Gadis Yang Jadi Burung

Gadis Yang Jadi Burung ~ Di suatu dusun, tinggallah suatu keluarga yang pekerjaannya bercocok tanam. Keluarga itu hanya mempunyai seorang anak, yaitu seorang gadis yang sangat cantik dan dimanjakan. Namanya Iya'ah. Dialah gadis yang tercantik di dusun itu. Iya'ah mempunyai pacar yang bernama Mokobovu yang tinggal sedusun dengannya. Hubungan mereka berdua telah berlangsung cukup lama.


Kebun kedua orang tua Iya'ah jauh di gunung; dan meninggalkan Iya'ah sendirian di rumahnya. Setiap orang tuanya ke kebun, setiap itu pula Mokobovu datang ke rumah Iya'ah. Begitulah hampir setiap harinya. Disebutkan bahwa pemuda Mokobovu itu termasuk yang terkaya di dusun itu. Selama itu, orang tua Iya'ah belum mengetahui hubungan Mokobovu dengan anaknya. Pada suatu ketika, Iya'ah diajak orang tuanya ke kebun di gunung, tapi rupanya Iya'ah ingin pulang ke rumahnya. Maka setelah hal itu berulang-ulang dilakukan Iya'ah, timbullah rasa heran dihati kedua orang tuanya.

Akhirnya orang tuanya pun menyelidiki sebab-sebab tingkah laku anaknya. Maka suatu hari, ketika orang tuanya kembali dari kebun, didapatinyalah Iya'ah berdua dengan Mokobovu di rumah.

Ayah Iya'ah marah dan memukuli Iya'ah di depan pemuda Mokobovu. Pemuda itu berusaha menolong Iya'ah dari kemarahan ayahnya, namun sia-sia saja pertolongannya itu. Kedua orang tua Iya'ah berpesan supaya antara Iya'ah dan Mokobovu tidak terjadi lagi hubungan, bahkan dilarang berjumpa lagi. Kedua orang tua Iya'ah menghendaki supaya Iya'ah jangan atas kelakuan Iya'ah yang aneh itu. Mokobovu khawatir kalau-kalau mereka ketahuan lagi oleh kedua orang tua Iya'ah. Maka Mokobovu pun berkata supaya Iya'ah kembalai saja ke rumah secepatnya, tapi Iya'ah tak juga ingin kembali. Setelah berulang-ulang Mokobovu memohon, barulah Iya'ah kembali ke rumah. Hubungan dengan Mokobovu, ia tak sesuai dengannya, sebab Mokobovu anak orang kaya.

"Carilah orang atau pemuda yang sederajat dengan Iya'ah sendiri!" Begitu kata ayahnya. Sementara dimarahi Iya'ah, tak berbuat apa-apa. Dendam pada orang tuanya cuma disimpannya saja dalam hati sehingga seakan-akan tak ada sesuatu yang terjadi, yang menyakitkan dan memalukan dirinya. Pada suatu hari Iya'ah pergi ke kebunnya dan mengambil kunyit sebanyak-banyaknya, lalu pulang ke rumah, tanpa setahu kedua orang tuanya.

Ketika Iya'ah kembali ke rumah kedua orang tuanya pun baru saja pergi ke kebun. Maka kunyit yang banyak itu pun ditumbuklah olehnya, lalu diperas sarinya dan dimasukkan ke dalam tujuh buah tempayan. Sarinya yang paling kental dimasukkan ke tempayan pertama, demikianlah berturut-turut sampai pada tempayan yang ketujuh tinggallah sari yang paling cair.

Setelah menyelesaikan pekerjaan itu, Iya'ah pun pergi mencari pacarnya. Mokobovu dan bertemulah mereka di tepi danau Iya'ah tak mengatakan maksud kedatangannya, kecuali langsung memeluk kekasih hatinya, sambil menangis. Lama sekali Iya'ah berbuat demikian, seakan-akan ucapan selamat jalan buat kekasihnya. Mokobovu pun heran atas kelakuan Iya'ah yang aneh itu. Mokobovu khawatir kalau-kalau mereka ketahuan lagi oleh kedua orang tua Iya'ah. Maka Mokobovu pun berkata supaya Iya'ah kembali saja kerumah secepatnya, tapi Iya'ah tak juga ingin kembali. Setelah berulang-ulang Mokobovu memohon, barulah Iya'ah kembali ke rumah. Setelah Iya'ah kembali ke rumah, ia mempersiapkan sari-sari kunyit itu, lalu ia mandi dengan air sari kunyit itu, tempayan demi tempayan.

Ia mulai mandi dengan sari yang terakhir, yakni yang paling cair. Setelah tiba pada tempayan ketiga, tubuh Iya'ah pun mulai berubah warna dan bentuknya, bahkan mulai tumbuh sayapnya. Dan selama mandi itu sayapnya mulai menggelapar-gelapar. Begitulah dari tempayan ke tempayan selanjutnya semakin berubahlah tubuh si Iya'ah sehingga setelah selesai tempayan yang ketujuh Iya'ah pun telah berubah menjadi burung berbulu kuning.

Setelah menjadi burung, Iya'ah pun langsung pergi ke ruangannya, kemudian terbang mengelilingi kelambunya sambil menangis. Tak lama kemudian, kedua orang tuanya pun telah kembali dari kebun, dan memanggil Iya'ah, namun Iya'ah  tak kunjung menyahut sebagaimana biasa. Orang tuanya pun terpaksa masuk rumah lewat pintu belakang. Keduanya begitu heran ketika di dalam rumah diketemukannya air kunyit dan temayan yang berserakan di lantai, dekat tempat mandi Iya'ah.

Kedua orang tua itu pun mencari-cari Iya'ah di dalam rumah, dan apa yang ditemukannya adalah seekor burung yang sedang hinggap di jendela rumahnya. Yang ternyata mereka kenal sebagai anaknya. Iya'ah. Ketika orang tuanya berusaha menangkapnya, Iya'ah malah terbang dan hinggap di dahan pohon dekat rumahnya itu. Maka ibunya pun sembari menangis memohon agar anaknya kembali, dengan bersyair.
Iya'ah anakku tersayang kembalilah.
Ini kalung emasmu. Ini gelang kakimu
Ini gelang tanganmu, cincin jari tangan dan kakimu
Tapi si Iya'ah semakin terbang menjauh saja. Dan dari jauh ia menjawab dengan lagu dan syair pula.
Ah ibu, kalung emasku. Gelang kakiku
Gelang tangan dan cincin jari kaki dan tanganku
Buat apa lagi
Semua itu tak berguna lagi bagiku
Aku terlalu malu dipukul di depan Mokobovu, pacarku.
Tak usah harapkan lagi aku kembali.
Aku akan pergi sekarang.
Dan sungguh peristiwa tersebut tak pernah terbayangkan akan terjadi, begitu kata hati kedua orang tua Iya'ah. Perasaan kedua orang tuanya pun jadi hancur. Dan sementara itu pembicaraan lewat syair berlangsung berulang-ulang. Tapi bukannya mendekat ke rumah, malah Iya'ah semakin menjauh, sehingga semakin hancurlah hati dan perasaan kedua orang tuanya. Namun mereka tak kuasa berbuat apa-apa lagi, mereka tak kuasa lagi memanggil kembali anak kesayangannya. Kejadian itu rupanya terdengar sampai ke telinga Mokobovu, sehingga tanpa pikir panjang lagi, pemuda itu pun bunuh diri. Kejadian ini membuat penyesalan besar di hati kedua ornag tua Iya'ah, namun penyesalan itu telah terlambat. Malah lama tak menanggung penyesalannya, ayah Iya'ah pun jadi gila.

Begitulah berlangsung, sampai suatu petang tiba-tiba Iya'ah datang hinggap di pohon dekat rumahnya, membuat hati ibunya semakin hancur. Maka ibunya pun bersyair lagi memohon kembali anaknya, namun Iya'ah selalu menjawab sama bahwa semua perhiasannya itu tak ada guna lagi pada dirinya. Berulang-ulang Iya'ah hinggap di pohon dekat rumahnya itu, dan setiap ia hinggap, ibunya pun selalu mengucapkan syair supaya anaknya kembali, namun jawaban Iya'ah sama saja sebagaimana biasa. Begitulah, sampai pada kedatanganya yang terakhir. Semakin hancurlah hati ibunya,  ketika ia tahu kalau anaknya tak akan datang-datang lagi.

Dan sebagai pelampiasan rasa rindunya pada anaknya, Ibunya selalu membawa pakaian perhiasan anaknya kemana saja ia pergi. Dan malah ia selalu mencari-cari burung yang berwarna kuning. Siapa tahu ia masih sempat bertemu dengan anaknya lagi. Begitulah kelakuan ibu Iya'ah sehingga pada suatu hari ia menemukan seekor burung yang berbulu kuning, lalu dikejarnyalah burung itu, yang memang ternyata anaknya. Dan Iya'ah pun ketika dipanggil lagi dengan ucapan-ucapan syair oleh ibunya, hanya dijawabnya dengan syair pula:
Tak usah kau harap lagi aku
Aku bukanlah anakmu lagi
Buat apa kalung emas, buat apa gelang kaki
Buat apa cincin jari tangan
Semuanya tak berarti apa-apa lagi bagiku
Dan sekarang aku akan pergi.
Begitulah seterusnya, sehingga sang ibu pun semakin putus asa. Dan sejak itu pula, mulai dikenal burung-burung berbulu kuning, yang dianggap sebagai jelmaan dari gadis dusun yang cantik dan malang itu.

Sumber : Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tengah
loading...
Kamu sedang membaca artikel tentang Gadis Yang Jadi Burung Silahkan baca artikel Alkisah Rakyat Tentang Yang lainnya. Kamu boleh menyebar Luaskan atau MengCopy-Paste Artikel ini, Tapi jangan lupa untuk meletakkan Link Gadis Yang Jadi Burung Sebagai sumbernya

0 Response to "Gadis Yang Jadi Burung"

Post a Comment

Cerita Lainnya