negeri tersebut. Segala peralatan senjata yang dibawa oleh Bokel serta sisa air minum dalam bambu dan lain-lainnya ditanam di tepi pantai kota Kaimana di tempat mana Bokel mendarat dengan sampan bercadik. Barang-barang yang ditanam tadi lalu tumbuh dengan suburnya.
Setelah Bokel tiba di Kaimana ia tidak lupa untuk memberitahukan kepada sanak saudaranya bahwa ia telah tiba dengan selamat dan sentosa di Kaimana. Berita ini disampaikan melalui sekawan "Ikan Bibi" yaitu sejenis ikan yang buncit sekali perutnya. Berita ini disampaikan oleh Bokel melalui ikan bibi dan tidak melalui manusia, karena Bokel sangat khawatir bilamana berita ini diberikan melalui manusia, jangan-jangan berita itu tidak disampaikan kepada ketiga kakak tercintanya. Ikan bibi ini menyampaikan berita tersebut kepada ketiga saudaranya melalui Sades kakak sulung dari Bokel bersaudara, karena Sadeslah yang senantiasa pergi ke laut mencari ikan sesuai pembagian tugas mereka. Ikan bibi itu biasanya beracun, sehingga bilamana ada nelayan yang secara kebetulan menangkap ikan jenis ini, segera dilepaskan kembali ke dalam laut hidup-hidup, sehingga ikan itu dapat hidup lagi.
Tetapi sangatlah aneh ketika pergi menangkap ikan pada satu ketika ia menangkap seekor ikan bibi. Tatkala ikan bibi itu hendak dilepaskan kembali oleh Sades bagaimana lazimnya ikan bibi itu lalu berkata: "Jangan engkau melepaskan aku, aku ada membawa pesan dari saudaramu Bokel". Sades menjadi heran dan tercengang mendengar suara ikan bibi itu lalu bertanya: "Apa pesannya itu?" Lalu ikan bibi itu pun berkata : "Saudaramu Bokel telah sampai dengan selamat di Kaimana, dan telah kawin dengan bangsawan asli Kaimana di Irian Jaya dan telah menjadi orang kaya dan kami sekawan ikan bibi ini diutus untuk memberitahukan hal ini kepada saudara-saudaranya. Dan pesannya lagi, sesudah kami memberitahukan hal ini maka kami boleh saudara-saudara tangkap untuk dimakan, yang merupakan pertanda bahwa kami sudah menyampaikan berita ini kepada saudara-saudara." Selesai ikan bibi itu menyampaikan pesan tersebut Sades pun berkata kepada ikan bibi tersebut: "Bagaimana kami dapat makan saudara-saudara sedang saudara beracun."
Mendengar pertanyaan Sades itu ikan bibi itu pun menyahut seraya menunjukkan bagaimana caranya membersihkan ikan bibi sehingga racunnya dapat dibuang agar supaya ikan itu dapat dimakan. Kini ikan bibi yang tadinya beracun dan tidak dapat dimakan orang sekarang orang sudah dapat memakannya karena rahasia untuk menghilangkan racun dari ikan tersebut sudah diberitahukan sendiri oleh ikan bibi itu sendiri. Dan mulai saat itu tiap tahun pada waktu tertentu yaitu dari bulan Maret sampai dengan permulaan bulan Mei ikan bibi selalu banyak muncul dan ditemui di sekitar pantai Ratskhap/Fes Choitel dari pantai timur sampai ke pantai barat. Keadaan ini berlangsung dari saat itu hingga sekarang di mana dalam kurun waktu tersebut di atas muncullah ikan bibi di daerah tersebut dalam jumlah yang sangat banyak.
Dan hanya orang-orang yang menghuni Ratshap Tubab Jamlim/Fes Choitel sajalah yang mengetahui cara membersihkan ikan bibi tersebut agar dapat dimakan sedang penduduk kepulauan Kei lainnya tidak mengetahui caranya, malah orang Kei lainnya menganggap pantang makan ikan tersebut, karena beracun ikan bibi itu sudah banyak menimbulkan malapetaka. Demikianlah ceritera yang mengkisahkan mengapa ikan bibi bermunculan sangat banyak antara bulan Maret sampai dengan bulan Mei di sekitar pantai Ratshap Tubab Jamlim/Fes Choitel.
Sumber : Ceritera Rakyat Daerah Maluku oleh Depdikbud
loading...
0 Response to "Cerita Ikan Bibi"
Post a Comment