Cerita Raden Suano

Cerita Raden Suano ~ Tersebutlah sebuah cerita tentang seorang Raden yang bernama Raden Suano. Raden Suano ini terkenal dengan kekuatan dan keberaniannya. Dalam segi kekuatannya mulai dari kecil dari telah melatih dirinya, semula dia mencoba mengangkat anak kerbau. Latihan diri dikerjakan setiap hari sampai kerbau itu besar masih juga beliau dapat mengangkatnya.


Pada suatu waktu ia ingin menguji kekuatannya untuk mengadu kekuatannya dengan kerbau yang liar. Maka pergilah Raden Suano ke hutan untuk mencari kerbau liar tersebut. Setelah berjalan kira-kira 2 (dua) jam, sampailah beliau ke hutan yang lebat, namun tiada kelihatan. Sambil matanya menjalar kian kemari, dipungutnya akar kayu yang besar yang akan dipakainya untuk umpan kerbau liar itu nanti. Tidak lama beliau menungu, melintaslah rombongan kerbau yang gemuk-gemuk, banyaknya kira-kira ratusan ekor. Diantaranya tampaklah salah seekor kerbau yang paling ditakuti oleh kerbau yang lain, sampai kawan-kawannya yang lain jika mendekat ditusuknya dengan tanduk yang sangat tajam itu, tampaknya itu pemimpinnya.

"Tentulah kerbau ini, kerbau yang paling liar," kata Raden Suano di dalam hati. Terminat di hati Raden Suano untuk memancing kerbau yang liar itu.

Kemudian Raden Suano mulailah mengintip kerbau jalang itu, terus beliau berlari-lari kecil di antara kerbau yang banyak itu untuk mencari sela-sela untuk dapat memancingnya. Tak lama kemudian, kerbau jalang ini mengejar seekor kerbau kecil untuk ditanduknya. Lalu Raden Suano langsung mengambil kesempatan dan mulailah ia melontarkan tali akar kayu dan mengenai kerbau besar. Kerbau itu terjerat, dan jeratannya ini terasa oleh kerbau jalang tersebut maka kerbau itu langsung menarik tali di kakinya dan berlari ingin memutuskan tali jeratan itu, sehingga kerbau itu terbanting beberapa kali. Telah berkali-kali kerbau jalang ini ingin memutuskan tali jeratan itu tapi tidak berhasil.

Maka suatu saat kerbau jalang ini melihat Raden Suano, dan ia langsung ingin menanduknya, tapi Raden Suano mengelak sedikit sehingga tidak kena, Kemudian kerbau jalang ini ingin menanduk kembali, tapi Raden Suano langsung melompat ke atas punggung kerbau itu. Lalu kerbau jalang itu melompat-lompat, sehingga Raden Suano terjatuh dan kerbau itu langsung mendorong kembali, akhirnya Raden Suano berada di bawah perut kerbau itu.

Setelah itu Raden Suano mulai panik karena berada di bawah dada kerbau itu, lalu secara tiba-tiba kerbau tersebut langsung diangkatnya sehingga kerbau jalang itu terjungkir hampir 10 meter tingginya. Kerbau itu datang lagi menanduk, Raden Suano langsung mendorongnya kembali, dan ditangkisnya sehingga tertahan dan kerbau tersebut langsung ditinjunya sehingga terpelanting langsung terjatuh. Tak lama kemudian kerbau tersebut itu terbanting kembali. Kerbau itu bertambah saja mengganas, langsung datang lagi. Raden Suano memukul kembali sekuat tenanganya sehingga kerbau itu terpelanting ke dalam jurang. Kiranya kepala kerbau tersebut sudah pecah dan keluar otaknya, sehingga kerbau itu mati.

Pada suatu hari, adik gadis satu-satunya kesayangan Raden Suano ini hilang dilarikan orang tidak tahu kemana perginya. Raden Suano menundukkan kepala sambil merenung. "Adikku di culik," katanya terputus-putus dengan suaranya yang serak-serak basah. Setiap hari beliau terus menerus mencari informasi dimanakah tempat adiknya itu. Lalu pada suatu hari ada orang mengatakan, bahwa adiknya telah dilarikan orang ke seberang lautan. Dengan kepala tertunduk ia berjalan kian kemari, mendatangi orang disana-sini. Terik panas matahari siang yang menyengat kepala dan tubuhnya tak dihiraukannya. Benaknya penuh dengan berbagai pikiran, hampir ia menjadi putus asa kehilangan adiknya.

Raden Suano berusaha terus mencari jalan yang tepat untuk mendapatkan adiknya kembali. Dihimpunkannya semua sanak saudaranya, dimintainya pendapat mereka. Tidak satu pun keluarganya yang membantu, malahan ada yang melarang Raden Suano mencari adiknya. dengan mengatakan bahwa itu adalah suatu pekerjaan yang sia-sia. Kendati hati pilu oleh kaum kerabat yang tiada membantu, tetapi Raden Suano tidak terpengaruh malah ia mengambil keputusan, "Kalau diantara kita ini tidak ada yang berani untuk berangkat biarlah saya yang akan pergi sendirian, doakan saja semoga berhasil tidak banyak halang rintangan di tengah jalan sampai saya selamat kembali di dusun kita ini lagi."

Lalu Raden Suano mulailah menyiapkan alat-alat untuk kepentingan di dalam perjalanannya. Ia bertekad untuk mencari adiknya yang hilang itu, kemana pun adiknya akan dicarinya. Tinggi gunung akan didakinya, dalam lurah akan dituruninya, laut lepas akan diseberanginya. Mulailah dia bertolak hendak berlayar ke samudera lepas. Kapalnya hanya terdiri dari batang pisang yang setelah dimantarai jadilah kapal itu kapal yang tangguh.

Telah tiga bulan lamanya Raden Suano mengarungi samudera melintas badai ditelan gelombang, hingga Raden Suano kenal betul dengan sifat laut dan yang ada di lingkungannya, tetapi belum juga bertemu maka berlabulah dia disalah satu pulau untuk beristirahat. Dan waktu beristirahat ia berpikir sebentar bagaimanakah jadinya persoalan ini. Ia berprinsip, "Belum dapat belum pulang dan lebih baik mati dari pada tidak bertemu."

Setelah itu, Raden Suano meneruskan perjalanannya kembali dan langsung mengarungi laut lepas. Dan belum begitu lama berlayar bertemulah dengan seekor ikan hiu yang sangat besar sekali. Ikan tersebut hendak memakan Raden Suano dan Raden Suano hanya pasrah saja bagaimana jadinya. Raden Suano ditelan ikan dan langsung masuk ke dalam perut ikan hiu itu. Oleh karena ikan ini sudah kenyang, ia berenang untuk mencari daratan dan Raden Suano tetap ikut kemana ikan itu pergi. Setelah dilarikan selama 2 (dua) hari 2 (dua) malam ikan ini terdampar di suatu pulau.

Sewaktu ikan hiu ini terdampar terlihat oleh serombongan nelayan yang ingin mencari ikan. Lalu ikan hiu ini beramai-ramai ditangkapnya dan beramai-ramai pula dipotong serta disayatnya untuk dibagi-bagikan. Ketika akan membelah perut ikan hiu, terdengar suara yang aneh di dalam perut ikan hiu yang besar itu, yaitu suara teriakan manusia dan mereka membelahnya secara hati-hati. Setelah perut ikan hiu besar itu dibedah, rupanya ada manusia hidup di dalam perut ikan hiu itu.

Setelah Raden Suano dapat keluar dari perut ikan itu, ia langsung berterima kasih kepada nelayan-nelayan yang telah menyelamatkannya dari dalam perut ikan tersebut. Dan kemudian Raden Suano menceritakan asal mulanya maka dia sampai memasuki perut ikan hiu itu sampai terdampar di negeri ini. Ia sedang berusaha untuk mencari adik kandungnya yang telah lama hilang. Seorang di antara nelayan itu merasa iba dan kasihan, dan ia memberikan informasi bahwa pernah terdengar cerita mengenai seorang gadis dilarikan orang menuju ke Pagar Alam. Dengan sempoyongan Raden Suano berusaha berdiri, karena keletihan sekian lama berada di dalam perut ikan hiu itu. Ia berkata di dalam hati, "Akan kubunuh yang melarikan adikku itu."

Matahari sudah tenggelam di balik gunung Dempe ketika Raden Suano melewati daerah Pasemah, beberapa kilo meter lagi akan mendekati desa Pagar Alam. Karena kedatangannya sebagai orang asing Raden Suano berniat menghadap Puyang Pasemah dan juga memberitahukan maksud kedatangannya. Sewaktu ia menghadap Puyang Pasemah dan lalu berbincang-bincang tentang adiknya yang hilang maka serta merta Puyang Pasemah memperingatkan Raden Suano, katanya, "Adikmu itu cantik sekali berkulit kuning langsat, berhidung mancung, memikat hati siapa yang memandangnya. Ada sesuatu yang memberatkan persoalan agar dapat adikmu itu dibawa lagi. Engkau harus berhadapan dengan penculiknya Hulubalang Raja."

Raden Suano tidak sabar lagi. Betapa pun ia berusaha tiada gusar, namun kemarahannya sudah memuncak. Ingin ia berjumpa dengan adiknya ketika itu juga. "Tahankan!" seraya katanya; "Dusun ini dapat kuhancurkan, karena tiada duanya yang bernama Raden Suano kuperintahkan puyang untuk menyelesaikan urusan ini!" 

Malam harinya pemuka adat bermufakat dengan puyang Pasemah untuk menanggapi permintaan Raden Suano. Di tengah pembicaraan itu semua anggota rapat berteriak; "Bedebah itu kita bunuh saja." Akhirnya puyang juga setuju membunuh Raden Suano. Esoknya diumumkanlah agar semua penduduk membawa keris dan pedang serta alat-alat perang untuk menantang permintaan Raden Suano. Ribuan penduduk bersiap akan menyerang Raden Suano.

Raden Suano tak gentar sedikit pun. Dengan sebilah keris yang bersarungkan gading kuning, andalan senjatanya, Raden Suano menantang penyerang-penyerang. Ketika musuh-musuh itu sudah mendekati Raden Suano, dia pun beteriak, "Sekarang engkau maju satu-satu tak perlu takut." Satu demi satu jotisan Raden Suano melayang kepada penyerang, ada yang menimpa kepala penyerang, dan ada pula yang menendang dada penyerang hingga telah banyak yang korban. Kemudian penyerang datang sekaligus 5 (lima) orang namun hasilnya lebih parah lagi. Dan lawan Raden Suano ini semakin emosi saja lalu dia datang menyerang secara serempak 10 (sepuluh ) orang, tapi hasilnya tidak ada bahkan dia berkelahi antara kawan-kawannya sendiri.

Dalam pertarungan ini semakin lama semakin banyak yang mati, dan banyak pula yang luka parah kemudian mereka istirahat sebentar menyerang karena ingin bermufakat. Lalu Puyang Pasemah ini minta bantuan dari dusun Kubuan untuk menghadapi Raden Suano, karena orang disini banyak yang terkenal tentang kesaktiannya. Setelah para pasukan ini tiba maka dimulai lagi peperangan yang lebih sengit lagi, sehingga Raden Suano pernah melompat sampai 10 (sepuluh ) meter tingginya.

Oleh karena lawan Raden Suano ini bertambah lama bertambah banyak dan walaupun lawannya sudah banyak pula meninggal maka sekarang datang pula para pasukan Puyang Penago yang sangat terkenal dengan kesaktiannya. Melihat lawan yang semakin banyak ini, Raden Suano langsung mengeluarkan keris pusakanya dan keris ini langsung berjalan sendiri yang dikendalikan dari jauh. Akhirnya tinggal Puyang Penago sendirian yang belum kena tikam. Maka Puyang Penago langsung mengangkat tangan mengatakan bahwa ia akan menyerah. Lalu Raden Suano terus mendekat dan langsung dia menanyakan saudara perempuannya yang hilang itu. Dan Puyang Penago menjawab, "Saudaramu itu ada ditahta kerajaan kami, dan kami bermaksud akan mengawinkannya dengan ulubalang kami. Kemudian Raden Suano langsung mengambil saudara perempuannya ini dan dibawa pulang lagi.

Sumber : Cerita Rakyat Daerah Bengkulu oleh Depdikbud
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Cerita Raden Suano Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Cerita Raden Suano Sebagai sumbernya

0 Response to "Cerita Raden Suano"

Post a Comment

Cerita Lainnya