Kejadian Manusia Dari Daun Tea ~ Tersebutlah ada dua orang laki-laki, Legea dan Vunjiaka namanya. Di antara keduanya tidak diketahui mana yang lebih tua atau yang lebih muda. Konon mereka menemukan dua lembar daun tea di tengah hutan belantara. Daun tea itu ternyata daun ajaib. Begini ceritaranya.
Pada suatu hari Lagea dan Vunjiaka pergi menebas kayu di hutan untuk dijadikan kebun. Dibakarlah kayu-kayu yang sudah terpotong karena sudah hampir tiba waktunya untuk menanami kebun.
Di rumah mereka ada sebuah guci, bentuknya seperti tempayan tempat air. Guci itu diisi air sampai penuh, barulah mereka pergi lagi untuk menyelesaikan pekerjaan di kebun. Tetapi ketika mereka kembali dari kebun, didapatinya guci itu sudah kosong. Siapa kiranya yang mengambil air di guci itu sampai habis?
Sesudah tujuh hari, tempayan itu diisi air lagi, lalu ditinggalkan lagi ke kebun. Tetapi baru tengah hari mereka pulang untuk melihat keadaan di rumah, ingin mengetahui siapa yang mengambil air di tempayan. Mereka mengintip dengan diam-diam. Maka kedengaranlah suara orang itu adalah penjelmaan daun tea yang diketemukan mereka. Mereka lalu teringat peristiwa ketika mereka menemukan daun tea itu, yakni ketika mereka berburu rusa melewati rawa-rawa.
Pada waktu berburu itu mereka membawa serta seekor anjing. Mereka masuk hutan keluar hutan. Dan tiba-tiba anjingnya mengonggong sambil mengejar seekor rusa. Tetapi setelah tiba di tepi rawa-rawa, yang diketemukan mereka di sana hanyalah dua lembar daun tea. Dan si anjing terus saja menyalaki daun itu. Lagea mengambilnya selembar, kemudian dibawa ke rumah dan disimpannya, disisipkan di atap rumah. Daun tea itu dipeliharanya dengan baik-baik, setiap kali di bersihkan dengan air.
Pada suatu hari Lagea mendapati seorang wanita sedang mandi di rumahnya. Ternyata wanita itu adalah penjelmaan daun tea yang ditemukan di hutan dahulu. Wanita itu segera ditangkapnya Akhirnya keduanya kawin.
Tibalah saatnya isterinya mengidam, lalu katanya kepada Lagea dan Vunjiaka. "Besok pagi pergilah kalian ke hutan mencari rusa."
"Di mana kami harus mencarinya?"
"Di gunung Layar, jalan yang menuju Poboya. Apabila kalian sudah berhasil menangkap babi atau rusa, carilah bambu di gunung Layar itu. Potong dan ambillah bambu itu. Bawalah kemari untuk di jadikan tempat memasak rusa atau babi."
Mereka berangkat. Tak lama kemudian seekor rusa besar tertangkap oleh anjing mereka. Segera diikat kakinya. Tapi ketika akan pulang mereka teringat akan pesan istri Lagea.
Vunjiaka berkata. "Bagaimana pesan istrimu Lagea?"
Lagea menjawab, "Katanya ada bambu yang harus dipotong untuk dijadikan tempat memasak. Kalau begitu baiklah kau naiki rusa itu dan aku yang akan memotong bambunya."
Lagea berangkat. Setelah bambu itu diketemukan lalu dipotongnya. Semak-semak di sekitar bambu itu dibersihkan lebih dahulu agar mudah untuk memotong bambu pesanan istrinya itu.
Tetapi ketika Lagea hendak mulai memotong, tiba-tiba ada suara terdengar, "Jangan kakiku, di atasnya lagi. "Lagea mulai hendak memotong bagian yang lebih tinggi. Tapi terdengar lagi suara. "Jangan betisku, lebih ke atas lagi saja."
Maka setiap kali Lagea hendak memotong, selalu ada suara yang mengganggunya, yang meminta agar yang dipotong hendaknya bagian yang lebih tinggi lagi. Akhirnya Lagea tidak jadi memotong bambu itu.
Rupa-rupanya Vunjiaka ada ditempat itu juga. Tanpa berpikir panjang, Vunjiaka menggali rumpun bambu sampai ke akarnya, sehingga seluruh rumpun bambu itu terbongkar tanpa ada yang dipotong, lalu dipikulnya. Sedangkan Lagea lalu memikul rusa.
Dalam perjalanan keduanya berhenti pada dua buah batu yang merupakan pasangan untuk melepaskan lelah, karena terlalu berat beban yang dipikulnya. Di tempat itu tiba-tiba bambu yang dipikul Vunjiaka meledak muncullah seorang perempuan yang cantik sekali. Wanita itu lalu dijadikan istri oleh Vunjiaka.
Sejak itu lahirlah berbagai macam adat dan upacara, tarian seni tenun-menenun, sede yaitu upacara untuk laki-laki dan saudu, lelio, silalondo, tomanangi, voleara. Semuanya itu melahirkan adat upacara khitanan bagi laki-laki dan perempuan.
Upacara adat yang dilakukan sampai saya ke dunia luar, sekarang mengambil dasar adat lama dari asal mula kejadian manusia dari daun tea tadi.
Dalam upacara adat terdengar pula lagu yang berkenaan dengan asal mula terjadinya manusia dari daun tea, misalnya:
Tidak durhaka dan tidak celaka Vunjiaka.
Bawa saya, bawalah saya ke dunia luar.
Vunjiaka segera bawa, bawalah saya ke tanah Sibedi.
Kalau tidak dari daun tea, saya tidak mungkin dapat batang.
Jangan dilupakan saya yang jauh
Lupalah saya yang jauh melalui pelangi di langit biru.
Sumber : Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tengah
loading...
0 Response to "Kejadian Manusia Dari Daun Tea"
Post a Comment