Cerita Legenda Ikan Payol Dari Sulawesi Tengah ~ Mulanya kampung sipayo masih merupakan tanah kosong artinya belum ada penghuninya. Asal mula penduduk kampung ini menurut riwayat, adalah orang dari pantai Barat yakni sepasang suami isteri dan satu orang anak.
Riwayat kejadiannya, mula-mula mereka pergi ke Napo suatu pulau yang tidak ditumbuhi oleh kayu-kayuan. Tujuan mereka untuk mencari kina. Sesampai di Napo mereka pun turunlah. Perahu, mereka tinggalkan tanpa ditambatkan. Rupanya setelah air laut naik, perahu tersebut hanyut. Mereka pun terdampar di tengah laut tanpa dapat berbuat apa-apa. Akhirnya mereka mengumpulkan batu yang disusun sampai tinggi. Maksudnya agar mereka tidak sampai terendam dengan air laut.
Dalam keadaan demikian itu, mereka lalu memohon pertolongan kepada Yang Maha Kuasa, karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Dengan tiba-tiba datang seekor ikan besar yang disebut ”Payol”. Begitu datang ikan Payol tersebut terus mendekati mereka. Mereka pun menyambutnya lalu mengeluarkan kepalanya sambil berkata. "Kalau engkau hendak menolong kami bertiga, rapatlah di timbunan batu ini."
Begitu ikan merapat, mereka pun naiklah. Setelah mereka naik berangkatlah mereka. Setelah tujuh hari tujuh malam dalam perjalanan tanpa diketahui arahnya, mereka lalu terdampar di suatu tempat yang kemudian dinamakan Sipayo.
Setibanya mereka di tempat itu, maka berpesanlah ikan tersebut kepada mereka agar tempat ini diberi nama Payol. "Dan pergilah ke atas ke ulu. Tinggallah di sini." kata ikan tersebut.
Mereka pun pergilah dan setiba ditempat itu sama sekali tidak ada makanan. Untunglah selama mereka dalam perjalanan tujuh hari tujuh malam, mereka sedikit pun tidak merasa lapar. Setelah tiga malam, mereka di tempat itu, barulah terasa perut mereka lapar. Namun ditempat itu belum juga diketemukan seorang manusia. Mereka beristirahat dan duduk-duduk sebentar. Tidak lama kemudian mereka mencium bau api. Lalu berkata laki-laki itu. "Rupanya ada api. Di mana api ini?". Maka pergilah mereka mencarinya. Tidak berapa lama mereka mencarinya. Rupanya perapian itu baru saja dibuat orang.
Maka diambilnya satu batang kayu api yang masih membara dan dibawanya ke tempat mereka duduk tadi. Setibanya di tempat itu, berkatalah laki-laki tersebut. "Api sudah ada, tetapi makanan belum ada." Tiba-tiba kedengaran pula orang batuk-batuk, lalu dicarinya orang itu, orang itu ditemukan di suatu kebun jagung. Rupanya itulah orang Tajio, penduduk pertama di tempat itu. Tetapi ia pun hanya hidup bersama isterinya. Mereka saling bersamaan, bercakap-cakap dan saling bertanya Orang Tajio itu tanya, "Saudara dari mana?" "Kami dari Pantai Barat."
Maka berceritalah orang yang ditolong ikan Payol tersebut kepada orang Tajio itu. Berkata orang Tajio kepada si pendatang bahwa hanya merekalah suami-isteri yang hidup di tempat ini. Oleh sebab itu mereka mengajak si pendatang untuk tinggal di situ bersama mereka. Kemudian mereka mengantar pendatang itu ke atas gunung ke kebun mereka yang lain.
Karena pertolongan itulah maka mereka bertiga yang dibantu oleh ikan Payol itu sudah dapat hidup, karena sudah ada makanan.
Setelah berapa lama mereka hidup di tempat itu, di kebun yang diberikan oleh orang Tajio itu, maka berkatalah sang isteri kepada suaminya. "Sudah sekian lama kita berada di tempat ini, apa gunanya kita selalu kesepian begini. Berusahalah mencari jalan keluar agar terlepas dari kesunyian di tempat ini."
Adapun sang suami bernama Daesala, orang itu bernama Daesumandi sedangkan sang anak bernama Daemaji.
Setelah mendengar perkataan isterinya itu, maka Daesaala pergi ke gunung. Sebelum berangkat, ia berkata kepada isterinya, "Kamu tinggal di tempat, saya pergi ke gunung", sesampai di lereng gunung tersebut, dengan segera ia mendaki sampai ke puncak. Di puncak tersebut, dipanjatnya pula kayu yang paling tinggi lalu melihat ke bawah. Kelihatanlah kampung disebelah baratnya. Katanya dalam hati, "Barangkali itulah kampung saya, kampung Dando."
Setelah diamatinya baik-baik, maka turunlah ia dengan segera, lalu pergi menemui isterinya. Setibanya di tempatnya ia berkata kepada isterinya, "Marilah kita berangkat. Kita berangkat ke Dando." Setibanya di Dando ia pun menemukan kembali keluarganya dan diajaknya ke Sipayo sejumlah tujuh belas rumah tangga. Di Sipayo mereka membuka kebun.
Hingga sekarang, turunan dari orang yang pernah ditolong oleh ikan Payol itu tidak lagi dibolehkan makan ikan Payol, bahkan menyentuh pun tidak boleh. Ikan Payol adalah sejenis ikan yu.
Sesudah Belanda datang, kampung Payol diubah namanya menjadi Sipayol, sampai sekarang.
Sumber : Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Tengah
loading...
0 Response to "Cerita Legenda Ikan Payol Dari Sulawesi Tengah"
Post a Comment